Apa yang Harus Dilakukan Saat Berduka?

klik.klas
9 min readJan 20, 2021

--

Apakah Lo sedang mengalami kehilangan orang yang sayang?

Photo by Ben White on Unsplash

Di tengah suasana yang nggak menentu ini. Gue berdoa semoga Lo diberi kesehatan dan kebahagiaan. Keluarga Lo sehat dan dalam keadaan yang aman. Temen-temen Lo juga semoga diberi keadaan yang sehat dan bahagia juga.

Gue tahu, banyak dari kita yang sedang nggak baik-baik aja. Serangan virus Corona ini telah menciptakan realitas baru. Banyak banget kesedihan dan kehilangan di sekitar kita. Ekonomi menurun, berbagai acara dibatalkan, dan berita duka bertebaran. Kabar tentang pencarian sumbangan plasma darah semakin sering beredar. Belum lagi, entah mengapa kita mendengar banyak orang baik di sekitar kita dipanggil oleh Yang Kuasa.

Hari ini kita sedang mengalami hari-hari yang terasa berat. Suasana yang penuh kekalutan dan kedukaan ini ada di sekitar kita. Maka, ijinkan gue membahas sedikit tentang kedukaan dari sudut pandang psikologi.

Apa Itu Duka?

Photo by omid bonyadian on Unsplash

Kita semua secara umum pasti tahu apa itu duka.

Duka secara psikologis digambarkan sebagai suatu reaksi emosional dan fisik yang sifatnya intens saat seseorang mengalami kematian dari orang yang dicintai.

Duka nggak cuma ditandai dengan kesedihan yang teramat sangat, tetapi juga dengan kerinduan yang kuat untuk bersama orang yang dicintai.

Disadari atau nggak, seringkali kematian orang yang dicintai bisa memicu stres paling kuat dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi kita yang berhubungan dekat dengan almarhum (Holmes & Rahe, 1967).

Meskipun perasaan berduka dianggap sebagai pengalaman manusiawi yang normal dan wajar, apalagi mayoritas dari kita bisa aja beradaptasi dari waktu ke waktu saat kehilangan orang yang kita cintai, tapi… bagaimanapun, kesedihan dari kehilangan orang yang dicintai, tetap merupakan periode yang sangat menyakitkan. Yang mana penyesuaian bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun atau seumur hidup. Karena kita tahu, tetap ada kerinduan yang bertahan sampai kapanpun.

Memahami Kedukaan

Klikers, percayalah nggak ada dua orang yang berduka dengan cara yang sama.

Photo by Cristian Newman on Unsplash

Saat kita mengekspresikan rasa sakit, ekspresi yang kita keluarkan ini akan bergantung pada sejumlah faktor termasuk kepribadian kita, keadaan kematian orang yang kita cintai, dan cara kita memandang dunia.

Salah satu hal tersulit bagi kita yang berduka adalah ‘nggak tahu’ apa yang akan terjadi, terutama dalam beberapa bulan pertama. Seringkali kita mempertanyakan apakah pengalaman kita ‘normal’ serta bertanya-tanya apakah kita akan bisa melalui hari esok dengan baik-baik saja.

Tentang Kehilangan, Perubahan, dan Kendali

Klikers saat kita kehilangan seseorang, kita akan merasakan begitu banyak perasaan kehilangan, perubahan, dan kehilangan kendali dalam hidup kita. Jika Lo merasakan hal ini, jangan ditolak, rasakan dan jujurlah pada orang-orang terbaik Lo.

Photo by Andrew Neel on Unsplash

Ketika seseorang yang kita saya telah meninggal, seringkali bukan cuma sosoknya yang menghilang dari kehidupan kita, banyak hal lainnya yang juga hilang. Bisa aja tentang peran yang biasanya diambil oleh orang tersebut, hingga kebiasaan-kebiasaan kecil yang terasa mengganggu, ternyata membuat rindu.

