“Sudahkah Lo mensyukuri segala sesuatu yang Lo dapatkan dan nikmati hari ini?”
**
Pernahkah Lo mendengar kisah Abu Nawas dan orang yang mengeluh bahwa rumahnya terlalu sempit?
Alkisah, Abu Nawas, seseorang penyair terkenal dari Arab, didatangi oleh seseorang yang mengeluh bahwa rumahnya terlalu sempit. Si Pengeluh ini berkata bahwa rumahnya terlalu sempit untuk ditinggali dirinya dan istrinya, bersama delapan orang anak yang ia miliki. Dia berkata lagi, kalau aja dia punya rumah yang lebih gedhe, dia merasa pasti dia akan bahagia.
Abu Nawas bingung, karena Ia tentu nggak bisa ngasih rumah yang lebih gedhe. Dia nggak punya uang buat menolong Si Pengeluh ini. Karena belum dapat ide, disuruhlah pulang Si Pengeluh ini, supaya Abu Nawas punya waktu lebih banyak untuk berpikir.
Besoknya Si Pengeluh datang dan menagih janji solusi dari Abu Nawas. Akhirnya, Abu Nawas bertanya ke Si Pengeluh ini. Kalau dalam Bahasa sekarang, kira-kira percakapannya kayak gini.
Pengeluh: “Abu Nawas, mana janji Lo kasih gue solusi. Gue udah sumpek banget di rumah. Rumah gue sempit banget.”
Abu Nawas: “Lo punya kambing atau domba nggak”
Pengeluh: “Nggak punya, tapi gue bisa beli. Kenapa?”
Abu Nawas: “Coba Lo beli satu kambing dan rawat dia di dapur Lo,”
Nah, Si Pengeluh ini nggak membantah. Mungkin karena udah percaya banget sama Abu Nawas yang terkenal banyak akal. Berangkatlah Si Pengeluh ini beli kambing dan merawatnya di area rumahnya.
Beberapa kemudian, si orang itu datang lagi.
Pengeluh : “Abu Nawas, gue udah ngikutin saran Lo. Lo tahu nggak apa yang terjadi? Rumah gue tambah sesek, cuy. Gue ngerasa gara-gara kambing itu rumah gue makin sesak dan bau lagi. Maksud Lo apa sih?”
Abu Nawas nggak menjawab, malah meminta Si Pengeluh untuk beli ayam dan minta pengeluh merawat ayam itu di dalam rumah. Gue nggak tahu kenapa Si Pengeluh nggak membantah, sekali lagi bisa jadi karena udah percaya banget sama Abu Nawas, atau emang udah males mikirin jalan keluar lainnya. Tapi, singkat cerita, tetep aja Si Pengeluh ini nurut sama saran Abu Nawas.
Beberapa hari kemudian, Si Pengeluh datang lagi dan makin mengeluh. Abu Nawas nggak menanggapi keluhannya, tapi malah nyuruh Si Pengeluh untuk nambahin hewan ke dalam rumahnya. Kali ini Abu Nawas minta Si Pengeluh untuk membeli unta.
Pengeluh: “Abu Nawaas, maksud Lo apa sih nyuruh gue beli kambing, kemarin beberapa ayam, sekarang Lo nyuruh gue beli unta. Nggak ngerti gue sama Lo. Gila Lo ya?”
Abu Nawas dengan santainya menjawab, “Solusi gue itu akan muncul di akhir. Lo turutin gue dulu, ntar Lo juga tahu. Sana buruan berangkat, biar segera keluar solusinya.”
Si Pengeluh yang udah nyerah nyari tahu maksud Abu Nawas akhirnya nurut aja. Dia pergi ke pasar hewan dan membeli onta, serta merawatnya di area rumah yang masih bisa ditaruh unta.
Beberapa hari kemudian, karena udah nggak tahan sama keadaan rumahnya yang makin kacau balau, Si Pengeluh datang lagi ke Abu Nawas.
Pengeluh: “Udah cukup! Gue nggak tahan sama hewan-hewan ini. Gue datang ke sini cari solusi. Bukan disuruh beli dan ngerawat hewan dalam rumah gue. Gue udah nggak tahan sama bau mereka, gue nggak tahan sama rumah gue yang makin sempit. Pokoknya gue nggak tahan sama ide Lo yang nggak gue pahami. Jadi, sekarang gue minta solusi yang riil, konkrit.”
