“Gue hidup buat apa sih?”, “Gue bangun pagi buat apa sih?”, “Gue melakukan ini itu buat apa sih?”
Lo pernah ga tiba-tiba dihantui oleh pertanyaan semacam ini?
Gue pernah banget.
Bentuk kalimatnya bisa macam-macam, bisa… “Apa tujuan gue ngelakuin ini semua?” “Kenapa gue harus ngelakuin ini dan itu?”, “Kenapa gue yang harus ngalamin semua ini?”, “Sebenarnya, apa yang gue inginkan?” dan lain sebagainya.
Terus ditambah dengan pertanyaan lainnya kayak, “Udah bener belum sih jalan yang gue ambil”
Hiyaah…makin menjadi-jadi kehampaan gue saat itu. Hampa karena hidup terasa berjalan tanpa tujuan, tanpa makna, tanpa semangat, dan tanpa mimpi yang diperjuangkan.
Apalagi pas lihat temen-temen gue, yang hidupnya terlihat baik-baik saja. Gue makin hampa.
Lo Nggak Sendirian
Tujuan gue cerita ini adalah karena gue mau berbagai bahwa kalau lo merasa bangun tidur dan merasa nggak semangat, merasa bertanya-tanya hidup ini untuk apa, dan segala hal lain yang membuat hidup terasa kayak zombie. Gue mau ngasih tahu bahwa elo nggak sendiri.
Saat lo merasa sendirian dengan segala pertanyaan di kepala lo, dihantui pertanyaan “Apa sih sebenernya tujuan hidup gue?” Percayalah bahwa pertanyaan-pertanyaan ini adalah pertanyaan yang wajar mampir dalam hidup kita, sebab manusia secara alami akan mencari sebuah tujuan dalam hidupnya. Tujuan hidup erat kaitannya sama makna hidup.
Menurut seorang tokoh Psikologi, Erikson, setiap tahapan perkembangan akan berhadapan dengan krisisnya masing-masing. Remaja dan dewasa muda akan mulai ingin melepas identitas dari pengasuhnya, misal orang tua, dan ingin dikenal dengan kemampuannya sendiri dan bergerak dengan kemampuan sendiri. Artinya, lo dan gue sedang berjuang untuk menghadapi krisis usia perkembangan kita, salah satunya adalah mencari makna kehidupan.
APA ITU MAKNA HIDUP?
Apa sebenarnya makna hidup itu?
Kebermaknaan hidup adalah sebuah kondisi dimana lo paham banget arti dari hidup lo.
Dalam psikologi ada namanya logotherapy/logoterapi. Apa itu? Logoterapi berasal dari kata “logos” yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi sering disebut sebagai terapi makna. Menurut pendekatan ini, lo dan gue lebih dari sekedar daging, tulang, dan segala elemen fisik dan biologis kita. Manusia bukan Cuma fisik. Tapi, manusia juga merupakan sekumpulan hal-hal non fisik, termasuk di dalamnya ada makna hidup.
Saat kehampaan hidup datang dan mengganggu kedamaian, bukan hanya fisik yang perlu diterapi, tapi juga perasaan kebermaknaannya. Sebab, makna itu seperti jiwa. Kalau manusia nggak punya makna, manusia kayak zombie yang Cuma fisiknya aja, tapi dalamnya kosong.
Lalu gimana caranya menemukan makna hidup?
Hari ini gue akan berbagi pengalaman mencari makna hidup dengan rumus purpose —self awareness- sharing.
Purpose (Tujuan)
Supaya hidup terasa lebih bermakna, kadang kita perlu menanyakan pertanyaan yang agak dalam yaitu: “Apa tujuan hidup lo/gue?”
Sebab, makna hidup sangat berkaitan dengan tujuan hidup. Kalau istilah “tujuan hidup” terasa terlalu rumit dan berat.
Lo bisa mulai dari apa yang lo pengen dalam waktu dekat, sebelum kita bahas keinginan jangka panjang.
Misalnya, lo pengen masuk universitas bergengsi. Nggak ada salahnya.
Lo pengen jadi jadi ahli di bidang kuliner. Itu keren juga.
Coba lo bayangin keinginan lo dalam waktu dekat, bisa dicatet di kepala, atau bahkan dituangkan ke atas kerta.
Nah, akan semakin kuat lagi, kalau tujuan ini dilengkapi dengan reason atau alasan. Alasan ini bisa dari skala karena diri lo sendiri atau orang lain di sekitar elo.
Lo ingin jadi pebisnis yang sukses supaya nggak lagi nyusahin orang tua.