Ketika kita ditinggalkan seseorang, seringkali kita akan merasa ada banyak hal yang berubah. Perubahan adalah konsekuensi kehilangan yang nggak terhindarkan. Namun pertanyaannya, berapa banyak perubahan yang harus kita alami? Jawabannya sangat subjektif. Bisa saja Lo dan gue mengalami kehilangan yang sama, tapi perubahan hidup kita akan sangat berbeda. Perubahan yang dialami akan bergantung dengan seberapa banyak kehidupan kita bergantung dengan orang yang kita kita cintai dan sedikit atau tidaknya peran orang tersebut dalam hidup kita.

Tentu belajar untuk beradaptasi dengan perubahan ini ga mudah dan membutuhkan waktu serta usaha yang besar. Karena untuk beradaptasi dengan hal mendadak adalah hal yang nggak mudah dan bisa berhasil dalam waktu yang cepat.

Apalagi ketika orang yang kita sayang telah meninggal, kita merasa nggak punya kendali atas keadaan ini. Kadang kita merasa kewalahan oleh kesedihan yang hadir, rasa sesak yang tak bisa dihilangkan, dan perasaan nggak yakin tentang apa yang harus dilakukan untuk membantu diri kita sendiri pada saat kita merasa sangat rentan dan sendirian. Maka, mari bicara soal beberapa cara yang bisa kita lakukan.

CARA BERHADAPAN DENGAN KEHILANGAN

Terlepas dari jenis kehilangan yang Lo alami, penting untuk diingat bahwa perasaan yang Lo rasakan itu manusiawi dan Lo nggak sendirian dalam hal ini. Jika Lo nggak yakin bagaimana mengelola perasaan duka yang Lo alami, ada beberapa hal gue akan bahas dengan harapan dapat Lo lakukan supaya membantu mengurangi beban yang ada di dalam diri Lo.

Jangan Lupa Rawat Diri Lo (Self Care)

Meskipun setelah kehilangan orang yang kita sayang, merawat diri sendiri adalah tugas yang berat, berusahalah.

Photo by Kinga Cichewicz on Unsplash

Perasaan berduka kadang merenggut semua semangat hidup kita. Gue sangat tahu betapa beratnya sebuah kehilangan, tapi berfokuslah pada hal-hal dasar yang membuat Lo tetap sehat. Seperti pastikan Lo tetap makan, tetap cukup minum, dan cukup istirahat. Atau lakukan salah satunya dengan benar, misal meskipun Lo belum bisa tidur dengan nyenyak karena rasa sedih yang mendalam, paksakan untuk tetap makan. Meskipun rasa makanan terasa hambar, paksakan. Sekali lagi, gue tahu ini berat, tapi gue mohon bertahanlah, setidaknya buat orang lain yang masih membutuhkan Lo.

Beri Diri Lo Waktu

Photo by Sonja Langford on Unsplash

Memberi diri Lo waktu untuk merasakan perasaan berkabung tanpa terburu-buru melalui prosesnya memungkinkan Lo untuk mengatasi rasa sakit kehilangan itu. Yang perlu Lo tahu menerima segala keadaan membutuhkan waktu. Dengan memberikan Lo jeda, seperti mengambil istirahat, cuti, liburan dan berbagai hal lainnya, akan membantu Lo fokus merawat diri Lo sendiri. Selain itu, seringkali perasaan kehilangan bisa diiringi rasa lelah, tidak bersemangat, dan ketidakfokusan. Lo perlu waktu untuk berdamai dengan keadaan, maka buatlah waktu itu.

Ingatlah Bahwa Perasaan Lo Itu Bukan Sesuatu Yang Salah

Photo by Anh Nguyen on Unsplash

Nggak ada perasaan yang benar atau salah setelah Lo kehilangan seseorang. Nggak ada orang yang berhak menghakimi rasa sakit Lo. Karena rasa sakit, kaget, nggak percaya, marah, menyesal, sedih, dan mati rasa sakitnya sangat subjektif.

