Selama menjalani puasa apa saja aktivitas Lo yang melawan zona nyaman?
Klikers, seberapa banyak dari Lo yang begitu masuk bulan Ramadhan bisa membaca Al-Quran lebih dari hari-hari biasa?
Seberapa banyak kah dari Lo yang awalnya nggak bisa bangun di dini hari, terpaksa memasang alarm dan menyeret diri untuk bangun demi sesuap nasi sahur. Dan, berapa dari Lo bisa menegakkan sholat malam yang di hari-hari biasanya begitu sulit dilakukan.
Berapa banyak dari Lo yang biasanya tidur cukup, tapi begitu masuk bulan Ramadhan, tidur berkurang, tapi buktinya Lo tetep survive?
Berapa banyak dari Lo yang saat hari-hari biasa, begitu sulit untuk mengeluarkan donasi, tapi begitu masuk Ramadhan, Lo bisa begitu loyalnya mengirimkan sumbangan ke berbagai Lembaga dan individu?
Apakah Lo pernah sadari, bahwa akhirnya, setiap tahun kita diajari oleh Allah melalui bulan puasa ini untuk going extra miles dan menantang kita untuk nggak berada di zona nyaman.
Yang biasanya merasa “Duh, nggak mungkin gue bisa 1–2 juz sehari.” Tapi, begitu masuk Ramadhan, buktinya Lo bisa dengan jadwal yang masih sama dengan hari-hari biasa (atau bahkan lebih padat). Yang awalnya zona nyamannya Cuma 1 lembar sehari, dengan kemauan yang kuat buktinya Lo bisa baca 1 juz dari Al-quran.
Atau Lo yang biasanya merasa berat untuk melakukan donasi atau menyisihkan sedikit nikmat harta yang Lo punya melalui program-program berbagi, buktinya pada Ramadhan kali ini Lo bisa donasi gedhe-gedhean. Dan, buktinya Lo nggak otomatis jatuh miskin. Lo baik-baik saja. Artinya, nggak berdonasi adalah cara nyaman yang Lo pertahankan, bisa jadi Lo merasa takut ngeluarin sumbangan dari uang jajan Lo yang nggak seberapa ini bakal bikin Lo kekurangan, dan ini adalah zona nyaman Lo. Tapi, dengan motivasi betapa gedenya pahala bersedekah di Ramadhan, Lo jadi melawan zona nyaman Lo.
Atau, Lo yang biasanya merasa berat untuk melakukan bangun dini hari untuk sholat malam, buktinya Lo bisa dengan melawan segala alasan yang Lo miliki. Dengan ini Lo belajar bahwa dengan sentuhan suasana yang tepat, Lo bisa kok jadi semakin bertumbuh.
Sekali lagi, dengan indahnya, bulan puasa ini membuat kita jadi tahu bahwa going extra miles itu nggak membunuh diri Lo seketika. Malah, seringkali, ini awal dari menjadi pribadi yang terus bertumbuh setiap hari, seperti tagline Klik Klas.
ZONA NYAMAN ITU NGGAK SELALU NYAMAN
Percaya nggak sih Klikers, hidup ini penuh dengan kesempatan untuk keluar dari zona nyaman, tetapi meraihnya bisa jadi sulit. Bukan karena apa-apa, bisa jadi karena Lo terkadang enggak punya alasan untuk melakukannya. Selain itu seperti ada perasaan, “Ngapain gue harus susah-susah, gue udah oke di titik ini,”. Atau, bisa jadi karena Lo punya mindset yang perlu diubah sedikit supaya Lo mau keluar dari zona nyaman.
Lalu sebenarnya apa zona nyaman itu?
Zona Nyaman Itu…
Kalau secara definisi zona nyaman adalah keadaan di mana Lo berada dalam status quo, Lo memilih zona yang bebas dan netral dari kecemasan, Lo memilih nggak mengeluarkan energi yang terlalu banyak, memilih berada di kondisi-kondisi yang Lo rasa stabil tanpa resiko. Lo menjalani rutinitas yang Lo merasa nyaman.
Saat meninggalkan zona nyaman, Lo pasti merasakan rasa takut. Tapi, rasa takut bisa menjadi langkah penting Lo dalam melakukan perjalanan ke zona pembelajaran dan pertumbuhan selanjutnya. Memang dibutuhkan keberanian untuk melangkah dari zona nyaman yang udah Lo pertahankan sejak lama ke zona pertumbuhan yang mau nggak mau memang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan. Apalagi kalau Lo belum punya bayangan dan peta yang jelas atas jalan yang Lo tempuh ini.
Bertahanlah. Karena apa yang Lo alami wajar dialami oleh banyak orang lainnya. Saat memasuki zona belajar, zona nyaman Lo akan terguncang. Sabarlah, karena Lo memasuki zona belajar, di mana Lo memperoleh keterampilan baru dalam menghadapi tantangan.
