Yakin Lo Paham Betul Apa itu Introvert?

klik.klas
12 min readMar 12, 2021

--

Photo by Nicholas Barbaros on Unsplash

Hai, kenalan yuk sama Hening. Hening adalah seorang mahasiswi jurusan Manajemen dan Bisnis di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Di hari Jumat ini, setelah setengah hari berkuliah daring dari jam 7 hingga jam 12 siang, ia harus melanjutkan mengerjakan tugas kelompok membuat proposal bisnis untuk sebuah matakuliah. Kelompoknya cukup besar, terdiri dari lima orang. Kalau mau jujur, energy Hening sudah hampir habis untuk kuliah tatap muka online dari jam 7 hingga jam 12 siang. Siang ini, dia harus rapat online via zoom untuk tugas tersebut. Lagi-lagi, jika mau jujur, Hening sebenarnya lebih senang mengerjakan tugas individual. Sebab, bekerja dalam kelompok membuatnya entah kenapa suka capek sendiri mendengarkan berbagai argumen dari teman-temannya. Tapi, mau bagaimana lagi, karena ini tugas yang wajib dikerjakan dengan berkelompok, maka Hening harus berpartisipasi. Setelah dua jam berdiskusi, akhirnya mereka sudah selesai membagi tugas dan sekarang mereka harus mengerjakan bagian masing-masing secara individual. Saat rapat ditutup, entah mengapa Hening merasa lega dan saat mengerjakan tugas yang menjadi bagiannya, ia tidak seletih sebelumnya.

Sesaat sebelum maghrib, ia sudah selesai mengerjakan bagiannya dengan cepat. Sebab, bekerja sendirian ternyata lebih efektif baginya. Jadi, ia bisa menyelesaikan bagiannya dengan lebih cepat. Nah, bersamaan dengan itu, chat dari sahabatnya masuk. Inti dari isi chat sahabatnya itu adalah mengajak Hening keluar ke main ke Alun-Alun Bandung, untuk sekedar refreshing aja dari penatnya kuliah online. Saat diajak seperti ini, Hening menarik napas, entah kenapa berada di keramaian bukanlah ide yang menyenangkan untuk refreshing. Kalau boleh memilih, boleh nggak ia tiduran di kamar aja, sambil nonton Netflix, dengan cemilan micin, sweater hangat, dan selimut tebal. Karena ia merasa tidak punya energy untuk hangout ke tempat ramai, ia memilih menawarkan sahabatnya ide yang ia tadi pikirkan, yaitu main ke kosannya dan nonton Netflix bareng-bareng. Via chat, temannya mengeluh betapa susahnya mengajak Hening untuk keluar dari kosannya bahkan untuk sekedar berakhir pekan di car free day Minggu pagi. Sementara Hening, merasa keramaian bikin dia pusing. Apa enaknya sih beramai-ramai dan berdesak-desakan, “Bukannya lebih enak menikmati malam yang tenang di tempat yang tenang juga?” Setelah berdiskusi dengan cukup lama, akhirnya sahabatnya memutuskan untuk sleepover di kosan Hening, karena menuruti keinginan Hening untuk nonton film, makan snack dan ngobrol aja.

Sambil membereskan kamar, ada sebuah chat masuk dari adik tingkatnya, ia diminta untuk jadi pembicara di sebuah perkenalan anggota organisasi baru tentang cara membuat proposal bisnis yang baik. Hening mengiyakan tawaran itu setelah melihat jadwalnya kosong. Memang, ia aktif menjadi divisi kewirausahaan dan dana usaha saat tahun pertama dan kedua kuliah. Sehingga, beberapa kali ia diminta berbagi tips mencari dana untuk sebuah kegiatan. Meskipun ia tidak banyak bicara, berbicara di depan umum bukan masalah untuk Hening. Ia juga tidak malu dan minder saat diminta menyampaikan idenya. Beberapa kali Hening juga menjadi delegasi mahasiswa untuk Lomba debat. Jadi, dia tidak minder untuk bicara, Cuma ya tidak suka berbicara banyak aja. Menurutnya menjadi orang cerewet itu menyita energinya.

Begitu malam tiba, setelah nonton film yang Cuma dua jam, mereka malah ngobrol kemana-mana. Atau lebih tepatnya, Hening mendengarkan sahabatnya curhat dan ia lebih tertarik untuk menyimak dengan seksama.

Nah, itu dia kisah Hening yang menyenangi keheningan.

Adakah dari Lo yang punya kisah serupa dengan Hening? Ataukah ada satu dua karakteristik Hening yang Lo banget?