Lo mungkin nggak mengalami kesedihan seperti yang mungkin Lo alami dalam keadaan normal. Cobalah untuk mengingat bahwa kesedihan bersifat pribadi dan setiap orang mengalaminya secara berbeda. Jadi apa yang Lo rasakan adalah perasaan istimewa dan berbeda dengan setiap orang.

Tahap-tahap kesedihan disebutkan Elisabeth Kubler-Ross dan David Kessler, ilmuwan psikologi yang meneliti kesedihan, dengan beberapa tahapan. Pertama, Lo bisa aja mengalami tahap penyangkalan. Tahap ini Lo akan merasa nggak percaya bahwa orang yang kita sayang udah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Setelah itu, kita masuk ke fase marah, yang ditandai dengan frustrasi, iritasi, kecemasan. Semakin hari kita semakin merasa jatuh ke titik terendah, kemudian mulai bangkit dan sampai pada titik penerimaan diri.

Proses itu nggak selalu berjalan dalam urutannya dari sedih kemudian bangkit kembali. Proses berduka setiap orang sekali lagi, sangat subjektif, sehingga prosesnnya bisa jadi berbeda satu orang dengan orang lainnya. Ada yang masuk ke tahap penerimaan lebih cepat, sementara yang lain tidak. Meskipun dengan memahami berbagai tahapan kesedihan dapat membantu Lo untuk memahami Lo sedang di fase apa, tapi tetap penting untuk diingat bahwa emosi ini nggak selalu berurutan. Lo bisa aja mengalami perasaan penerimaan, baru kemudian marah dan sedih. Itu wajar.

Selama proses berduka. Hal yang penting adalah memberi diri Lo waktu untuk mengatasi emosi ini dengan kecepatan Lo sendiri. Setiap orang perlu waktu yang berbeda untuk berdamai dengan kehilangan. Jangan sampai Lo melakukan perbandingan dengan kondisi emosi orang lain.

Hubungi Keluarga dan Teman

Photo by Jimmy Dean on Unsplash

Meskipun Lo berpikiran bahwa menutup diri dari semua orang di tengah-tengah kesedihan Lo adalah hal yang ingin Lo lakukan. Tetap temui orang terbaik di sekitar Lo yang bisa menjadi tempat berbagi tentang apa yang ada dalam perasaan Lo. Meskipun Lo mungkin nggak dapat berkumpul dengan orang lain untuk mendapatkan dukungan, Lo tetap bisa coba cerita secara virtual, raihlah temen-temen Lo di media social atau di lingkungan terdekat Lo. Hubungi mereka.

Bagaimana jika Lo masih karantina? Gue tahu, pertemuan virtual nggak pernah dapat menggantikan kehadiran nyata seseorang, tapi tetep aja sesederhana pesan WhatsApp yang suportif bisa membantu Lo. Jika Lo sedang berduka, biasakan untuk menjangkau orang yang Lo cintai setiap hari. Sebaliknya, jika Lo ada di posisi ingin menawarkan dukungan kepada orang yang mengalami kehilangan, pastikan Lo menghubungi dia dengan cara yang dia nyaman. Cobalah untuk mendengarkan tanpa menghakimi atau mengkritik. Lo juga dapat mendukung orang lain dengan menawarkan untuk menelpon, memberi hadiah, mengirim makanan yang dia suka. Pastikan bahwa Lo menunjukkan bahwa Lo care sama dia.

