Apakah Lo kesulitan menolak permintaan orang lain? Kalau iya, jangan-jangan Lo seorang people pleaser.
Apaan tuh People Pleaser?
People Pleaser adalah tipe orang yang melakukan apa pun untuk membuat orang lain bahagia. Meskipun, sikap baik dan membantu adalah hal yang baik, tapi kalau Lo bertindak terlalu berlebihan untuk menyenangkan orang lain, tidak pada tempatnya, dan tidak tahu batasnya, hal ini dapat menimbulkan risiko yang tidak diinginkan dalam hidup Lo. Ini bisa membuat Lo merasa terkuras secara emosional, stres, dan cemas.
Tanda Lo Seorang People Pleaser
Ada sejumlah karakteristik yang cenderung dimiliki oleh people pleaser. Beberapa tanda bahwa Lo bisa jadi seorang people pleaser:
Apakah Lo kesulitan mengatakan “nggak”?
Apakah Lo selalu sibuk dengan apa yang dipikirkan orang lain terhadap diri Lo?
Apakah Lo merasa bersalah saat mengatakan “nggak” kepada orang lain?
Apakah Lo takut menolak orang dengan alasan akan membuat mereka berpikir Lo jahat atau egois?
Apakah Lo menyetujui hal-hal yang nggak Lo suka atau melakukan hal-hal yang nggak ingin Lo lakukan karena nggak enak sama orang lain?
Apakah Lo bergumul dengan perasaan rendah diri?
Apakah Lo ingin orang-orang menyukai Lo dan merasa bahwa melakukan sesuatu untuk mereka akan mendapatkan persetujuan mereka?
Apakah Lo selalu memberi tahu orang-orang bahwa Lo menyesal bahkan saat Lo nggak salah?
Apakah Lo bersedia disalahkan bahkan ketika ada sesuatu yang bukan salah Lo?
Apakah Lo nggak pernah punya waktu luang karena Lo selalu melakukan sesuatu untuk orang lain?
Apakah Lo mengabaikan kebutuhan Lo sendiri untuk melakukan sesuatu untuk orang lain?
Apakah Lo berpura-pura setuju dengan orang lain meskipun perasaan Lo berbeda?
Kalau Lo kebanyakan menjawab “iya” berarti Lo bisa jadi punya kecenderungan yang kuat untuk selalu menyenangkan orang lain (people pleaser).
Penyebab Lo Jadi People Pleaser
Untuk berhenti jadi people pleaser, penting buat Lo untuk memahami beberapa alasan mengapa Lo bisa jadi terlibat dalam perilaku semacam ini. Ada sejumlah faktor yang bisa jadi berperan, termasuk:
Pertama, Harga Diri yang Buruk
Terkadang orang yang terus-terusan mengiyakan dan menuruti orang lain karena mereka nggak menghargai keinginan dan kebutuhan mereka sendiri, kurangnya percaya diri, dan memiliki kebutuhan akan validasi eksternal yang tinggi. Karena merasa kurang berharga, mereka merasa bahwa mencoba melakukan sesuatu untuk orang lain akan menghasilkan penerimaan yang lebih tinggi.
Kedua, Insecure
Dalam kasus lain, Lo bisa jadi mencoba untuk menyenangkan orang lain karena Lo khawatir orang lain nggak akan menyukai Lo jika Lo nggak berbuat lebih banyak untuk membuat orang lain bahagia.
Ketiga, Perfeksionisme
Kadang-kadang Lo ingin melakukan segalanya dengan sempurna, termasuk jadi sosok yang mampu membantu semua orang dengan sebaik-baiknya. Padahal siapa yang bisa menyenangkan “Semua orang” di dunia ini.
Keempat, Pengalaman Masa Lalu
Apakah Lo punya pengalaman yang menyakitkan, sulit, atau traumatis?
Orang-orang yang pernah mengalami kekerasan psikis maupun fisik dari anggota keluarga, misalnya, bisa jadi mencoba untuk menyenangkan orang lain dan untuk menghindari adanya perilaku kasar terhadap dirinya. Dalam kasus lain, menyenangkan orang bisa jadi cara untuk merasa diakui atau disukai. Dengan memastikan bahwa orang bahagia, mereka merasa berguna dan dihargai.
KALAU SUDAH JADI PEOPLE PLEASER, APA YANG DAPAT LO LAKUKAN
Ada beberapa langkah yang dapat Lo ambil untuk berhenti jadi people pleaser dan belajar bagaimana menyeimbangkan keinginan Lo untuk membuat orang lain bahagia tanpa mengorbankan keinginan Lo sendiri. Beberapa langkah yang dapat Lo lakukan adalah sebagai berikut.