Klikers, mungkin Lo sering mendengar orang melabeli orang lain dengan introvert karena dia pendiam atau pemalu. Padahal, bukan disana titik poin pendefinisiannya. Ya, terkadang ada yang berada pada kutub introvert yang pemalu tapi juga ada yang introvert pemberani.

Kalau Lo masih merasa titik tekan dari introvert pada keberanian bicara di depan umum, atau karena tidak mudah bergaul dengan orang lain saja, sepertinya Lo harus baca tulisan ini sampai habis.

Apakah Lo Seorang Introvert?

Photo by JJ Jordan on Unsplash

Introvert atau kalau dibahasa-Indonesiakan jadi “introversi” secara teori dimaknai sebagai ciri kepribadian yang ditandai dengan fokus pada perasaan internal daripada sumber stimulasi eksternal. Introvert dan ekstrovert sering dipandang sebagai dua hal yang sangat berlawanan, tetapi kenyataannya kebanyakan orang berada di tengah-tengah.

Sementara introvert membentuk sekitar 25 hingga 40 persen dari populasi, masih banyak kesalahpahaman tentang tipe kepribadian ini. Penting juga untuk dicatat bahwa introversi nggak sama dengan kecemasan sosial atau rasa malu. Menjadi seorang introvert nggak berarti Lo cemas atau pemalu secara sosial. Misalnya, kalau Lo tahu Deddy Corbuzier, nah dia adalah seorang Introvert yang menjual kemampuan bicaranya. Apakah dia pemalu? Oh, kayaknya jauh dari itu.

Lalu, Gimana Sih Introverts Itu?

Photo by Antonino Visalli on Unsplash

Introversi adalah titik kontinum bersama dengan ekstroversi. Introversi menunjukkan salah satu ujung skala, sedangkan ekstroversi menunjukkan ujung lainnya.

Istilah introversi dan ekstroversi (juga sering disebut ekstraversi) dipopulerkan melalui karya Carl Jung (baca: Karl Yung) yang kemudian menjadi bagian penting dari banyak teori kepribadian di era-era selanjutnya. Nah, menurut banyak teori kepribadian, setiap orang memiliki introversi dan ekstroversi pada tingkatan tertentu. Jadi, bukan benar-benar murni introvert seratus persen atau ekstrovert 1000% persen. Namun, tetep aja, kita akan condong ke salah satu dari kutub itu, entah itu ekstoversi atau introversi.

Tanda Umum Introversi

Photo by KaLisa Veer on Unsplash

Apakah Lo sering memetakan seseorang ke dalam introvert dan siapa yang nggak? Meskipun Lo mungkin menganggap introvert sebagai pemalu yang lebih suka tinggal di rumah sendiri daripada bersosialisasi, introvert sebenarnya bisa aja muncul dalam berbagai tipe dengan berbagai karakter. Jadi bisa aja, gue dan Lo sama-sama introvert, tapi karakteristik kita itu beda banget. Misal, gue bisa aja mudah bicara di depan umum, tapi setelah itu gue nggak bisa berlama-lama menghadapi audiens di luar jam gue bicara di depan umum. Sementara, bisa aja Lo seorang introvert juga yang nggak tahan berada di atas panggung, tapi masih toleran untuk menghadiri acara hang-out dan main bersama temen Lo dengan durasi yang panjang.

Memang ada banyak introvert yang tertutup secara sosial dan yang lebih suka tinggal di rumah dan membaca buku daripada pergi ke pesta kampus yang besar bahkan menepi pada pertemuan keluarga besar. Tetapi, banyak juga lho yang senang bersosialisasi. Lo bahkan mungkin terkejut mengetahui bahwa banyak orang yang Lo anggap sebagai “si super ramah dan supel” sebenarnya adalah seorang introvert.

Nah, biar nggak berpanjang kata. Berikut ini hanyalah beberapa tanda bahwa Lo (atau seseorang yang Lo kenal) mungkin seorang introvert.

Pertama, Berada di Sekitar Banyak Orang Sangat Menguras Energi Lo

Photo by Ian Schneider on Unsplash

Apakah Lo pernah merasa lelah setelah menghabiskan waktu dengan banyak orang? Setelah seharian berinteraksi dengan orang lain, apakah Lo sering menarik diri ke tempat yang tenang dan memilih mengosongkan kegiatan demi punya waktu untuk diri sendiri? Kalau Ya. Maka, Lo mengiyakan tanda pertama seorang introvert, yaitu baterai energinya cepat habis kalau kelamaan berinteraksi dengan orang lain.