Jelajahi Strategi Mengatasi Kedukaan

Photo by KOBU Agency on Unsplash

Meskipun Lo nggak dapat bertemu dengan seorang profesional untuk membicarakan kesedihan, Lo tetap dapat mempraktikkan strategi menghadapinya dengan mengeksplor cara yang bekerja buat Lo. Bagi Lo yang suka menulis, tulislah apa yang Lo rasakan, yang suka menggambar, gambarlah apa yang ada di pikiran Lo, berbagai hobi bisa jadi media menuangkan emosi yang terpendam selama ini dan banyak terapi berbasis hobi. Mungkin sepele, tapi menyuarakan pengalaman Lo melalui hobi tentang apa yang terjadi dalam hidup Lo dan bagaimana perasaan Lo tentang peristiwa tersebut, menurut berbagai penelitian dapat membantu meringakan perasaan yang menyakitkan.

Hubungi Profesional

Photo by Mark Williams on Unsplash

Gue saranin untuk menghubungi seorang profesional jika Lo mengalami kesulitan mengatasi perasaan berduka Lo selama lebih dari dua minggu. Ciri-ciri akut yang membutuhkan bantuan profesional adalah saat Lo mulai berhalusinasi, sulit makan, tidur, dan lupa rawat diri (misal lupa waktu, hari, makan, mandi dan hal-hal normal yang dilakukan orang untuk merawat diri).

Perasaan berduka yang semakin memburuk ini terjadi pada sekitar 7% orang yang berduka dan ditandai dengan kenggakmampuan untuk memikirkan apa pun kecuali kehilangan bahkan ada pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri. Jadi, kalau Lo merasa setelah berbagai usaha yang Lo lakuin nggak berhasil, please hubungi professional. Bisa psikolog, atau orang lain yang Lo percaya bisa membantu diri Lo lebih baik lagi secara professional.

Sepatah Kata Dari KlikKlas

Klikers, menjadi pribadi yang bisa bertumbuh setiap hari, bukan berarti kita nggak boleh berduka. Artinya, kesedihan adalah respons normal terhadap kehilangan. Apa pun itu, jangan Lo tolak perasaan yang muncul, karena itu wajar dan alamiah. Izinkan diri Lo untuk berduka dan memperlakukan diri sendiri dan orang lain yang juga sedang berduka dengan sebaik-baiknya selama masa sulit ini. Setelah itu, cari cara untuk kembali bangkit. Doa gue bersama kita semua.

Tulisan Ini Lahir Dari Tulisan Lainnya

Baglione AN, Girard MM, Price M, Clawson J, Shih, PC. Modern bereavement: a model for complicated grief in the digital age. Proceedings of the 2018 CHI Conference on Human Factors in Computing Systems. 2018;416:1–12. doi:10.1145/3173574.3173990

Brown B. David Kessler and Brene on grief and finding meaning. Unlocking Us with Brene Brown. Published March 31, 2020.

CDC. 30 days to slow the spread.

Holmes, T.H., & Rahe, R.H. (1967). The social readjustment rating scale. Journal of Psychosomatic Research, 11, 213–218.

Kavanagh, D.J. (1990). Towards a cognitive-behavioural intervention for adult grief reactions. British Journal of Psychiatry, 157, 373–383.

Maciejewski, P.K., Zhang, B., Block, S. & Prigerson, H.G. (2007). An empirical examination of the stage theory of grief. Journal of the American Medical Association, 297(7), 716–723.

Morris, S.E. (2008). Overcoming grief: A self-help guide using cognitive behavioural techniques. London: Constable and Robinson.

Pennebaker JW. Expressive writing in psychological science. Perspect Psychol Sci. 2018;13(2):226–229. doi:10.1177/1745691617707315

Prigerson, H.G., & Jacobs, S.C. (2001). Caring for bereaved patients — all the Doctors just suddenly go. Journal of the American Medical Association, 286(11), 1369–1376.

Shear MK. Grief and mourning gone awry: pathway and course of complicated grief. Dialogues Clin Neurosci. 2012;14(2):119–128.

Stroebe, M., Schut, H., & Stroebe, W. (2007).Health outcomes of bereavement. The Lancet, 370, 1960–73.

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet