“Adakah dari Lo yang takut untuk menghadiri pertemuan keluarga? Bukan karena apa-apa, tapi karena ada aja orang yang berusaha membuat Lo terlihat buruk”
Berlawanan dengan anggapan orang yang bilang bahwa gangguan hanya ada di sekolah, ternyata perilaku yang mengganggu atau perilaku intimidatif lainnya ada di mana-mana, termasuk dalam setting keluarga. Faktanya, gangguan dapat berlanjut hingga dewasa dan dapat ditemukan di hampir semua hidup kita. Dalam keluarga jika Lo dihadapkan dengan gangguan dalam keluarga Lo, inilah yang perlu Lo ketahui untuk menghadapi situasi tersebut.
Bullying Pada Setting Keluarga
Sering kali, bullying di setting keluarga terjadi dalam bentuk agresi non fisik, tetapi dalam kasus yang ekstrim, dapat meningkat menjadi gangguan fisik juga. Agresi non fisik dalam keluarga bisa menggunakan manipulasi, penghinaan, dan gangguan terhadap anggota keluarga lainnya.
Jika Lo menemukan anggota keluarga yang terus menerus melemparkan kritik, menyalahkan orang lain atas berbagai hal, memanggil anggota lainnya dengan nama yang nggak pantas, dan menolak untuk menghargai satu sama lain dalam anggota keluarga, mungkin Lo ingin lari aja dari sosok seperti itu. Tipe anggota keluarga ini juga bisa terlibat dalam gaslighting atau mencoba untuk mengisolasi anggota keluarga lainnya dengan membuat anggota keluarga lain melawan mereka atau menggunakan perlakuan diam-diam untuk menjauhkan anggota satu dengan lainnya.
Kadang-kadang, gangguan dalam keluarga terjadi hanya karena anggota keluarga Lo yang melakukan gangguan nggak pernah belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain dengan cara yang sehat. Atau, malah karena terbiasa diperlakukan demikian dan belum pernah direspon dengan cara yang hangat.
Penting untuk diperhatikan bahwa gangguan dalam keluarga nggak sama dengan kekerasan dalam rumah tangga, atau pasangan yang sudah menikah. Meskipun secara umum sama tapi ada beberapa jenis perilaku yang tumpang tindih, gangguan dalam keluarga melibatkan anggota keluarga dan bukan pasangan intim.
Pengaruh Bullying Terhadap Individu Dewasa
Sama seperti bullying tradisional atau bahkan bullying di dunia maya, menangani orang dengan perilaku yang mengganggu dalam keluarga dapat berdampak juga pada kebahagiaan anggota keluarga lainnya. Faktanya, menurut survei yang dilakukan oleh American Osteopathic Association (AOE), orang dewasa yang dibully juga mengalami dampak fisik dan mental akibat bullying. Misalnya, 71% dari mereka melaporkan mengalami stres, 70% menderita depresi dan kecemasan, dan 55% mengatakan kehilangan rasa percaya diri. Efek lain dari gangguan terhadap kesehatan adalah kurang tidur, sakit kepala, serta ketegangan otot dan nyeri. Sementara itu, hampir 20% dari mereka yang disurvei mengatakan kalau mereka mengalami gangguan mental dan 17% menyatakan bahwa mereka nggak dapat hidup dengan nyaman dari hari ke hari. Lebih jauh, AOE menunjukkan bahwa ketegangan emosional yang disebabkan oleh gangguan pada individu dewasa bisa menyebabkan perubahan saluran cerna, tekanan darah tinggi, dan masalah jantung.
Dia atau Kamu yang Ngebully?
Gangguan yang dilakukan oleh orang dewasa itu beda dengan saat Lo di sekolah. Gangguan pada kita yang dewasa udah nggak bersifat fisik, tapi bisa berupa agresi psikologis yang halus. Terlebih lagi, jenis perilaku gangguan pada individu dewasa ini bisa membingungkan dan menyebabkan Lo meragukan persepsi Lo. Lo bahkan mungkin mempertanyakan ingatan atau penilaian Lo, seperti ada keraguan, apakah Lo benar-benar dibully atau emang perilaku ini adalah perilaku yang wajar.
Oleh karena itu, penting juga bagi Lo untuk mengenali tanda-tanda gangguan yang terjadi saat Lo dewasa. Misalnya, jika Lo merasa sakit hati, bingung, frustrasi, disalahpahami, cemas, nggak berharga, atau seperti Lo berjalan di atas lapisan kaca yang gampang pecah setiap kali Lo berinteraksi dengan orang ini, kemungkinan besar Lo sedang dalam hubungan yang Lo nggak merasa aman. Berikut ini beberapa tanda yang menunjukkan bahwa anggota keluarga Lo merundung diri Lo.