Salah satu ciri utama tipe kepribadian ini adalah para introvert yang merasa energinya terkuras kalau berada dalam situasi sosial. Sebaliknya, kalau Lo seorang ekstrovert, Lo akan mendapatkan energi dari interaksi sosial. Seorang introvert, makin malam nih misal acara semacam tasyakuran, pensi, ulang tahun, atau hangout, mereka akan semakin nggak bersemangat. Sementara, kalau seorang ekstrovert, makin malam, makin jadi macan pesta.

https://introvertdear.com

Itu nggak berarti bahwa semua introvert menghindari acara sosial sama sekali. Banyak kok introvert yang benar-benar menikmati menghabiskan waktu bersama orang lain, dengan satu peringatan utama — introvert cenderung lebih suka ditemani teman dekat. Meskipun seorang ekstrovert mungkin pergi ke pesta dengan tujuan untuk bertemu orang baru, seorang introvert bermaksud menghabiskan waktu berkualitas untuk berbicara dengan teman baik.

Kedua, Lo Menikmati Kesendirian

Photo by Reymark Franke on Unsplash

Sebagai seorang introvert, ide Lo tentang waktu terbaik adalah sore yang tenang untuk diri Lo sendiri untuk menikmati hobi dan minat Lo. Ini persis seperti apa yang terjadi dengan temen gue, yang cita-citanya adalah bikin musik sore-sore, sambil minum kopi, di sebuah tempat yang tenang.

Ada juga, beberapa dari Introvert senang melakukan hobi sendirian dengan buku yang bagus, jalan-jalan di alam yang tenang, atau menonton drama favorit sendirian, adalah cara yang menurut mereka rileks untuk membantu diri mereka merasa segar dan berenergi.

Ini nggak berarti bahwa rata-rata introvert ingin menyendiri sepanjang waktu. Banyak juga kok introvert yang suka menghabiskan waktu dengan teman dan berinteraksi dengan orang yang dikenal dalam berbagai pertemuan sosial. Tapi, hal utama yang harus diingat adalah bahwa seorang introvert itu setelah seharian melakukan aktivitas sosial, biasanya selalu punya keinginan untuk menarik diri ke tempat yang tenang untuk berpikir, berefleksi, dan menyegarkan diri.

Jika Lo termasuk orang yang punya pemikiran bahwa beberapa jam untuk menyendiri tanpa diganggu orang adalah the best moment in your day, Lo mungkin seorang introvert.

Ketiga, Lo Memiliki Sekelompok Teman Dekat, Nggak Banyak, Tapi Cukup

Photo by Briana Tozour on Unsplash

Salah satu mitos tentang introvert adalah bahwa mereka nggak menyukai orang lain. Ini kurang tepat. Meskipun introvert biasanya nggak suka bersosialisasi terlalu lama, mereka menikmati kok memiliki teman yang sangat dekat dengan mereka. Menurut Introvert, daripada punya banyak temen tapi nggak deket dan nggak berkualitas, lebih baik punya sedikit tapi bisa sangat dekat dan berkualitas. Menurut introvert, yang penting adalah kualitas hubungan, bukan kuantitas teman. Jika lingkaran sosial Lo cenderung kecil tetapi sangat dekat, kemungkinan besar Lo adalah seorang introvert.

Keempat, Orang Sering Menggambarkan Lo Pendiam

Photo by Amy Tran on Unsplash

Introvert sering digambarkan sebagai pendiam dan lembut, dan terkadang disalahartikan sebagai pemalu. Memang beberapa introvert punya sifat pemalu. Tapi, kenapa para introvert cenderung pendiam? Karena, memang mengeluarkan banyak kata-kata apalagi dalam seting sosial dimana mereka merasa nggak dekat secara personal dengan orang yang diajak bicara, adalah karena energy yang dikeluarkan terasa sangat besar. Dalam beberapa kasus lain, orang dengan tipe kepribadian introvert lebih suka memilih kata-kata mereka dengan hati-hati dan nggak membuang waktu atau energi untuk obrolan yang nggak perlu. Jika Lo adalah tipe yang merasa ngobrol, apalagi ngobrolin hal-hal yang superfisial dan nggak dalem dengan orang yang nggak dikenal adalah sebuah aktivitas yang membutuhkan energi super besar, Lo mungkin adalah seorang introvert.

Kelima, Terlalu Banyak Distraksi Membuat Lo Merasa Terganggu

Photo by Kalen Emsley on Unsplash

Kalau Lo seorang introvert dan harus menghabiskan waktu dalam aktivitas atau lingkungan yang sangat sibuk, Lo bisa merasa gelisah, nggak fokus dan kewalahan. Sebaliknya, Kalau Lo seorang ekstrovert, malah biasanya cenderung berkembang dalam situasi di mana ada banyak distraksi, ramai, dan banyak manusia yang bisa Lo sapa.