Lo pengen membahagiakan orang tua lo, akhirnya lo kerja keras.
Lo pengen membahagiakan orang-orang yang sedang kelaparan dengan masakan, akhirnya lo ambil fokus di bidang kuliner.
Lo pengen jadi komikus internasional, karena belum ada yang ngangkat cerita kearifan lokal di Indonesia yang bisa dinikmati secara internasional.
Temukan alasannya!
Self Awareness (Memahami Diri Sendiri)
Eh tapiii gue yakin masih banyak juga dari lo yang akan respon kayak gini…
“Waduh, gue cita-cita aja nggak punya…”
Atau
“Berat amat, mikirin buat orang lain, buat diri gue aja belum beres,”
Atau
“Kok orang bisa gampang banget menentukan mau jadi ahli di bidang apa, sementara gue masih ngambang aja. Gue aja nggak tahu, gue bisa apa,”
“Gue cuma ngejalanin hari aja min selama ini, gue nggak tahu mau apa,”
Oke, oke… kita coba mundur satu langkah lagi ke belakang yaitu memahami diri sendiri.
Kenapa mundur ke tahap memahami diri sendiri dulu? Sebab, memahami diri sendiri itu bagian penting untuk menemukan makna hidup. Banyak cara untuk memahami tujuan hidup kita termasuk dengan memahami diri sendiri. Saat kita mendalami diri sendiri, secara ga langsung akan ada pertanyaan, “Apa yang Tuhan kasih ke gue? Dan kenapa gue diciptakan dengan segala apa yang ada di diri gue?”
Contohnya, kalau lo orangnya jago public speaking dan punya kekuatan di sana, lo bisa aja memaknainya dengan berpikir “Bisa jadi gue diciptakan ke dunia ini, untuk membantu acara-acara temen gue, biar acaranya lebih seru dan lebih hidup dengan jadi MC yang kece.”
Terus ada pertanyaan lagi dari Klikers sekalian, “Gue nggak tahu cara memahami diri gue sendiri…”
Cara memahami diri yang super duper paling sederhana untuk memetakan diri adalah membuat tabel di atas selembar kertas putih. Tabel sebelah kiri adalah tabel untuk menuliskan hal-hal apa yang lo suka, bisa juga lo tambah dengan hal-hal yang lo sangat bagus dalam melakukan sesuatu itu. Sementara tabel sebelah kanan adalah hal-hal yang lo kurang suka. Biasanya nih, kekuatan kita berkaitan dengan apa yang kita sukai dan kelemahan kita berkaitan dengan apa yang paling tidak kita sukai.
Supaya makin lengkap memandang diri kita, lo bisa juga minta sahabat-sahabat baik lo untuk mengisi hal yang sama tentang diri lo. Dengan ini, lo akan memperluas pemahaman diri lo karena lo mendapat feedback dari orang lain.
Johari Window
Hal ini sesuai dengan konsep Joharri Window. Sebuah tabel yang terdiri dari 4 buah kotak yang dibuat oleh dua orang ilmuwan Psikologi bernama Joseph Luft dan Harrington Ingham pada tahun 1955 dan disingkat dengan Joharri Window.
Menurut Joharri kita memiliki empat area dalam diri kita.
Area pertama disebut area diri yang terbuka, di mana lo mengerti kelebihan dan kekurangan lo, dan orang lain juga mengerti itu. Artinya lo dan orang lain sama-sama paham. Misal, lo merasa jago memimpin sebuah kelompok, lo sadar betul kalau lo bagus dalam mengelola tim dan orang lain juga banyak yang memuji lo akan kelebihan lo ini. Kelebihan lo yang mampu mengelola kelompok ini berada pada area diri yang terbuka. Sebab lo tahu, dan orang lain tahu. Cari untuk semakin memperlebar open area ini adalah dengan nyari feedback.
Sementara, kadang lo memiliki kelebihan yang nggak lo ketahui, tapi orang lain tahu. Ini artinya blind area lo, alias daerah yang buta. Ibaratnya lo nggak sadar kalau lo punya kelebihan itu. Nah, dengan bertanya kepada orang lain, kita akan membuka sedikit demi sedikit area buta kita. Minta temen lo untuk sharing apa yang mereka rasa tentang diri lo.
Area ke-tiga adalah area tersembunyi. Alias hidden area. Area di mana lo tahu kelebihan dan kekurangan lo tapi cuma diri lo yang tahu, dan orang lain nggak tahu. Bisa karena sengaja lo sembunyiin, bisa karena nggak sengaja aja.
Area ke-empat adalah area di mana hanya Tuhan yang tahu hehe. Sebab, area di mana orang lain nggak tahu, dan elo nggak tahu. Kalau area ini biarin aja.
