Siapa yang suka ngobrol sama diri sendiri? Ngakuu!
Atau…siapa yang suka marah-marah sama diri sendiri? cuuungg!
“Ih, bodoh banget sih gue! Kok bisa siih gue sebodoh ini,” pernah nggak Lo gemes pada diri sendiri dan mengekspresikannya melalui percakapan dengan diri Lo sendiri.
Lo jawab sendiri… “Iyaa.. Tapi kan gue nggak tahu, kalau saat itu ada sesuatu yang bikin gue jatuh. Bukan salah gue lagian ada batu di situ,”
Terus Lo bantah lagi ucapan Lo sebelumnya, “Ah, nggak ah, emang gua teledor. Dasar gue ini! Masa batu disalahin, dia diciptakan nggak punya akal juga,”
Teruuuus Lo lanjut aja ngobrol sama diri Lo sendiri tanpa henti….
Well, Klikers, ngobrol sama diri sendiri pada kenyataannya dilakukan hampir semua manusia, mau Lo akui atau nggak, mau secara keras maupun di otak Lo aja, Lo terus menjalankan dialog di dalam pikiran Lo.
Misal, “Hm, gue makan dulu, apa ngerjain tugas dulu ya?” terus sedetik kemudian, “Gue harus makan dulu biar nggak lemes,” nggak berhenti sampai di sini, Lo jawab lagi, “Tapi gue nggak ada waktu jalan ke kantin, jadi gue harus makan pakai?”
Dialog dengan diri sendiri ini macemnya bisa banyak banget, dari keputusan sederhana dalam hidup Lo, sampai bisa jadi pertentangan batin dengan gejolak yang begitu dahsyat, semuanya terjadi dalam diri Lo.
Kadang juga, self-talk ini isinya memberi arahan pada diri Lo sendiri saat Lo menjalankan suatu tugas, misalnya “Ayo, Gue bisa, gua pasti bisa!”
Atau, kadang self-talk ini muncul, saat Lo mengamati sesuatu atau sedang menimbang situasi Lo, seperti “Duh, GMap mati ini, gue harus ke kanan atau ke kiri ya? Duh tengsin nih kalau nanya, ketahuan jarang mainnya. Udah ah ke kanan aja. Aduh, salah lagi malah masuk TOL, aaarghh…”
Atau bahkan, memarahi diri sendiri, “Kok bisaaaa gue ngga bisa jawab soal ini, padahal gua udah belajar semalam. Aduuh, makan apa sih gue pagi ini, kok ujian jadi blank gini,” Bisa aja ujian yang sepi ternyata dalam diri Lo ada dialog yang ribut.
Nah, itu variasi dari self-talk. Self-talk sendiri adalah percakapan-percakapan internal di antara diri Lo. Faktanya adalah jenis self-talk yang Lo lakukan dapat berpengaruh besar pada cara Lo melihat diri Lo sendiri dan dunia di seLor Lo daripada yang Lo sadari.
EKSPRESI LEVEL KESADARAN
Istilah Self-talk kalau di psikologi umumnya dianggap sebagai campuran antara kesadaran dan ketidaksadaran tentang diri Lo sendiri dan dunia secara umum. Sigmund Freud (baca Sigmun Froid), merupakan salah satu tokoh di Psikologi, yang mengatakan bahwa manusia punya beberapa level kesadaran. Ada tingkat pikiran sadar dan nggak sadar, serta pikiran antara sadar dan nggak sadar. Bingung ga? Gue ulangi ya. Ada pikiran sadar, sadar-nggak sadar, dan total nggak sadar. Nah, Freud mengatakan bahwa pikiran yang di area alam bawah sadar ini bisa mempengaruhi perilaku Lo dengan cara yang nggak Lo sadari (Cherry, 2019). Sesuatu yang Lo sadari bisa masuk ke dalam alam bawah sadar kalau Lo sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Misal, kalau Lo terbiasa mengumpat, Lo akan nggak sadar aja dalam setiap Lo menemui sesuatu yang nggak Lo sukai, Lo langsung mengumpat secara otomatis. Artinya, karena Lo terlalu terbiasa akhirnya kebiasaan itu masuk alam bawah sadar dan dilakukan otomatis serta masuk ke area ketidaksadaran.
Artinya, Lo penting banget untuk menjaga apa-apa yang Lo lakukan, termasuk self-talk, yang akan dibawa ke arah ketidaksadaran adalah sesuatu yang positif. Nah, self-talk sendiri bisa positif atau negatif.
Self-Talk Negatif
Pernah nggak Lo menjadi diri yang paling kejam terhadap diri Lo sendiri? Lo memaki-maki diri Lo sendiri padahal di luar sana nggak ada yang memaki-maki diri Lo. Lo marah-marah terhadap diri Lo sendiri, padahal di luar sana temen-temen Lo nggak melakukan hal itu terhadap diri Lo?
