“Kenapa sih gue bodoh banget?”
“Kenapa sih gue super ceroboh banget?”
“Kesel gue sama diri gue sendiri, gue nyusahin orang mulu,”
“Kenapa sih gue nggak bisa kayak si dia. Emang, gue ini sampah banget lah,”
Apakah Lo sering merasa nggak berguna dan merasa diri Lo adalah sekumpulan kebodohan, kecerobohan, ketidakberhasilan, ketidakbergunaan, ketidakbahagiaan, dan berbagai hal negatif lainnya.
Gue tahu kok seberapa nggak enak dan frustrasinya punya perasaan seperti itu. Gue tahu perasaan ini berat. Lo pasti setiap hari berjuang meredakan amarah dan frustasi yang mengganggu ketenangan hidup Lo. Rasa sesak yang membuat Lo susah bernapas, rasa kecewa membuat Lo susah menarik seulas senyum di bibir Lo, rasa marah kepada kehidupan membuat Lo berat untuk beraktivitas karena energi Lo terasa sedikit sekali, dan belum lagi, berbagai rasa bercampur dilemma seakan menggelayuti semua persendian Lo. Lo capek secara batin, tapi nggak ada orang yang benar-benar melihatnya.
Saat Lo merasakan semua ini terus menerus dan benar-benar mengganggu kehidupan Lo, Lo harus segera cari cara untuk keluar dari jeratan ini. Apalagi kalau Lo jadi memiliki gangguan tidur, gangguan makan, gangguan mood, artinya tidur Lo jadi nggak nyenyak atau malah sebaliknya. Lo seperti kehabisan energi yang sangat besar sehingga Lo terus merasa harus berbaring di atas kasur. Atau, Lo merasa bahwa Lo memiliki gangguan makan, karena berbagai perasaan yang ada membuat Lo jadi nggak nafsu makan, atau malah sebaliknya, Lo jadi merasa harus terus membahagiakan diri dengan makanan. Perasaan marah ini kalau membuat Lo kehilangan energi terus menerus, mengganggu hidup Lo, dan mengganggu mood harian Lo, artinya Lo sedang menghadapi stress tahap awal. Sehingga, sekali lagi, gue sarankan untuk mulai mencari cara untuk mengatasinya.
Kenapa?
Kebencian terhadap diri sendiri akan benar-benar mengganggu hidup Lo. Kebencian pada diri sendiri nggak hanya membatasi apa yang dapat Lo capai dalam hidup, tetapi memperburuk kondisi kesehatan mental Lo. Yang kalau nggak segera ditindaklanjuti akan mengantarkan Lo pada banyak hal yang harus kita antisipasi, seperti menyakiti diri sendiri dan berbagai hal lainnya.
Untuk mengatasi perasaan benci pada diri sendiri, penting untuk mengenali tanda dan gejala-gejalanya. Agar diri Lo lebih antisipatif supaya rasa benci terhadap diri sendiri ini nggak menjadi-jadi dan membuat Lo hancur. Maka sangat penting buat kita semua untuk mengenali tanda dan gejala destruktif membenci diri sendiri ini.
Dan, cus, coba kita bahas satu-satu. Stay tune yaw!
TANDA-TANDA BENCI PADA DIRI SENDIRI
Klikers, di bawah ini adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa Lo mungkin hidup dengan kebencian pada diri sendiri.
Pertama, Lo Merasa Nggak Punya Hal Positif
Apakah Lo selalu merasa bahwa diri Lo nggak punya hal apapun yang patut dibanggakan dan diapresiasi. Lo selalu merasa bahwa hidup Lo nggak ada gunanya sama sekali.