Dalam proses memahami diri sendiri, kita perlu fokus memperlebar area “yang kita tahu”. Fokus pada area yang pertama yaitu memperluas pengetahuan kita tentang diri kita sendiri, baik dengan cara berkontemplasi, nanya ke orang lain, dan berbagai hal lainnya. .
Apa pentingnya memahami diri sendiri? Salah satunya adalah untuk memperjelas kekuatan dan kelemahan diri lo. Kekuatan dan kelemahan diri ini bisa mengarahkan apa yang lo inginkan dalam hidup.
Pengetahuan Diri + Alasan Penciptaan
Setelah kita berkontemplasi dengan kelebihan dan kelemahan diri kita, bisa kita kaitkan dengan tujuan penciptaan kita.
Misalnya, setelah mendalami soal diri sendiri, lo jadi tahu kalau elo orangnya perhatian dan menurut orang lain pun elo orang yang perhatian. Dari sini, lo bisa kaitkan dengan pertanyaan kenapa ya Tuhan menjadikan aku orang yang perhatian? Bisa jadi ada tujuannya.
Lo diciptakan untuk menjadi orang yang bisa membuat orang lain lebih berharga, merasa lebih disayang, dan segala macem hal lain yang bisa lo lakuin dengan sifat perhatian lo.
List kelebihan lo dan cocokkan dengan apa maksud Tuhan, apa yang bisa lo beri ke kehidupan orang lain. Terkadang mencari makna hidup itu adalah dengan berorientasi ke orang lain.
Buat gue sendiri, sama seperti yang gue bilang, cara gue mencari makna hidup adalah dengan mencari area kontribusi yang dibarengin dengan passion. Misal, gue memilih untuk membantu orang bertumbuh melalui Klik.Klas dan gue berharap dengan ini gue bisa bantu banyak orang.
Nggak perlu yang muluk-muluk sebenarnya, setiap pagi, lo bangun tidur dan bertekad untuk meringankan beban orang tua sedikit-sedikit, bertekad jadi saudara yang baik, bertekad jadi temen yang lebih baik, itu aja udah cukup.
Share What God Gives You
Saat kita merasa hidup kita kurang bermakna, cobalah melakukan kerja-kerja sosial.
Kalau lo jago public speaking, coba gabung sama komunitas-komunitas public speaking. Atau lo bisa berbagi sedikit info kepada orang-orang gimana caranya ngomong di depan umum dengan percaya diri.
Kalau lo jago masak, lo bisa ikut berkontribusi dengan berbagi masakan ke temen-temen kostan. Pasti mereka banyak deh yang berterimakasih ke lo.
Kalau lo punya kemampuan, coba sharing ke orang soal cara lo mengasah kemampuan lo.
Selalu temukan cara untuk berbagi apa yang lo punya. Sebab, salah satu hal yang bikin kita merasa bermakna adalah kita mampu memberikan sesuatu untuk orang lain.
Berbagi akan meningkatkan perasaan bahwa hidup gue berharga, gue dibutuhkan, dan gue bermanfaat. Perasaan bisa berkontribusi kepada lingkungan dan masyarakat akan sangat membantu mempertemukan kita dengan kebermaknaan hidup kita.
Kesimpulan
Saat bangun pagi dan lo merasa hidup lo hampa, nggak tahu harus apa. Cobalah mulai dari memahami tujuan penciptaan lo.
Kalau masih susah, mundur lagi ke memahami diri sendiri setelah itu dikalikan dengan tujuan Tuhan menciptakan lo. Pasti, ada maksud Tuhan menciptakan lo dengan segala keadaan yang lo alami. Kalau alasan itu belum lo temukan dalam diri lo. Lo bisa mencari alasan kenapa harus bangun pagi setiap hari untuk membantu orang lain di sekitar lo. Alasan yang berhubungan dengan orang lain.
Klikers, temukan diri lo, temukan apa tujuan tuhan terhadap lo dan temukan apa yang bisa lo bagi.
Itu kata kuncinya.
Oh ya…Untuk menjadi muda yang #selalubertumbuh setiap hari, lo bisa bisa ikutin acara-acara yang diadain oleh Klik.Klas. Info lebih lanjutnya, pantengin terus Instagram Klik.Klas
Semoga bermanfaat!
Sampai jumpa!
Klik Klas, Belajar Luar Kelas!
Kunjungi Media Sosial Klik Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas
Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget!
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A (Cand)
Penulis merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Tahu lebih dalam tulisan lainnya di Instagramnya @fakhirah.ir