Self-Talk yang negatif dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Intinya Lo terus berbicara secara negatif terhadap diri Lo sendiri. Misalnya, Lo terus menerus mengatakan pada diri Lo sendiri bahwa Lo nggak pandai dalam hal ini dan itu. Atau Lo sering berbicara dengan diri sendiri bahwa Lo nggak pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar! Atau Lo ngomong sendiri ke orang-orang bahwa Lo nggak bisa matematika. Atau, Lo dengan yakinnya menolak berjuang karena Lo sering ngomong ke diri sendiri bahwa Lo terlalu bodoh untuk masuk ke universitas terkemuka dunia. Atau Lo terlalu kurang untuk dianggap baik oleh orang lain.
Pola bicara diri Lo yang terlalu sering negatif bisa jadi kenyataan. Bukan karena ini sulap. Tapi, karena Lo fokus pada konsep dan gambaran diri negatif yang udah ada di benak Lo dalam waktu yang lama, membuat Lo bisa jadi mengiyakan apa yang diri Lo pikirkan dan ucapkan, dan otak Lo memprogram perilaku Lo sesuai dengan hal itu. Misal, kalau Lo sering ngomong ke diri Lo sendiri bahwa Lo ‘nggak cukup baik’ atau ‘selalu gagal’ atau ‘nggak dapat melakukan sesuatu dengan benar’, bisa membuat otak Lo terprogram untuk mengingat pengalaman negatif daripada yang positif. Jadi Lo mengingat saat-saat Lo nggak melakukannya dengan benar lebih dari saat Lo melakukannya dengan benar. Kemudian memutar ulang ucapan-ucapan ini sebagai gambaran diri Lo sendiri, yang akhirnya membuat Lo terbiasa dengan konsep diri yang negatif itu, dan bertindak sesuai dengan konsep diri Lo.
Pembicaraan diri yang negatif dapat mempengaruhi Lo dengan dahsyat. Sebuah studi menemukan bahwa perenungan dan menyalahkan diri sendiri atas peristiwa negatif bisa meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Nggak Cuma itu, berfokus pada pikiran negatif dapat menyebabkan penurunan motivasi, perasaan nggak berdaya dan nggak berharga. Jenis self-talk yang negatif ini bahkan bisa menimbulkan depresi. Jadi, self-talk yang negatif perlu dikelola dengan baik.
Self-Talk Positif
Sebaliknya, ada juga dialog dengan diri sendiri yang positif. Self-talk yang positif, seperti yang sudah Lo duga, adalah kebalikan dari self-talk yang negatif.
Self-Talk Positif bukan menuntut Lo menjadi makhluk yang narsis, atau menipu diri Lo sendiri dengan hal-hal yang nggak akurat. Self-talk positif ini gue maksudkan lebih ke arah menunjukkan kepada diri sendiri sifat bersahabat dengan diri sendiri. Sebab, kenapa Lo bisa menjadi sangat baik dan perhatian kepada temen Lo yang mengalami peristiwa negatif, tapi nggak bisa bersikap lembut kepada diri Lo sendiri? (Jantz, 2019)
Dalam hal banyak penelitian self-talk yang positif menunjukkan hasil yang baik untuk kehidupan. Nggak Cuma itu, penelitian udah banyak yang setuju bahwa self-talk yang positif juga bermanfaat pada segala bidang. Dari kehidupan professional, olahraga dalam menurunkan berat badan, hingga memerangi depresi. Artinya, mengubah cara Lo berbicara kepada diri sendiri dapat berdampak besar dalam hidup Lo.
BERBICARALAH YANG BAIK BAHKAN PADA DIRI SENDIRI
Pada intinya, pentingnya dan manfaat dari self-talk yang positif sangat bermacam-macam, bahkan bisa jadi mantra yang memiliki bius (efek sugestif) yang tinggi pada diri kita sendiri. Seperti yang disarankan oleh penelitian, self-talk positif penting karena sejumlah alasan.
Tiga manfaat bicara yang baik-baik pada diri sendiri.
Satu, Membantu Mengurangi Stres
Penelitian menunjukkan bahwa kalau Lo cenderung berpikir optimis dan melakukan ritual self-talk positif, membuat Lo mampu membuat strategi yang lebih aktif ketika menghadapi situasi dan tantangan yang membuat stres (Iwanaga, Yokoyama, & Seiwa, 2004). Nggak Cuma itu, self-talk positive membantu Lo mengubah cara Lo memandang situasi stres, dan membuat Lo terus mensugesti diri Lo sendiri bahwa Lo akan menghadapi tantangan ini, seberat apapun, dan dengan kemampuan terbaik Lo. Sebab, apapun hasilnya — Lo melakukan yang terbaik.
Dua, Membantu Meningkatkan Keyakinan dan Ketahanan Diri
Self-talk yang positif secara teratur dapat membantu Lo untuk merasa lebih percaya diri dalam menghadapi pencapaian tujuan Lo, saat Lo meyakinkan diri Lo dengan keyakinan bahwa hal-hal yang Lo inginkan bisa dicapai, dan ketika masalah muncul, Lo yakin bahwa Lo bisa menemukan jalan keluarnya. Hal itu menunjukkan bahwa self-talk positif banyak terbukti telah membantu meningkatkan kepercayaan diri.
Tiga, Membantu Membangun Hubungan yang Lebih Baik
Lo bisa jadi menyadari bagaimana rasanya berada di sekitar seseorang yang positif, percaya diri, dan puas dengan diri mereka sendiri. Mereka itu seperti memancarkan aura positif pada orang-orang di sekitar mereka. Orang yang menggunakan self-talk positif juga sangat mampu menangkap sifat-sifat positif dari orang-orang di sekitar mereka.
Yuk Latihan Mengubah yang Negatif Jadi Positif
Setelah mendengar apa manfaatnya. Gimana kalau kita latihan untuk mengubah self-talk negatif menjadi positif. Latihan ini intinya mengarahkan kita saat self-talk negatif mulai muncul, Lo dapat segera membingkainya kembali dengan alternatif self-talk positif.
Sebagai contoh:
Self-talk negatif, seperti “Gue benar-benar bodoh! Gue mengacaukan proyek dan nggak akan ada jalan jalan keluar. “Coba deh ganti ke Self-Talk Positif, seperti “Gue nggak melakukannya sebaik yang gue tahu, tetapi nggak apa-apa. Sekarang gue tahu apa yang bisa gue lakukan lain kali untuk menjadi lebih baik, dan itu akan membantu pertumbuhan pribadi dan profesional gue.”
Self-talk negatif seperti, “Duh, kayaknya udah mepet deadline, gue nggak akan pernah bisa menyelesaikan pekerjaan ini kayaknya,” Latih ke Self-Talk Positif dengan ucapan, “Oke, hari ini banyak yang harus gue bereskan dan gue hanya bisa melakukan apa yang bisa gue lakukan.”
Self-talk negatif yang sering muncul, semisal “Apa gunanya pergi, semua orang akan melihat betapa gue orang yang emang terlanjur cupu,” Coba Lo lawan dengan Self-Talk Positif, misalnya kalimat seperti “Bertemu orang baru bisa jadi menakutkan tapi gue yakin lebih banyak orang yang berpikir gue cupu,”
Sepatah Kata Dari Klik.Klas
Klikers, untuk menjadi pribadi yang bertumbuh setiap hari, gue harap Lo berbicara yang baik bahkan pada diri sendiri. Hindari self-talk negatif dengan berlatih terus dan terus. Latih diri kita untuk senantiasa melawan self-talk negatif. Lama-lama sugesti yang Lo tanamkan ke dalam diri Lo melalui self-talk positif akan mengubah hidup Lo selamanya.
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas
Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget!
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Fakhi merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Tahu lebih dalam tulisan lainnya di Instagramnya @fakhirah.ir
SUMBER BACAAN
- Assad, K, Donnellan, M. B., and Conger, R. D. (2012). Optimism: an enduring resource for romantic relationships. Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17645400
- Cherry, K. (2018). The Life, Work, and Theories of Sigmund Freud. Retrieved from: https://www.verywellmind.com/sigmund-freud-his-life-work-and-theories-2795860
- Chopra, K. (2012). Impact of positive self-talk. Retrieved from: https://opus.uleth.ca/handle/10133/3202
- Conroy, D. E. and Metzler, J. N. (2004). Patterns of Self-Talk Associated with Different Forms of Competitive Anxiety. Retrieved from: https://journals.humankinetics.com/view/journals/jsep/26/1/article-p69.xml
- Iwanaga, M., Yokoyama, H., and Seiwa, H. (2004). Coping availability and stress reduction for optimistic and pessimistic individuals. Retrieved from: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0191886903000473
- Jantz, G. L. (2016). The Power of Positive Self-Talk. Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/hope-relationships/201605/the-power-positive-self-talk
- Kendall, P. C., and Treadwell, K. R. (2007). The role of self-statements as a mediator in treatment for youth with anxiety disorders. Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17563155
- Keizer, A., Smeets, M. A.M., and Dijkerman, H. C. (2013). Too Fat to Fit Through the Door: First Evidence for Disturbed Body-Scaled Action in Anorexia Nervosaduring Locomotion. PLoS One. 2013.
- Leung, P. W., and Poon, M. W. (2001). Dysfunctional schemas and cognitive distortions in psychopathology: a test of the specificity hypothesis. Retrieved from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11583248
- Lyubormisky, S. (2008). How Much Confidence and Optimism Is Good For World Leaders and How Much Is Too Much? Retrieved from: https://www.psychologytoday.com/us/blog/how-happiness/200806/how-much-confidence-and-optimism-is-good-world-leaders-and-how-much-is-too
- Owens, G. P., and Chard, K. M. (2001). Cognitive distortions among women reporting childhood sexual abuse. Retrieved from: https://psycnet.apa.org/record/2001-14164-006
- Tod, D., Oliver, E. J., and Hardy, J. (2011). Effects of Self Talk: A systematic review. Retrieved from: https://www.researchgate.net/publication/51704153_Effects_of_Self-Talk_A_Systematic_Review
- Wrisberg, C.A. (1993). Levels of performance skill. In R.N. Singer, M. Murphy, & L.K. Tennant (Eds.), Handbook of research on sports psychology (pp. 61–71). New York: Macmillan.