Sebelum memutuskan untuk melepas zona nyaman yang sedang Lo pertahankan, penting buat Lo untuk memiliki pemetaan yang baik soal diri Lo dan zona yang sedang Lo diami dan berstrategi. Karena, jangan pernah meninggalkan zona nyaman dengan modal nekad dan tanpa ukuran. Sebab, bisa jadi Lo jadi trauma dan malah nggak meninggalkan kesan baik karena Lo meloncat dan keluar dari zona nyaman yang ternyata tantangannya jauh lebih besar.
Seberapa Besar Zonanya?
Setiap orang memiliki zona nyamannya dan memiliki luas zonanya masing-masing. Artinya, setiap Lo punya waktu yang berbeda-beda untuk menyeberangi dan memperluas zona nyaman Lo. Di setiap domain kehidupan, zona setiap orang memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Ibarat sebuah daratan. Untuk meninggalkan zona nyaman yang Lo miliki, Lo harus tahu mana batas terluar dari zona yang Lo diami. Pada saat yang sama, Lo harus mengembangkan perasaan intuitif di mana zona bertumbuh Lo yang seringkali dimulai dari rasa takut.
Santai, pelan-pelan aja dulu, Lo bisa mulai dari pinggiran zona itu dulu. Lo cicipin dikit-dikit zona bertumbuh yang bikin Lo nggak nyaman itu. Nanti, kalau sudah terbiasa, Lo bisa masuk lebih dalam ke area yang makin banyak tantangannya. Dari sana Lo akan melakukan penyesuaian yang lebih sehat, nggak tiba-tiba terserang stress yang membuat Lo kapok. Tapi Klikers, kalau memang ada skenario Tuhan yang bikin Lo langsung diuji dengan sesuatu yang Lo rasa begitu berat dan besar, seperti menarik Lo dari zona nyaman Lo. Artinya, Lo memang mampu untuk diberi tantangan segitu.
Apa Kekuatan Diri Lo?
Seperti melakukan perjalanan, untuk menyeberangi zona nyaman Lo butuh memahami diri sendiri, termasuk kelebihan kekurangan yang Lo miliki. Saat di bulan puasa ini, Lo bisa cek kelebihan dan kekurangan Lo. Misal, Lo memilih amalan apa yang menurut Lo paling Lo konsistenkan artinya amalan ini adalah kekuatan Lo. Misal Lo bisa beramal sedekah setiap hari karena Lo merasa bisa terus berbagi setiap hari. Tapi ada juga yang dari Lo nggak diberi keluasan harta, jadi Lo memilih ibadah lain yang bisa dilakukan, seperti jadi volunteer dan lain sebagainya.
Memahami dan memanfaatkan kekuatan Lo bisa sangat bermanfaat dalam menyeberang ke zona bertumbuh. Kebanyakan orang memiliki pengalaman meninggalkan zona nyaman seenggaknya dalam satu bidang kehidupan, dan biasanya ada banyak pelajaran yang didapat dari pengalaman ini.
Pada kenyataannya, proses perpindahan dari zona nyaman ke zona pertumbuhan nggak selalu merupakan garis lurus. Bergelombang dan menanjak. Kadang Lo harus mendaki karena jalannya menanjak, kadang Lo terpaksa jatuh bebas ke palung di bawah laut karena Lo mengalami kegagalan, lalu Lo harus berenang lagi berusaha menjadi daratan sebelum Lo mendaki lagi. Kadang, Lo perlu mundur ke zona nyaman secara berkala untuk ambil energi lagi, sebelum mengerahkan kekuatan untuk pergi lagi.
Jalan yang berliku ini, kalau Lo menghargai langkah-langkah tersebut dengan pandangan yang positif, Lo akan banyak mengambil pelajaran dari sana. Saat menempati zona nyaman, Lo biasanya akan tergoda untuk merasa aman, terkendali, dan bahwa lingkungan berada pada posisi yang aman. Namun, sekali lagi, Lo pasti tahu bahwa pelaut yang ulung enggak dilahirkan di perairan yang tenang. Kalau Lo merasa lautan yang arungi mulai tenang, mungkin saatnya Lo melakukan perjalanan lanjutan.
Apa Manfaat Meninggalkan Zona Nyaman?
Selama puasa ini, Lo menantang diri Lo untuk melakukan ibadah jauh diatas rata-rata. Dan, apakah Lo merasakan manfaatnya?