Abu Nawas : “Sabaar. Solusinya bentar lagi muncul. Ntar gue kasih tahu kenapa. Sekarang gue minta Lo jual unta yang Lo punya.”
Meski nggak paham apa yang dimaksud oleh Abu Nawas, kenapa dia disuruh beli onta dan sekarang disuruh ngejual lagi, kayak sebuah perilaku yang kurang kerjaan. Tapi dia nurut aja sama Abu Nawas yang emang terkenal bijak.
Beberapa hari kemudian, Si Pengeluh datang lagi.
Abu Nawas: “Eh, Lo datang lagi. Gimana kabar Lo? Rumahnya udah enakan?”
Pengeluh : “Gue ngerasa, rumah gue lebih lega, pas ontanya gue jual.”
Abu Nawas : “Ya udah, nah… Sekarang Lo jual ayam-ayam Lo.”
Si Pengeluh mengiyakan dan menjual ayam-ayam yang dia miliki.
Beberapa hari kemudian, Si Pengeluh datang lagi.
Pengeluh : “Abu Nawas, gue ngerasa rumah gue makin lega pas gue udah jual ayam-ayam yang gue punya.”
Abu Nawas: “Wah, gue turut seneng sama kabar dari Lo. Nah, sekarang coba Lo jual si Kambing yang ada di dapur Lo,”
Si Pengeluh yang mendengar itu menuruti kata Abu Nawas. Beberapa hari kemudian, dia menemui Abu Nawas.
Abu Nawas : “Gimana kabar Lo?”
Pengeluh : “Gilak men, gue lega banget rumah gue udah nggak ada hewan-hewannya. Gue juga ngerasa rumah gue lebih lega dan luas daripada sebelum-sebelumnya. Dan, gue ngerasa lebih bahagia sekarang. Sekarang gue ngerti apa maksud Lo sebelumnya. Thankyou banget ya. Gue sekarang paham kalau luas atau sempit itu emang sudut pandang.”
Abu Nawas: “Gitu dong… Kalau Lo selalu bersyukur dengan pemberian yang dikasih oleh Tuhan, Tuhan akan cabut rasa sempit dari dada Lo, dan Dia akan membantu Lo merasa cukup dengan apa yang Lo miliki saat ini.”
Dari cerita Abu Nawas kita kadang perlu merasakan kesempitan yang lebih besar untuk mensyukuri hal-hal yang kita miliki saat ini. Sebenarnya nggak harus membuat hidup kita lebih dari biasanya seperti Si Pengeluh itu. Poinnya adalah bisa jadi apa yang Lo keluhkan ini belum seberapa. Masih ada kondisi-kondisi yang jauh lebih buruk yang nggak kebayang di mata Lo. Lo bisa juga menengok orang lain yang nggak seberuntung diri Lo.
Dan, Lo mungkin tahu bahwa bersyukur adalah cara yang paling mudah diakses untuk meningkatkan kebahagiaan Lo. Semua orang dan kalangan bisa mengaksesnya, nggak peduli dia berasal dari latar belakang apa. Mari kita lihat manfaat positif dari rasa syukur dan bagaimana Lo bisa belajar menumbuhkan rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari.
Apa yang Terjadi pada Tubuh Kita Saat Kita Bersyukur?
“Gratitude is the healthiest of all human emotions. The more you recognize and express gratitude for the things you have, the more things you will have to express gratitude for.” (Zig Ziglar)
Klikers, udah banyak banget bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa rasa syukur memiliki dampak yang luas bagi kita. Ketika orang bersyukur kesehatan fisik lebih terjaga. Syukur juga memiliki dampak positif yang kuat pada kesejahteraan psikologis. Syukur akan meningkatkan harga diri, meningkatkan emosi positif, dan membuat kita lebih optimis.
Saat kita merasakan kepuasan dan rasa syukur, tubuh kita memproduksi segala macam bahan kimia yang menakjubkan. Misalnya, kalau Lo bersyukur, neurotransmiter seperti dopamin, yang bertanggungjawab terhadap kesenangan, dan serotonin, yang mengatur suasana hati kita, akan bekerjasama menimbulkan rasa tentram. Syukur juga menyebabkan otak Lo melepaskan oksitosin, hormon yang bertanggungjawab terhadap perasaan aman dan kasih sayang, yang pada dampaknya membuat Lo langsung merasa aman dan nyaman.