Pertama, Sering Menuntut Sesuatu yang Nggak Realistis
Apakah Lo pernah menghadapi anggota keluarga yang memiliki harapan yang nggak realistis terhadap Lo? Atau membuat permintaan yang nggak masuk akal dari diri Lo? Misal, Lo terus menerus dipertanyakan kenapa Lo nggak kuliah di 100 universitas Top Dunia? Padahal, Lo sendiri merasa bahagia dengan berkuliah di dekat rumah, sehingga Lo bisa berbakti sama orang tua yang mulai menua.
Atau, jangan-jangan malah Lo sendiri adalah tipe anggota keluarga yang kayak gini? Yang suka menuntut anggota keluarga Lo yang lain untuk mencapai target tertentu yang nggak masuk akal dan bahkan diri Lo sendiri aja belum tentu bisa mencapainya? Sebaiknya kita berhati-hati untuk melontarkan semangat dan harapan supaya nggak berkesan seperti menuntut.
Kedua, Menyalahkan Lo Jika Ada yang Salah
Pernahkah Lo berhadapan dengan anggota keluarga yang meremehkan pikiran dan perasaan Lo? Mereka mengabaikan bahwa Lo juga seorang manusia yang bisa tersinggung mendengar perkataan-perkataan yang kurang menyenangkan. Mereka meminta Lo untuk selalu bersikap positif dan super kuat padahal Lo juga bisa lemah dan negatif. Atau, sekali lagi, gue mau mengajak kita double check, jangan-jangan malah kita yang senang melontarkan jokes dan bercandaan yang menyakitkan anggota keluarga kita. Jadi, yuk berhati-hati supaya kita bukan malah yang jadi yang membuat orang lain ter perilaku yang mengganggu .
Ketiga, Seneng Bikin Lo Terganggu
Gue juga menemukan mungkin ada anggota keluarga yang senang membuat amarah Lo terpancing. Entah membuat topik yang dia udah tahu akan membuat Lo tersindir, sampai mengumbar rahasia Lo yang udah Lo jaga segenap upaya. Belum duduk satu jam bersama keluarga, missal, Lo udah ditanya berapa IPK-nya, udah punya penghasilan berapa, dan berbagai pertanyaan lain yang sebenarnya dia tahu kalau Lo membicarakan itu akan membuat Lo malu. Tapi, tetep aja dilanjutkan membahas hal-hal seperti itu. Misal, merendahkan atau membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan Lo sebagai cara untuk membuat Lo merasa rendah diri. Menuduh Lo egois, membutuhkan, atau nggak berkomitmen pada keluarga serta pekerjaan, dan berbagai contoh lainnya yang Lo bisa sebutkan sendiri.
Dan, nggak bosen-bosennya gue mengingatkan, jangan-jangan kita yang jadi si pengganggu. Mulai dari membuat topik yang sensitif buat orang lain, hingga nggak peka kalau ada anggota keluarga kita yang nggak senang dengan topik itu. Nah, di sini, kita perlu mulai peka sama keadaan anggota keluarga lainnya.
Keempat, Selalu Berusaha Menonjolkan Diri
Dalam acara kumpul keluarga, bisa jadi, ada anggota keluarga yang merasa lebih tinggi daripada orang lain. Seperti bersikap merendahkan dan berusaha untuk secara konsisten mengungguli Lo dan anggota keluarga lainnya. Apapun yang diceritakan jadinya tentang dia sudah mendapatkan ini dan itu. Atau, sebaliknya, jangan-jangan Lo yang melakukan hal itu. Atau orang tua Lo yang kelewat bangga sama diri Lo jadinya agak sesumbar dengan pencapaian yang Lo dapatkan. Nah, kalau udah ketemu situasi kayak gini, Lo bisa lakukan manuver pembicaraan dengan menonjolkan fakta dari orang lain. Langsung belokkan pembicaraan seperti “Eh, kayaknya Putra jadi ketua organisasi ya kemarin. Selamat ya Putraaa,” atau “Eh, Putri kamu bikin nastar ya kemarin. Aku selalu kagum deh sama yang jago masak, soalnya aku nggak bisa kue gitu,”
Kelima, Lelucon yang Merendahkan
Dalam acara reuni keluarga, pasti diselingi jokes-jokes untuk mencairkan suasana. Tapi, terkadang ada jokes yang murni jokes, tapi ada yang digunakan secara sengaja untuk menyindir anggota keluarga lainnya. Kalau yang kayak gini, kalau sesekali, emang jangan diambil hati. Nah, gue tahu, kalau keseringan, kadang bikin hati Lo keki juga kan. Siapa sih yang suka disindir terus menerus? Gue rasa kita semua nggak senang dipojokkan baik terang-terangan atau tersirat.
Nah, supaya Lo bisa menghindari posisi yang di perilaku yang mengganggu , Lo bisa nggak menggubris dan memaafkan mereka. Jangan dibalas dengan hal yang sama. Kalau Lo memperlakukan mereka dengan jokes sarkas yang sama, entar Lo malah sama aja kayak mereka.