Pertama, Tetapkan Batasan
Penting untuk mengetahui batasan Lo sendiri. Apakah itu waktu, tempat, atau energi. Lo perlu menetapkan batasan yang jelas, dan kemudian mengkomunikasikan batasan tersebut ke orang lain. Perjelas dan spesifikkan tentang apa yang ingin Lo lakukan pada waktu-waktu spesifik. Jika sepertinya seseorang meminta bantuan Lo dengan nggak wajar dan memang pada saat itu nggak bisa Lo penuhi, beri tahu mereka bahwa apa yang mereka minta itu melebihi batas dari apa yang bisa Lo bantu dan bahwa Lo nggak akan dapat membantu pada titik yang diharapkan. Misalnya, ada temen Lo yang membutuhkan bantuan untuk membantu mengerjakan tugasnya, tapi dia minta hampir di semua tugas Lo hadir membimbingnya. Lo bisa sampaikan bahwa Lo Cuma bisa bantu sampai titik tertentu aja, misal beberapa tugas saja.
Ada juga cara lain untuk menciptakan batasan dalam hidup Lo untuk mengurangi kecenderungan menyenangkan orang lain secara tidak proporsional. Misalnya, Lo membatasi diri pada waktu-waktu tertentu untuk menetapkan batasan kapan Lo dapat membantu dan tidak. Misal, kalau lagi pelajaran atau waktu kuliah, Lo memprioritaskan membantu saat kuliah. Pembatasan waktu dapat membantu Lo untuk memastikan bahwa Lo memiliki kendali nggak hanya atas apa yang ingin Lo lakukan, tetapi juga kapan Lo bersedia melakukannya.
Kedua, Mulai dari yang Kecil
Mungkin akan sangat sulit untuk membuat perubahan mendadak, jadi seringkali lebih mudah untuk memulainya dengan menegaskan diri sendiri dengan cara-cara kecil. Mengubah pola perilaku bisa jadi sulit. Dalam banyak kasus, Lo nggak hanya harus melatih diri sendiri — tetapi Lo juga harus berusaha mengajarkan orang-orang di sekitar Lo untuk memahami batasan Lo.
Karena itu, akan sangat membantu jika Lo memulai dengan langkah-langkah kecil yang membantu Lo berusaha jadi kurang “membabi buta” untuk menyenangkan orang lain. Lo bisa menolak untuk melakukan sesuatu yang Lo tahu orang lain bisa lakukan dengan lebih baik daripada Lo, “Gue tahu siapa yang bisa bantu Lo di soal nomor ini,” atau “Gue coba bantu yang nomor ini dan ini ya, gue rasa bisa coba dulu yang nomor ini,”. Jangan menolak untuk membantu semuanya, tetapi Lo bisa memilih mana yang bisa Lo pilih dan urgen untuk dibantu dan menolak yang sebenarnya bisa diselesaikan sendiri oleh peminta bantuan.
Ketiga, Tetapkan Tujuan dan Prioritas
Pertimbangkan di mana Lo ingin menghabiskan waktu. Siapa yang ingin Lo bantu? Tujuan apa yang ingin Lo capai? Mengetahui prioritas Lo dapat membantu Lo menentukan apakah Lo punya waktu dan energi untuk membantu semua orang dalam hidup Lo.
Jika ada sesuatu yang menguras energi Lo atau menghabiskan waktu Lo, ambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah tersebut. Saat Lo berlatih menetapkan batasan tersebut dan saat Lo mengatakan nggak pada hal-hal yang sebenarnya nggak Lo inginkan, Lo akan menemukan bahwa Lo memiliki lebih banyak waktu untuk mencurahkan hal-hal yang benar-benar penting bagi Lo.
Keempat, Cobalah Self-Talk Positive
Jika Lo mulai merasa kewalahan atau tergoda untuk menyerah, coba deh bangun tekad Lo dengan bicara ke diri sendiri yang positif. Ingatkan diri Lo bahwa Lo berhak punya waktu untuk diri sendiri. Dan Lo nggak perlu merasa berkewajiban untuk memberikan semua waktu dan energi Lo untuk hal-hal yang nggak membuat Lo bahagia.
Kelima, Mengulur Waktu
Saat seseorang meminta bantuan, beri tahu mereka bahwa Lo perlu waktu untuk memikirkannya. Mengatakan “ya” secara langsung dapat membuat Lo merasa berkewajiban dan terlalu terikat, tetapi meluangkan waktu untuk menanggapi permintaan dapat memberi Lo waktu untuk mengevaluasinya dan memutuskan apakah itu sesuatu yang benar-benar ingin Lo lakukan. Sebelum Lo membuat keputusan, tanyakan pada diri Lo sendiri:
Berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Apakah ini sesuatu yang benar-benar ingin gue lakukan?
Apakah gue punya waktu untuk melakukannya?
Apakah gue akan stresnya jika gue berkata “ya”?
Penelitian juga menemukan bahwa bahkan jeda singkat sebelum membuat keputusan akan meningkatkan akurasi pengambilan keputusan. Jadi dengan memberi diri Lo waktu sejenak, Lo akan lebih mampu memutuskan secara akurat apakah itu sesuatu yang Lo inginkan atau tidak.
Keenam, Nilai Permintaan
Langkah lain untuk mengatasi kesenangan orang lain adalah dengan melihat apakah orang lain mencoba memanfaatkan kemurahan hati Lo. Ada nggak orang yang sepertinya selalu menginginkan sesuatu dari Lo tetapi tiba-tiba nggak ada jika Lo membutuhkan mereka untuk membalas budi? Atau apakah ada beberapa orang tampaknya menyadari sifat dermawan Lo dan meminta Lo melakuan ini dan iru karena mereka tahu bahwa Lo bisa jadi nggak akan mengatakan “nggak?”
Jika Lo merasa seperti dimanipulasi untuk melakukan sesuatu, luangkan waktu untuk menilai situasinya dan putuskan bagaimana Lo ingin menangani permintaan tersebut. Untuk mereka yang terus meminta tolong secara keterlaluan dan berulang-ulang, atau orang yang terus bersikeras bahwa Lo harus membantu, bersikaplah tegas dan jelas tentang batasan personal Lo.
Ketujuh, Ingatlah bahwa Hubungan Menuntut Memberi dan Menerima
Hubungan yang kuat dan sehat adalah hubungan yang punya sisi timbal balik. Jadi, jika satu orang selalu memberi dan yang lain selalu menerima, itu sering berarti hubungan ini nggak seimbang. Meskipun Lo senang menyenangkan orang lain, penting untuk diingat bahwa mereka juga harus mengambil langkah untuk memberi sebagai balasan, atau tahu diri sebagai balasan.
Kedelapan, Membantulah Saat Lo Ingin Membantu
Lo nggak perlu tiba-tiba jadi orang egois. Kuncinya adalah memeriksa motivasi dan niat Lo. Jangan melakukan sesuatu hanya karena Lo takut ditolak atau ingin mendapatkan persetujuan orang lain.
Terus lakukan hal-hal baik, tetapi dengan cara Lo sendiri. Kebaikan nggak menuntut perhatian atau penghargaan. Apalagi validasi dari orang lain.
Sepatah Kata Dari KlikKlas
Jika jadi people pleaser membuat Lo sulit untuk mengejar kebahagiaan Lo sendiri, penting untuk menemukan cara untuk menetapkan batasan dan mengambil waktu Lo kembali. Ingatkan diri Lo bahwa Lo nggak bisa menyenangkan semua orang. Jika jadi people pleaser mengganggu kesejahteraan Lo, bicarakan dengan ahli kesehatan mental, misal terapis terlatih dapat bekerja dengan Lo untuk membantu mengelola perilaku Lo, memprioritaskan kebutuhan Lo sendiri, dan menetapkan batasan yang sehat. Sekali lagi, berbuat baiklah, bukan karena Lo butuh validasi dari orang lain, apalagi takut ditolak orang lain. Berbuat baiklah untuk diri Lo sendiri.
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan ini Lahir dari Tulisan Lainnya
Exline JJ, Zell AL, Bratslavsky E, Hamilton M, Swenson A. People-pleasing through eating: sociotropy predicts greater eating in response to perceived social pressure. Journal of Social and Clinical Psychology. 2012;31(2):169–193. doi:10.1521/jscp.2012.31.2.169
American Psychological Association. Is willpower a limited resource?
Kreiner H, Levi-Belz Y. Self-disclosure here and now: combining retrospective perceived assessment with dynamic behavioral measures. Front Psychol. 2019;10:558. doi:10.3389/fpsyg.2019.00558
Teichert T, Ferrera VP, Grinband J. Humans optimize decision-making by delaying decision onset. Geng JJ, ed. PLoS ONE. 2014;9(3):e89638. doi:10.1371/journal.pone.0089638