“Apakah Lo merasa stress karena banyak rencana Lo yang nggak berjalan sesuai rencana Lo di tengah situasi Covid-19 yang nggak pasti ini?”
Covid-19 mengubah segalanya. Banyak hal dalam hidup kita yang nggak lagi sama. Hampir dua tahun kita hidup di tengah suasana yang sangat nggak pasti. Berbagai lini kehidupan terasa harus terus siap dengan hal-hal mengejutkan, regulasi pemerintah yang belum stabil juga mempengaruhi banyak hal termasuk sector Pendidikan, ekonomi, kehidupan sosial dan juga tentu saja diri kita.
Lo masih inget ga awal-awal pandemic, kita merasa stress luar biasa karena harus di rumah saja. Pada pembatasan sosial skala besar ini, kita yang sudah pernah merasakan lockdown, tetap saja merasa bahwa hidup masih penuh ketidakpastian.
Banyak penelitian meneliti dampak Covid-19 ini terhadap kesehatan mental kita. Salah satunya efek dari ketidakstabilan berbagai lini hidup kita terhadap diri kita. Penelitian yang dipublikasi di jurnal bergengsi Psikologi ini menemukan, apa sih hal-hal yang paling mempengaruhi kesehatan mental masyarakat selama pandemic ini? Ternyata hasilnya menunjukkan factor yang paling menurunkan kesehatan mental secara global adalah berkurangnya dukungan sosial yang dimiliki oleh banyak individu serta ketidakpastian yang terus menghantui kehidupan masyarakat.
Hal ini bisa dipahami. Factor berkurangnya kesehatan mental disebabkan berkurangnya dukungan sosial juga disumbang oleh pembatasan sosial yang membuat kita nggak bisa bertemu orang-orang terbaik kita secara langsung. Sementara, ketidakjelasan selama pandemic ini juga menghantui kita semua dimulai dari ketidakjelasan dalam urusan kesehatan, ekonomi, Pendidikan dan berbagai hal lainnya. Lo sendiri juga pasti merasakan efek ketidakpastian ini dalam berbagai urusan Lo. Bisa jadi Lo udah merencanakan liburan, sekolah, di tempat yang jauh. Atau, Lo sedang merencanakan pertukaran pelajar dan lain sebagainya. Ketidakpastian memang benar-benar membuat kita serba salah.
Ketidak-pastian yang membawa pada banyak tekanan hidup ini akhirnya membuat Lo harus mengembangkan kemampuan adaptasi dan fleksibilitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Yuk, mari gue bahas apa itu fleksibilitas dalam psikologi itu.
Fleksibel Secara Psikologi Itu Apa?
Klikers, Lo pasti udah pernah denger teori adaptasi Darwin “Survival of the fittest”. Mereka yang bisa survive adalah mereka yang paling adaftif. Nah, kemampuan adaptif ini membutuhkan kefleksibelan psikologis. Fleksibilitas Psikologis ini secara umum adalah kemampuan Lo adalah beradaptasi secara cepat dalam situasi yang berubah-ubah dan menantang.
Banyak dari kita, termasuk gue, dan semoga bukan Lo, terbutakan dengan berita-berita buruk soal Covid, karantina, protocol kesehatan, berita kematian dan berita kesedihan-kesedihan di sekitar kita. Banyak dari kita terhipnotis telalu lama dan nggak segera mengambil Langkah maju beradaptasi dengan apa yang bisa kita lakukan.
Apa Sih Yang Bisa Bikin Kita Fleksibel?
Klikers, semua dimulai dari sudut pandang. Memperbaiki diri sendiri harus dimulai dari cara kita memandang hidup. Dengan memperbaiki pandangan bahwa kondisi ini bukanlah akhir, masih ada harapan, masih ada cara untuk bertahan hidup, Lo akan sedikit demi sedikit melihat cara untuk maju.
Sejujurnya, menyarankan untuk menjadi pribadi yang adaptif emang gampang, tapi praktiknya susah. Kita semua belajar. Nggak ada satupun dari kita yang langsung berhasil begitu saja. Membangun mindset baru dan membuat diri menjadi adaptif juga membutuhkan waktu. Namun, kabar baiknya, kita bisa mempercepatnya dengan hal-hal berikut.