Kalau iya, Lo sedang terjebak ke sebuah pemikiran toksik “All or Nothing Thinking” yang kalau dibahasa Indonesia kan jadi pikiran yang sifatnya ekstrim “semua atau nggak sama sekali”. Maksudnya gimana? Gini… Kalau Lo melihat diri Lo dan hidup Lo sebagai baik atau buruk, hitam-putih, tanpa ada gradasi warna sama sekali di antaranya. Padahal siapa sih di dunia ini yang nggak punya keburukan sama sekali? Atau siapa sih di dunia ini yang bener-bener nggak punya kebaikan dalam dirinya sama sekali? Kita, gue dan Lo, serta orang-orang lain di luar sana, hidup dalam gradasi-gradasi karakter, artinya karakter kita ini nggak saklek dalam kutub-kutub ekstrim, kalau nggak baik, maka buruk. Bukan seperti itu. So, jika Lo membuat kesalahan, Lo merasa seolah-olah semuanya hancur atau hidup Lo sudah berakhir, Lo berarti sedang terjebak di dalam pikiran toksik “All or Nothing Thinking” ini. Dan, segera deh dibasmi pikiran-pikiran ini menjadi pikiran yang lebih sehat.
Kedua, Lo Fokus Banget Pada Hal Negatif Dalam Diri
Waduduh, siapa nih yang kalau lihat sesuatu ngeliat yang negatifnya muluu. Bahkan, jika Lo mengalami hari yang baik, Lo cenderung fokus pada hal-hal buruk yang terjadi atau sebaliknya. Kalau Lo terus saja melihat apa-apa yang dalam diri Lo adalah sesuatu yang buruk, bukan merupakan hal yang perlu banggakan dan apresiasi, rasanya Lo perlu segera melakukan Latihan untuk melihat sesuatu dengan lebih positif. Coba deh Lo baca ini “Rajin Bersyukur Biar Nggak Gampang Ancur,”
Ketiga, Lo Menganggap Emosi Itu Fakta Satu-Satunya
Apakah Lo merasa bahwa ketika Lo merasa sedih dan buruk, itulah hal-hal yang benar terjadi dalam hidup Lo? Lo menganggap perasaan Lo sebagai fakta. Jika Lo menyadari bahwa Lo merasa buruk atau seperti orang gagal, maka Lo berasumsi bahwa perasaan Lo pasti mencerminkan kebenaran dari situasi tersebut dan bahwa ada sesuatu yang salah. Gue tahu perasaan Lo adalah sesuatu yang valid, saat Lo merasa buruk, bukan berarti perasaan itu harus diabaikan. Namun, pernah nggak Lo mengalami terkadang emosi kita nggak selalu menggambarkan apa yang terjadi di dunia ini. Saat Lo merasa kecewa, bukan berarti seluruh dunia mengecewakan. Saat Lo merasa sedih, bukan berarti seluruh dunia sedang mengalami kesedihan. Saat Lo merasa gagal, bukan berarti orang lain menganggap diri Lo adalah sebuah kegagalan. Emosi kita adalah sebuah respon terhadap situasi dan kondisi, tapi bukan sebuah fakta itu sendiri. Nah, artinya saat Lo sedang dalam perasaan yang negatif, nggak selalu apa yang terjadi di luar sana, di sekitar Lo, adalah hal yang negatif juga. Gue menulis juga tentang ini di “Siapa yang Auranya Negatif Mulu? Cuung!”
Keempat, Memandang Diri Sendiri Nggak Berharga
Apakah Lo merasa bahwa diri Lo nggak sebaik orang lain?
Lo bisa aja dalam kondisi di mana harga diri Lo sedang anjlok di titik terendah, dan Lo merasa seakan-akan, hidup Lo sebanding dengan orang lain, ketika Lo membandingkan diri Lo dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari mereka. Padahal, siapa di dunia ini yang punya kehidupan yang bener-bener sama, siapa di dunia ini yang dianugerahi episode-episode hidup dan lingkungan yang bener-bener sama. Pada faktanya, nggak ada satu orang pun di dunia ini yang punya variasi genetic yang sama, apalagi hidup yang sama, bahkan sepasang anak kembar pun, memiliki variasi pengalaman hidup yang berbeda-beda. Apalagi Lo sama saudara Lo, sama temen Lo, sama orang lain di luar sana yang Lo banding-bandikan dengan hidup Lo. So, mari kita melihat dunia dengan lebih objektif. Karena, nggak ada hidup yang benar-benar sama dengan diri Lo. Lo boleh membandingkan diri tapi dengan catatan bahwa selalu ada perbedaan dalam proses-proses setiap orang. Selalu ada garis takdir yang berbeda antara kita dan mereka.
Kelima, Lo Selalu Mencari Persetujuan
Adakah dari Lo yang terus menerus meminta persetujuan orang lain?
“Eh, kalau gua gini, menurut Lo orang lain bakal bilang apa?”
“Eh, chat gue kalau kayak gini aneh nggak?”
“Eh, gue menurut Lo harus apa?”
“Eh gue buruk ya menurut Lo?”
“Gue menurut kalian terlalu menonjol ya, gue agak diem dikit ya?”
“Gue terlalu pendiem nggak sih, apa gue perlu lebih aktif kayak dia, gimana menurut kalian?”
Menanyakan pendapat ke orang lain itu, sah-sah aja, karena pendapat orang lain itu penting untuk melihat apa yang nggak bisa kita lihat. Tapi, kalau Lo terus menerus menanyakan persetujuan mereka, atau orang lain untuk memvalidasi harga diri Lo. Lo bisa jadi mulai nggak melihat bahwa pendapat Lo penting juga. Terus menerus nanya ke orang lain menunjukkan bahwa pendapat Lo tentang diri sendiri berubah tergantung pada bagaimana orang lain mengevaluasi Lo atau apa yang mereka pikirkan tentang Lo. Sehingga, Lo perlu pilah dan pilih mana yang emang perlu Lo iyakan dan mana yang nggak perlu Lo tanyakan. Karena, pendapat Lo juga berharga. You are a precious person too.
Keenam, Lo Selalu Menolak Pujian
Apakah Lo sulit menerima pujian?
Kalau seseorang mengatakan sesuatu yang baik tentang Lo, Lo mengabaikan apa yang mereka katakan, atau berpikir bahwa mereka hanya bersikap baik. Lo kesulitan menerima pujian dan cenderung mengabaikannya alih-alih menerimanya dengan ramah. Menerima pujian dalam budaya kita memang agak tricky, sebab budaya kita menjunjung kerendahan hati. Oleh sebab itu, kita jadi terbiasa membabi buta menolak pujian.
Lalu, gimana cara yang sehat?
Nah, Lo bisa menjadikan pujian yang masuk ke Lo bukan untuk sombong-sombongan, tapi memberi catatan untuk diri Lo sendiri, area mana yang Lo dianggap baik dan berhasil. Ini sikap internal. “Oh, gue ternyata bagus ya jadi leader, temen-temen gue nyaman sama gue,” “Oh ternyata gue bisa ya, dan orang lain menganggap kerjaan gue nggak seburuk yang gue pikir,”. Dibandingkan menolak mentah-mentah “Ah, nggak kok, cuma beruntung aja,” Tapi kalau Lo beruntung terus kan nggak mungkin, karena keberuntungan itu cuma sesekali. Artinya, ada skill Lo yang baik dan bisa Lo banggakan dalam domain itu, domain yang orang terus merasa Lo bekerja dengan baik di situ.
Ketujuh, Lo Mencoba Menyesuaikan Diri Secara Ekstrim Dengan Lingkungan
Apakah Lo selalu mencoba melepaskan karakter asli Lo dan menyesuaikan dengan lingkungan Lo secara ekstrim? Lo selalu merasa seperti orang luar dan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan orang lain. Lo merasa seolah-olah orang nggak menyukai Lo dan saat mereka memang ingin bersama diri Lo, Lo merasa mereka hanya bersopan santun aja, sebab diri Lo nggak dapat memahami mengapa mereka ingin menghabiskan waktu bersama Lo, Lo merasa khawatir kalau Lo nggak menyesuaikan diri secara ekstrim mereka nggak akan menerima Lo.
Kedelapan, Lo Mengambil Kritik Terlalu Personal
Apakah Lo selalu merasa bahwa kritik yang masuk ke Lo adalah sebuah kebencian terhadap diri Lo secara umum? Atau apakah saat Lo dikritik dalam satu hal, Lo merasa orang yang mengkritik Lo, mereka sedang mengkritisi seluruh aspek hidup Lo? Saat Lo mengalami kesulitan ketika seseorang memberikan kritik, dan cenderung menganggap kritik sebagai serangan terhadap diri Lo, dan akhirnya Lo memikirkannya terlalu lama. Jika Lo dalam kondisi seperti ini, coba lihat-lihat lagi, apakah kritik yang Lo hadapi adalah sebuah kritik spesifik atau general. Kalau spesifik, maka perlakukan kritik itu secara local. Lo tidak perlu menariknya terlalu lebar.