Selain membuktikan bahwa Lo ternyata bisa going extra miles, ternyata ada banyak manfaat yang secara nggak langsung akan Lo dapatkan kalau Lo meninggalkan zona nyaman. Beberapa di antaranya adalah…
Pertama, Mengetahui Potensi Terbaik Diri Lo
Aktualisasi diri diartikan sebagai kondisi dimana Lo bisa menggunakan seluruh potensi yang Lo miliki semaksimal mungkin. Dalam bulan puasa ini, Lo, bisa aja, awalnya nggak yakin kalau diri Lo bisa melakukan ibadah semaksimal itu, ternyata kalau Lo niat dan menerapkan strategi yang tepat, Lo mampu ya melakukan semua itu. Artinya, potensi Lo yang awalnya belum dimaksimalkan, melalui going extra miles ini, akan membuat Lo mencapai titik-titik pengembangan diri yang sebelumnya belum Lo maksimalkan.
Kedua, Punya Grow Mindset
Saat Lo menantang diri, Lo akan terasah untuk punya mindset bertumbuh dalam hidup Lo. Psikolog Stanford Carol Dweck (2008) mengatakan bahwa manusia secara umum punya dua mindset. Pertama, mindset yang malas untuk keluar dari zona nyaman alias fixed mindset. Kedua, mindset yang mendorong Lo bertumbuh yaitu grow mindset.
Dengan pola pikir fiks ini, Lo percaya bahwa Lo punya kemampuan yang hanya segitu. Lo merasa kalau Lo gagal artinya Lo nggak mampu dan ketika dikritik Lo merasa itu adalah pukulan telak buat Lo. Sebaliknya, kalau Lo punya pola pikir yang bertumbuh. Lo akan yakin bahwa kegagalan adalah kesempatan untuk belajar dan potensi kita sebenernya nggak terbatas.
Kalau Lo memutuskan untuk meninggalkan zona nyaman, berarti Lo punya mindset untuk bertumbuh. Sementara kalau Lo terjebak oleh rasa takut gagal, tapi, Lo punya kemauan untuk bertumbuh, Lo akan berani menghadapi ketakutan yang menghantui Lo, dan mengambil risiko yang sehat. Keberanian ini gua jamin akan merembet ke seluruh domain kehidupan Lo dan memberikan sebuah modal yang penting agar Lo bertumbuh lebih cepat.
Ketiga, Lebih Tangguh
Klikers, hidup adalah sesuatu yang nggak bisa diprediksi. Cepat atau lambat, setiap orang menghadapi kesulitan. Kebiasaan memperluas zona nyaman melengkapi orang untuk menangani perubahan dan ambiguitas dengan lebih tenang, yang mengarah pada ketahanan.
Lebih jauh lagi, ahli statistik Nassim Taleb (2012) memperkenalkan konsep sistem ‘antifragile’ yang “berkembang dan tumbuh saat terkena keacakan, gangguan, dan pemicu stres.” Contohnya termasuk evolusi dan sistem kekebalan, serta jiwa manusia. Sementara sistem yang tangguh memantul kembali ke level yang sama setelah guncangan, sistem antifragile belajar untuk berkembang darinya, mencapai ketinggian baru. Untuk keluar dari zona nyaman berarti dengan sengaja mengembangkan antifragility — selama kita enggak menyimpang ke zona panik!
Kalau Lo terbiasa untuk hidup dalam guncangan, ketidakteraturan, ketidakstabilan, dan ambiguitas dapat dipastikan Lo akan mengembangkan kemampuan ‘antifragile’ yaitu sebuah kemampuan berkembang dan tumbuh dari sebuah kejadian-kejadian yang paling buruk sekalipun. Antifragile ini sangat dekat dengan konsep bertumbuh. Yaitu Lo bukan hanya balik ke titik semula, tapi bertumbuh lebih pesat lagi.
Keempat, Efikasi Diri yang Lebih Besar
Manfaat lainnya adalah Lo punya efikasi diri yang lebih gede. Sebelumnya apa sih efikasi diri itu? Albert Bandura (1997) menjelaskan kalau efikasi diri adalah keyakinan diri terhadap kemampuan yang Lo miliki. Bukan hanya sebatas jadi orang yang percaya diri tapi nggak ada isi dan kemampuannya. Tapi, Lo menjadi orang yang tahu kemampuan Lo dan yakin dengan kemampuan itu. Kesuksesan-kesuksesan kecil dalam menaklukkan tantangan akan membangun kepercayaan dan keyakinan diri Lo. Pelan-pelan menantang zona nyaman akan jadi terapi yang baik buat Lo yang merasa kurang percaya diri.
Lalu, Gimana Sebenarnya Cara yang Aman untuk Meninggalkan Zona Nyaman Lo
Berikut ini adalah empat tip yang gue harap berguna untuk mendukung Lo dalam meninggalkan zona nyaman yang takut Lo tinggalkan.