Berlatih Syukur Secara Teratur
“The longer you linger in gratitude, the more you draw your new life to you. For gratitude is the ultimate state of receivership.” (Dr. Joe Dispenza)
Cara terbaik untuk menjadikan rasa syukur sebagai kebiasaan adalah dengan nggak menunggu momen spesial. Lo bisa mencoba dan berusaha bersyukur tiap hari pada hal-hal kecil yang seringkali Lo abaikan. Beberapa mencoba melakukan pencatatan kecil seperti jurnal syukur dengan menjauhkan stres dan kecemasan dengan membuat jurnal rasa syukur.
“Tapi, nulis kan sulit, males lah kalau tiap hari,”
Tenang, jika Lo belum siap untuk komitmen menulis apa hal-hal yang Lo syukuri setiap hari, Lo bisa cuma membatin dan melakukan ucapan terimakasih dalam hati kepada Tuhan.
Coba perhatikan sekitar. Lo bisa memulai dengan mengidentifikasi hal-hal yang mungkin Lo anggap remeh. Kemudian, luangkan waktu sejenak untuk berterima kasih kepada hal-hal kecil itu.
Misalnya, Lo habis menyeduh secangkir teh hangat, bersyukurlah atas secangkir teh hangat yang Lo nikmati dengan berbisik atau dalam hati berkata, “Terimakasih ya Tuhan, atas nikmat teh hangat hari ini. Badan gue sekarang seger…”
Saat Lo berbaring menuju tidur dan Lo melihat atap di atas kepala Lo, Lo bisa mengucapkan dalam hati, “Allah, thanks udah diberi atap untuk berteduh. Saat masih banyak orang yang tidur dalam keadaan yang jauh lebih buruk,”
Saat Lo mengantri di sebuah tempat, tiba-tiba ada yang mempersilakan Lo untuk maju lebih dulu. “Ya Allah, terimakasih gue udah diberi nikmat ngantri lebih cepet,”
Luangkan waktu sejenak untuk bersyukur bahwa sahabat Lo mengirimi Lo pesan untuk mengetahui bagaimana kabar Lo sekarang.
Tentu aja, gue nggak menyebutkan daftar yang lengkap karena ada berbagai cara untuk menumbuhkan rasa syukur. Sesuaikan dengan kehidupan Lo sendiri, ya…
Sepatah Kata Dari Klik.Klas
Klikers, supaya kita jadi pribadi yang bertumbuh setiap hari, jangan lupa luangkan waktu untuk bersyukur. Itu dapat memengaruhi kebahagiaan Lo dan meningkatkan banyak aspek kehidupan Lo. Apalagi syukur itu gratis, nggak ngeluarin uang sama sekali.
Menurut terbitan artikel dari Harvard Health, rasa syukur terus menerus dilatih setiap hari ternyata bisa membawa kebahagiaan yang lebih besar. Penelitian ini menyarankan bahwa rasa syukur akan membantu Lo untuk “merasakan emosi yang lebih positif, menikmati pengalaman baik dalam hidup Lo, meningkatkan kesehatan diri Lo, lebih tahan dalam menghadapi kesulitan, dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain.”
So, Klikers, luangkan waktu untuk bersyukur. Sebab syukur dapat memengaruhi kebahagiaan Lo. Ann Voskamp (penulis buku tentang syukur) berkata, “Gratitude for the seemingly insignificant — a seed — this plants the giant miracle.”
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan Ini Lahir Dari Tulisan Lainnya
Adler, M. G., & Fagley, N. S. (2005). Appreciation: Individual differences in finding value and meaning as a unique predictor of subjective well‐being. Journal of personality, 73(1), 79–114.
Emmonse, R. A., & Mccullough, M. E. (2003). Counting blessings versus burdens: An experimental investigation of gratitude and subjective well-being in daily life. Journal of Personality and Social Psychology, 84(2), 377–389.
Karns, C. M., Moore III, W. E., & Mayr, U. (2017). The cultivation of pure altruism via gratitude: a functional MRI study of change with gratitude practice. Frontiers in human neuroscience, 11, 599.