Pertama, Menikmati Hari Ini (Be Present)
Untuk menjadi muda yang bertumbuh dan adaptif, Lo bisa mulai untuk menikmati dan menghargai hari ini dan saat ini. Saat Lo membaca artikel ini berarti Lo basih diberi nikmat mata, napas, handphone dan kuota. Memberi jeda sejenak diri Lo dengan ketakutan akan masa depan, ketidakpastian yang menghantui, dan berbagai masa lalu kurang menyenangkan.
Be here and now. Sekarang adalah anugerah yang mahal. Sekarang dan saat ini bisa jadi adalah waktu dan kesempatan yang didambakan oleh banyak orang lainnya di luar sana yang tidak sempat merasakan hari ini. Jadi, cherish this time, do your best!
Kedua, Lakukan Apa yang Penting (Do What Matters)
Bagaimana Lo bisa membantu orang lain, kalau Lo sendiri nggak bisa membantu diri Lo sendiri. Gue jadi inget, kalau kita naik pesawat, pramugari akan ngebriefing kita protocol keselamatan saat terjadi hal-hal yang nggak diinginkan. Arahannya, saat ada insiden dan masker untuk oksigen diturunkan, Lo harus memakaikan masker oksigen ini ke diri Lo sendiri dulu sebelum orang lain, bahkan jika Lo memiliki anak. Karena protokolnya adalah selamatkan diri sendiri untuk menolong orang lain. Pun, diri Lo juga, upayakan bahwa Lo bahagia untuk membahagiakan orang lain. Orang yang bahagia akan lebih bisa membahagiakan lebih banyak orang. Prioritaskan rawat diri Lo, perhatikan pola tidur, makan, aktivitas Lo sebisa mungkin yang membuat Lo lebih sehat fisik dan mental. Istirahatlah jika dibutuhkan.
Ketiga, Terbuka dengan Apa yang Lo Rasakan (Be Open)
Bersikap tegar itu boleh. Mencoba kuat untuk orang lain yang disayang juga boleh. Tapi, bukan berarti Lo harus membohongi semua orang. Temukan cara untuk nggak membohongi diri Lo sendiri. Temukan orang lain yang bisa membuat Lo bersikap jujur sejujurnya. Memang kultur kita di Indonesia nggak mendorong kita untuk terbuka dan jujur dengan apa yang kita rasakan, sehingga menemukan orang yang bisa mendengarkan adalah hal yang bisa Lo lakukan.
SEPATAH KATA DARI KLIKKLAS
Fleksibilitas psikologis dapat dicapai kalau Lo mau menghargai hari ini, melakukan apa yang penting, dan terbuka dengan apa yang Lo rasakan. Ketiga unsur ini akan membantu Lo untuk lebih fleksibel menghadapi ketidakpastian.
Apakah melakukan ketiga hal itu gampang? Gue nggak bilang gitu. Semuanya ada prosesnya. Hargai proses yang Lo lakukan. Untuk menjadi muda yang #selalubertumbuh menghargai proses Lo mencapai fleksibilitas yang lebih tinggi juga suatu hal yang perlu Lo apresiasi.
Lo bukan Cinderella yang berubah dalam waktu semalam, ini bukan negeri dongeng, dan dunia sihir. Semuanya berproses bahkan ketika kita ingin mencapai titik menjadi orang yang lebih fleksibel. Semuanya perlu proses.
Selamat bertumbuh menjadi muda yang lebih fleksibel menghadapi masa depan.
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan Ini Lahir Dari Tulisan Lainnya
Brooks SK, Webster RK, Smith LE, Woodland L, Wessely S, Greenberg N, et al. The psychological impact of quarantine and how to reduce it: rapid review of the evidence. The Lancet. Published March 14, 2020;395(10227):912–920. doi:10.1016/S0140–6736(20)30460–8
Gloster AT, Lamnisos D, Lubenko J, Presti G, Squatrito V, et al. Impact of COVID-19 pandemic on mental health: An international study. PLOS ONE. Published December 31, 2020;15(12). doi:10.1371/journal.pone.0244809
Gros DF, Flanagan JC, Korte KJ, Mills AC, Brady KT, Back SE. Relations among social support, PTSD symptoms, and substance use in veterans. Psychol Addict Behav. 2016;30(7):764–770. doi:10.1037/adb0000205