Pertama, Atur Ulang Mindset Soal Stress
Klikers, percaya nggak Lo, kalau secara fisiologis, nggak ada perbedaan antara kecemasan dan kegembiraan (Smith, Bradley, & Lang, 2005). Keduanya adalah respon dari kejadian mengejutkan. Gue tahu sebagian besar dari Lo akan cenderung mempersepsi stress sebagai hal yang buruk, tapi, jangan lupa, stress juga bisa positif (eustress). Eustress akan memberikan Lo energi positif. So, gue harap Lo nggak parno sama pengalaman-pengalaman yang penuh tekanan, karena bisa jadi itu stress yang Lo butuhkan.
Kedua, Pahami Neuroplastitas
Apakah Lo pernah mendengar konsep neuroplastisitas? Neuroplastisitas adalah sebuah konsep terkait otak kita, yang mana otak kita ini punya kemampuan untuk belajar apa saja. Percayalah, Tuhan begitu baiknya memberi Lo sebuah perangkat yang menjamin bahwa Lo bisa belajar apa saja.
Ketiga, Pertahankan Zona Nyaman
Klikers, nggak semua zona nyaman Lo harus ditinggalkan. Lo boleh kok mempertahankan beberapa zona nyaman dalam hidup Lo, dan menyeberang ke zona bertumbuh yang nggak nyaman di beberapa domain lain. Misal, Lo bisa aja nggak bermaksud mengembangkan bakat music yang Lo miliki, Lo udah nyaman cuma bisa memainkan satu alat music aja, sementara Lo merasa harus mengembangkan kemampuan finansial Lo. Maka, Lo boleh aja menantang diri Lo pada area finansial Lo, tapi menjaga status quo dalam beberapa aspek lainnya. Hal ini akan membuat Lo merasa lebih seimbang dan nggak terlalu stress.
Keempat, Langkah Kecil
Pernah nggak Lo merasa terasa sangat kecewa dengan tidak tercapainya goal besar yang Lo buat. Klikers, nggak apa-apa untuk mengambil langkah-langkah kecil sebelum yang besar. Nggak apa-apa kalau Lo masih mau bolak balik antara zona nyaman dan zona bertumbuh Lo. Nggak apa-apa kalau Lo cuma berani menantang diri Lo sedikit hari ini, dan menyimpan proses selanjutnya di kesempatan selanjutnya. Saba raja dalam berproses, karena meninggalkan zona nyaman bukan berarti Lo serampangan, nggak pakai strategi, seadanya, dan nggak pakai persiapan. Lo perlu menyeberangi zona nyaman dengan strategi dan cara-cara yang sehat supaya Lo bisa bertahan dalam perjalanan bertumbuh yang Lo arungi.
Sepatah Kata Dari Klik.Klas
Klikers, gue tahu bahwa meninggalkan zona nyaman nggak selalu mudah. Sebagaimana yang udah kita bahas sebelumnya bahwa sangat penting untuk memulai proses meninggalkan zona nyaman ini dengan cara dan strategi yang tepat. Setiap orang menghadapi pilihan ini (keluar dari zona nyaman) baik disadari atau nggak. Lo dapat menerima apa yang sudah aman, familier, dan rutin. Atau, Lo menerima peluang untuk berkembang, menantang status quo pribadi Lo, dan melihat apa yang Lo mampu lakukan dengan zona baru. Jika menjadi kebiasaan untuk menantang diri akan ada banyak manfaat yang akan dipetik sepanjang hidup Lo selanjutnya. Selamat bertumbuh!
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan Ini Lahir Dari Tulisan Lain
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York, NY: W. H. Freeman and Company.
Bardwick, J. (1991). Danger in the comfort zone: From boardroom to mailroom — How to break the entitlement habit that’s killing American business. American Management Association.
Dweck, C. S. (1999). Self-theories: Their role in motivation, personality, and development. Philadelphia, PA: Psychology Press.
Dweck, C. S. (2008). Mindset: The new psychology of success. New York, NY: Ballantine Books.
Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation, Psychological Review, 50, 370–396.
Smith, J. C., Bradley, M. M., & Lang, P. J. (2005). State anxiety and affective physiology: Effects of sustained exposure to affective pictures. Biological Psychology, 69, 247–260.
Taleb, N. N. (2012). Antifragile: Things that gain from disorder. New York, NY: Random House.
Yailagh, M. S., Lloyd, J., & Walsh, J. (2009). The causal relationships between attribution styles, mathematics self-efficacy beliefs, gender differences, goal setting, and mathematics achievement of school children. Journal of Education & Psychology, 3, 95–114.
Yerkes, R., & Dodson, J. (1907). The dancing mouse, A study in animal behavior, Journal of Comparative Neurology & Psychology, 18, 459–482.