Atau, sekali lagi, kita double check, jangan-jangan kita yang suka ngelempar jokes sindiran. Wah, nanti kita dong yang jadi aktor pengganggunya. Kalau mau bercanda, bisa lemparkan jokes yang membuat semua orang senang. Atau, jokes yang menjelekkan diri Lo sendiri, bukan orang lain.
APA YANG HARUS LO LAKUKAN?
Jangan Kepancing, Lo Adalah Penguasa Emosi Lo
Saat menghadapi situasi yang seperti ini, gue saranin Lo tetap tenang dan hindari bertindak dalam keadaan marah dan emosi. Ingatlah bahwa Lo nggak bisa mengendalikan orang lain yang mengganggu hidup Lo, tapi Lo bisa mengendalikan reaksi Lo. Tetap kendalikan emosi Lo dan cobalah untuk melepaskan diri dari interaksi apapun dengan orang yang mengganggu Lo itu.
Susah? Iya, gue tahu, apalagi ini pertemuan keluarga yang kalau Lo absen bakal makin dicariin sampai ujung dunia.
Namun, tetap penting juga untuk mengingatkan diri sendiri bahwa Lo punya pilihan. Lo dapat pergi, melawan, menetapkan batasan, atau mencoba mengabaikan gangguan. Tetapi jangan berikan apa yang diinginkan orang yang mengganggu dengan bereaksi secara negatif dan emosional. Pertahankan ketenangan Lo. Hanya karena orang yang mengganggu bersikap buruk dan berperilaku nggak pantas, bukan berarti Lo harus melawan dengan cara yang sama, nanti Lo sama aja dengan untuk berperilaku seperti itu juga. Berusahalah untuk menjaga martabat diri Lo sendiri.
Berceritalah ke Seseorang yang Lo Percaya
Seringkali curhat bisa mengurangi gejolak emosi yang Lo rasakan. Kuncinya adalah menemukan seseorang yang dapat Lo percayai. Gue nggak menyarankan Lo untuk bergosip, tetapi carilah seseorang yang akan mendukung Lo saat hal-hal itu terjadi. Beberapa dari Lo bisa aja memilih untuk memberitahu anggota keluarga lain daripada teman, tetapi berhati-hatilah saat Lo melakukannya. Kadang-kadang anggota keluarga Lo merasa perlu “memperbaiki” situasi antara Lo dan dia, yang pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak masalah dalam prosesnya. Cobalah untuk berbicara dengan seseorang yang akan merahasiakan apa yang Lo katakan dan nggak membuat situasi menjadi lebih sulit. Pastikan untuk memilih seseorang yang dapat Lo percayai.
Luangkan Waktu Senang-Senang
Berada di sekitar anggota keluarga yang mengganggu memang dapat menguras tenaga dan memengaruhi kesehatan mental Lo. Jika Lo harus menghabiskan waktu dengan seseorang yang toksik karena emang ini acara keluarga, pastikan Lo berencana meluangkan waktu untuk diri sendiri setelah semua acara ini selesai. Anggap aja ini adalah me-time setelah hari yang panjang. Lo bisa memilih jalan-jalan sore, baca buku yang Lo senangi, makan makanan favorit dan lain sebagainya. Lakukan sesuatu yang akan membantu Lo menghilangkan stres dan menyingkirkan energi negatif yang dibawa oleh orang yang mengganggu ke dalam hidup Lo.Terlebih lagi, jika gangguan keluarga mulai mempengaruhi kesehatan emosional Lo, pastikan Lo mencari konselor yang mengkhususkan diri pada masalah keluarga.
Sepatah Kata dari Klik.Klas
Menjadi muda yang selalu bertumbuh setiap hari, bukan berarti kita nggak pernah merasa terganggu dengan perilaku orang lain. Jika Lo memiliki anggota keluarga yang mengganggu Lo secara emosional dan fisik. Penting bagi Lo untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan emosional dan mental diri Lo sendiri. Ingat, Lo nggak dapat mengontrol perilaku atau pilihan orang lain, jadi Lo perlu belajar bagaimana meregulasi emosi dan perilaku Lo sendiri. Dengan belajar mengontrol emosi dan perilaku Lo, artinya Lo sedang bertumbuh lebih kuat lagi menghadapi badai-badai dalam kehidupan ini.
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan Ini Lahir Dari Tulisan Lainnya
Kowalski RM, Toth A, Morgan M. Bullying and cyberbullying in adulthood and the workplace. J Soc Psychol. 2018;158(1):64–81. doi:10.1080/00224545.2017.1302402
American Osteopathic Association. Bullying in America: Survey finds nearly one third of Americans (31%) have been bullied as an adult.