Kesembilan, Lo Sering Iri yang Nggak Pada Tempatnya
Apakah Lo merasa seringkali merasa iri dan cemburu pada orang lain? Iri itu boleh, asal kita tahu bahwa nggak semua orang bisa membuat kita iri. Balik lagi ke poin sebelumnya, nggak ada hidup ini yang benar-benar sama satu sama lain. Ketika Lo dalam kondisi iri dan cemburu secara ekstrim Lo bisa aja mulai lupa bahwa banyak hal dalam hidup Lo yang sebenarnya diinginkan oleh orang lain juga. Iri kepada orang lain yang berlebihan akan membuat kita membenci diri kita sendiri. Tutup mata dan nikmati apa yang ada di depan mata Lo, mulai bersyukur sedikit demi sedikit bisa membuat Lo merasa lebih baik atau merasa lebih baik tentang situasi hidup Lo.
Kesepuluh, Takut Menjalin Hubungan
Apakah Lo merasa takut mempercayai orang lain? Apakah Lo sulit membagi tanggungjawab dengan orang lain? Kalau Lo takut menjalin relasi karena Lo takut ketika seseorang menjadi terlalu dekat karena Lo takut untuk dikhianati. Kalau Lo sulit membangun relasi dan percaya bahwa semua relasi akan berakhir dengan buruk. Lo bisa aja di tahap tidak percaya kepada orang lain, tapi pada saat yang sama, semua hal ini membuat Lo membenci diri Lo sendiri yang nggak mampu mempercayai orang lain.
Sepatah Kata Dari Klik.Klas
Klikers, gue tahu sangat mudah bagi Lo untuk berpikir bahwa Lo adalah satu-satunya orang yang membenci diri Lo sendiri. Kenyataannya adalah banyak orang merasakan hal yang sama dengan Lo, jadi Lo nggak perlu merasa sendirian. Tenang, Lo nggak sendirian.
Supaya Lo nggak terjebak pada perasaan membenci diri sendiri yang destruktif, Lo perlu banget mengenal tanda-tandanya. Kenapa? Karena agar seseorang bisa bertumbuh dengan baik, perlu pemahaman yang baik akan dirinya sendiri termasuk apa-apa yang bisa mengancam pertumbuhan itu. Salah satu faktor yang menghambat adalah membenci diri sendiri. Ini bisa menjadi faktor yang menghalangi Lo untuk terus bertumbuh setiap hari.
Gue tahu banget bahwa proses bertumbuh itu kacau, tapi percayalah bahwa semua proses untuk mencintai diri sendiri ini akan berbuah baik untuk kebahagiaan diri Lo. Nggak ada alasan untuk terus menjalani hidup Lo dengan perasaan terus menerus membenci diri sendiri. Hari ini, saat ini, Lo dapat mengambil langkah pertama untuk merasa lebih baik. Gue yakin Lo bisa kok menjalani kehidupan yang nggak dipenuhi dengan kebencian pada diri sendiri. Karena, sekali lagi, Lo nggak sendirian, dan di luar sana banyak orang yang sudah berhasil menjadi lebih sayang kepada dirinya sendiri.
Semoga bermanfaat!
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan Ini Lahir Dari Tulisan Lainnya
Thomason S, Moghaddam N. Compassion-focused therapies for self-esteem: A systematic review and meta-analysis. Psychol Psychother. 2020 Nov 20. doi: 10.1111/papt.12319. Epub ahead of print. PMID: 33215861.
Vukčević Marković M, Bjekić J, Priebe S. Effectiveness of Expressive Writing in the Reduction of Psychological Distress During the COVID-19 Pandemic: A Randomized Controlled Trial. Front Psychol. 2020 Nov 10;11:587282. doi: 10.3389/fpsyg.2020.587282. PMID: 33240180; PMCID: PMC7683413.