Ada nih satu studi, para peneliti menemukan bahwa seorang introvert cenderung lebih mudah dialihkan perhatiannya, alias mudah terganggu, daripada ekstrovert. Jadi, alasan mengapa introvert cenderung lebih memilih suasana yang lebih tenang dan nggak terlalu terburu-buru adalah karena mereka peka sekali terhadap stimulasi / rangsangan visual, audio, dan hal lainnya di sekitar mereka. Jika Lo cenderung merasa kewalahan dalam situasi yang sibuk, ramai, dan ribut, Lo mungkin cenderung introvert.

Keenam, Lo Punya Kesadaran Diri yang Tinggi

Photo by Motoki Tonn on Unsplash

Kalau Lo seorang introvert, biasanya Lo cenderung menghabiskan banyak waktu untuk memeriksa perasaan, pengalaman, dan pikiran Lo sendiri. Jika Lo merasa memiliki pengetahuan dan wawasan yang sangat baik tentang diri Lo, motivasi Lo, dan perasaan Lo, Lo mungkin seorang introvert.

Introvert cenderung menikmati aktivitas sekedar memikirkan dan memeriksa berbagai hal dalam pikiran mereka sendiri. Kesadaran diri dan pemahaman diri penting bantet bagi si introvert, jadi mereka sering mencurahkan banyak waktu untuk belajar lebih banyak tentang diri mereka sendiri. Ini mungkin melibatkan eksplorasi hobi yang mereka sukai, memikirkan kehidupan mereka, dan membaca buku yang mengeksplorasi tema dan topik yang penting bagi mereka.

Jika Lo merasa senang mendapatkan pengetahuan tentang diri Lo, mengeksplorasi secara mendalam pikiran dan perasaan Lo, menjadi tenang ketika menyelami diri Lo sendiri, mungkin Lo lebih seorang introvert daripada ekstrovert.

Ketujuh, Lo Tertarik Pada Pekerjaan Individual

Photo by LinkedIn Sales Navigator on Unsplash

Seperti yang bisa Lo bayangkan, pekerjaan yang membutuhkan banyak interaksi sosial biasanya nggak begitu menarik bagi orang-orang yang sangat introvert. Di sisi lain, karir yang melibatkan bekerja secara individual dan mandiri, seringkali menjadi pilihan yang bagus untuk para introvert. Misalnya, seorang introvert bisa aja lebih senang bekerja sebagai penulis, akuntan, programmer komputer, desainer grafis, apoteker, atau artis.

INTROVERT VS PEMALU

Penting untuk dicatet nih bahwa introvert nggak selalu sama dengan rasa malu. Rasa malu menunjukkan rasa takut pada orang lain atau situasi sosial. Introvert, sebaliknya, nggak suka menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dengan orang lain aja. Bukan takut sama mereka. Sebab, pada dasarnya introvert senang berada di dekat orang-orang yang dekat dengan mereka. Mereka merasa terlibat dalam “obrolan yang basa-basi” itu membosankan tetapi menikmati percakapan yang mendalam dan bermakna. Introvert juga cenderung memikirkan berbagai hal sebelum berbicara. Mereka ingin memiliki pemahaman penuh tentang sebuah konsep sebelum mereka menyuarakan pendapat atau mencoba menawarkan penjelasan.

Dalam artikel bagus di Atlantic Monthly, seorang penulis bernama Jonathan Rauch (baca: Jonatan Rosh) membahas beberapa mitos tentang introvert. Dia menjelaskan, “Kenapa introvert sering dicap sebagai pemalu, penyendiri, dan sombong amat karena nggak mau kenalan duluan?”

“Ekstrovert kadang kurang memahami orang-orang yang introvert. Mereka menganggap bahwa ramah dan supel serta berada di tengah banyak orang adalah hal yang paling wajar di lakukan dalam sebuah masyarakat. Mereka nggak dapat membayangkan mengapa seseorang harus menyendiri,”

Menurut Rauch persepsi ini muncul dari kegagalan para ekstrovert untuk memahami bagaimana introvert berfungsi. Karena, memang kebanyakan leader dan pemegang kendali sosial itu ekstrovert. Menurut perkiraan, jumlah ekstrovert melebihi jumlah introvert sekitar tiga berbanding satu. Sementara introvert merupakan bagian kecil dari populasi.

Klikers, nggak ada tipe kepribadian yang benar atau salah. Sebaliknya, baik introvert maupun ekstrovert harus berusaha memahami perbedaan dan persamaan satu sama lain.

Sepatah Kata dari Klik.Klas

Photo by Sam Manns on Unsplash

Ingat, introversi bukanlah karakteristik yang hitam putih, alias kalau Lo introvert berarti bukan ekstrovert atau sebaliknya. Nggak sehitam putih itu. Malah, setiap orang bisa jadi memiliki dua sisi ini dengan takaran yang sangat berbeda-beda. Orang bisa menjadi apa yang Lo sebut orang yang sangat introvert atau mungkin agak menuju ekstrovert, sehingga cenderung menjadi lebih toleran bergaul secara sosial. Ingat, Introvert itu ada dalam satu kontinum dengan ekstroversi dan kebanyakan orang cenderung berada di antara keduanya. Bukan berada di titik introvert murni atau ekstrovert murni.

Jika Lo mengidentifikasi dengan beberapa karakteristik introversi dan beberapa karakteristik ekstroversi, maka kemungkinan besar Lo adalah salah satu dari 70 persen orang yang berada di tengah-tengah. Ambivert (yang kapan-kapan kita bahas) bisa aja menikmati waktu dengan orang lain dan juga waktu sendirian, tergantung kebutuhan.

Yang terpenting, ingatlah bahwa introvert dan ekstrovert bukan sebuah kompetisi kepribadian, please pahami bahwa nggak ada yang “lebih baik” dari yang lain. Setiap kepribadian memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung pada situasinya. Namun, dengan lebih memahami kepribadian yang Lo punya, Lo dapat belajar cara bermain sesuai kekuatan Lo.

Jika Lo seorang introvert, saat distraksi dari dunia luar menjadi terlalu berlebihan, carilah saat-saat tenang di mana Lo bisa melepaskan diri dari kebisingan lingkungan sosial dan orang lain untuk memulihkan tenaga.

Klikers, supaya menjadi introvert yang bertumbuh setiap hari, tetap jalin relasi yang baik dengan orang-orang yang Lo sayangi. Dalam sebuah penelitian tentang introvert dewasa berusia antara 18 dan 80 tahun, mereka yang memiliki hubungan sosial yang kuat dan keterampilan regulasi emosional ternyata lebih bahagia daripada mereka yang nggak memiliki keterampilan tersebut. Manfaatkan kekuatan Lo sebaik-baiknya dengan memelihara hubungan dekat Lo untuk membina hubungan sosial yang kuat dan memanfaatkan kecenderungan Lo untuk melihat ke dalam diri Lo dan orang lain untuk mengembangkan pemahaman emosional yang kuat. Menjadi seorang introvert itu normal. Namun, jika Lo menemukan bahwa kecenderungan introvert Lo adalah hasil dari kecemasan yang memengaruhi fungsi normal Lo sehari-hari, konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mental Anda.

Semoga bermanfaat!

Semoga kita jadi pribadi yang #selalubertumbuh

Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya

Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas

Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget!

Tentang Penulis

Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A

Fakhi merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Tahu lebih dalam tulisan lainnya di Instagramnya @fakhirah.ir

Tulisan Ini Disarikan Dari Sumber Ilmiah Berikut

Aron EN, Aron A. Sensory-processing sensitivity and its relation to introversion and emotionality. J Pers Soc Psychol. 1997;73(2):345–368.

Belojevic G, Jakovljevic B, Slepcevic V. Noise and mental performance: personality attributes and noise sensitivity. Noise Health. 2003;6(21):77–89.

Cabello R, Fernandez-Berrocal P. Under which conditions can introverts achieve happiness? Mediation and moderation effects of the quality of social relationships and emotion regulation ability on happiness. PeerJ. 2015;3:e1300. doi:10.7717/peerj.1300.

Cain, S. Quiet: The Power of Introverts in a World That Can’t Stop Talking. New York: Crown Publishers; 2012.

Davidson IJ. The ambivert: A failed attempt at a normal personality. J Hist Behav Sci. 2017;53(4):313–331. doi:10.1002/jhbs.21868

Dossey L. Introverts: A Defense. Explore (NY). 2016;12(3):151–60. doi:10.1016/j.explore.2016.02.007

Fishman I, Ng R, Bellugi U. Do extraverts process social stimuli differently from introverts?. Cogn Neurosci. 2011;2(2):67–73. doi:10.1080/17588928.2010.527434

Garcia-rill E, Virmani T, Hyde JR, D’onofrio S, Mahaffey S. Arousal and the control of perception and movement. Curr Trends Neurol. 2016;10:53–64.

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet