Memaafkan Diri Sendiri

klik.klas
8 min readMar 26, 2021

--

Apakah Lo sedang sulit memaafkan diri sendiri?

Photo by Brett Jordan on Unsplash

Memaafkan sering kali diartikan sebagai keputusan untuk melepaskan perasaan marah, dendam, dan pembalasan terhadap seseorang yang berbuat salah kepada Lo. Bisa aja proses memaafkan orang lain begitu mudah buat Lo, tapi di sisi lain, Lo bisa jadi jauh lebih keras pada diri Lo sendiri daripada ke orang lain.

Ini pernah gue alami sendiri, dulu prinsip gua adalah keraslah terhadap diri sendiri, supaya dunia lembut kepada diri gue. Sayangnya, motto hidup ini jadi kebablasan dimana gue jadi sangat keras kepada diri gue sendiri, sampai gua lupa kalau diri gue juga sebuah amanah yang perlu dijaga sebaik-baiknya, termasuk dijaga dengan perlakukan yang sama baiknya saat gue memperlakukan orang lain. Kerasnya gue ini termasuk lebih sering memarahi diri sendiri kalau gue salah sedikit, dan gue bisa dengan kejam menghukum diri gue sendiri dengan perkataan-perkataan yang buruk, seperti “Gue kok bodoh banget, gue kok jelek, gue kok gini gitu,” yang intinya segala makian keluar kepada diri gue sendiri. Gue hampir ga pernah memaki orang lain, tapi pada faktanya, secara internal gue memaki diri gue sendiri.

Lo tahu kan apa jadinya? Gue jadi sangat nggak mudah memaafkan diri gue sendiri. Sampai pada satu titik gue sadar bahwa gue yakin setiap orang, termasuk Lo, pernah membuat kesalahan. Tapi, belajar bagaimana belajar dari kesalahan ini, melepaskan, melanjutkan, dan memaafkan diri sendiri itu sama pentingnya dengan bersikap keras kepada diri sendiri, terutama untuk kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis kita.

Di sini gue akan membahas mengapa memaafkan diri sendiri dapat bermanfaat (yang sama bermanfaatnya dengan menerapkan kedisiplinan yang tinggi pada diri sendiri), selanjutnya, gue juga akan sharing beberapa langkah dari pengalaman gue yang udah dielaborasi sama teori psikologi, yang gue harap bisa membantu Lo menjadi lebih baik dalam memaafkan kesalahan Lo sendiri.

BAGAIMANA MEMAAFKAN DIRI SENDIRI

Photo by Brett Jordan on Unsplash

Memaafkan diri sendiri bukanlah tentang membiarkan diri jadi mudah menyerah dan nggak mau berubah jadi lebih baik. Memaafkan diri sendiri berarti Lo menerima perilaku tersebut, Lo menerima apa yang telah terjadi, dan Lo bersedia untuk melewatinya dan melanjutkan hidup Lo tanpa harus berkubang dengan peristiwa masa lalu yang nggak dapat diubah. Dengan perasaan ini, Lo fokus pada apa yang bisa Lo ubah, baik itu memperbaiki kesalahan itu sebisa mungkin, atau memutuskan move on. Lalu gimana tahapan memaafkan diri sendiri?

Pertama, Menerima Tanggung Jawab

Photo by Benjamin Wedemeyer on Unsplash

Kalau Lo pernah berbuat salah, jangan lari. Akui saja. Dan bertanggungjawablah. Rasa berat dan sakit saat menjalani tanggung jawab lebih terhormat daripada rasa sakit saat kita dalam pelarian.

Ingat KLikers, memaafkan diri sendiri itu bukan bentuk dari lari dari masalah dan sekadar melupakan masa lalu serta melanjutkan hidup. Ini tentang menerima apa yang telah terjadi dan menunjukkan bahwa memang hal itu terjadi (bukan dianggap tidak pernah terjadi) dan kita bersedia mengakui dan menghadapinya.

Menghadapi apa yang telah Lo lakukan atau apa yang telah terjadi adalah langkah pertama menuju memaafkan diri sendiri yang sehat. Gampang? Oh jelas nggak. Ini juga langkah yang tersulit dalam proses memaafkan diri sendiri.

Gue yakin nggak ada orang yang mau mengakui kalau dia berbuat kesalahan, apalagi yang fatal, yang bisa merusak citra dirinya. Nggak ada orang yang mau menerima konsekuensi negatif dalam bentuk apapun. Tapi, sekali lagi, upaya berdamai dengan diri sendiri, perlu serangkaian keberanian untuk menerima dan mengakui apa yang kita lakukan. Jika Lo telah membuat alasan, rasionalisasi, atau membenarkan tindakan Lo untuk membuatnya tampak dapat diterima, sekarang saatnya untuk menghadapi dan menerima apa yang telah Lo lakukan.

Kedua, Menyesal Dengan Tepat

Photo by Muhmed El-Bank on Unsplash

Bersamaan dengan keberanian untuk mengakui kesalahan dan bersedia mengambil tanggung jawab, Lo pasti akan mengalami berbagai perasaan negatif, termasuk rasa bersalah dan perasaan malu. Ketika Lo melakukan sesuatu yang salah, sangatlah normal, bahkan sehat, untuk merasa bersalah. Malah, kalau Lo nggak punya rasa bersalah sama sekali, gue jadi khawatir sendiri. Karena rasa bersalah pada takaran yang tepat punya efek positif. Perasaan bersalah dan penyesalan ini dapat berfungsi sebagai batu loncatan diri Lo untuk nggak mengulangi sesuatu yang negatif.

Meskipun rasa bersalah menyiratkan bahwa Lo adalah orang baik yang melakukan sesuatu yang buruk, rasa bersalah yang nggak tepat bisa membuat Lo memandang diri Lo seratus persen buruk, sebuah cara memandang yang kurang sehat. Hal ini dapat menimbulkan perasaan nggak berharga yang, jika nggak diselesaikan, dapat menyebabkan depresi. Gue tahu saat kita merasa bersalah, rasanya sangat sulit untuk melihat diri sendiri sebagai orang yang baik, yang masih punya banyak sisi positif. Tapi, berusahalah untuk tetap adil menempatkan perasaan bersalah itu pada tempatnya.

Ketiga, Menebus Kesalahan

Photo by Brett Jordan on Unsplash

Menebus kesalahan adalah bagian penting dari upaya memaafkan diri sendiri. Sama seperti Lo yang misalnya nggak akan memaafkan orang lain sampai mereka ada niat atau berupaya untuk memperbaiki kesalah mereka dengan cara tertentu. Kalau Lo merasa bahwa hari ini Lo ketiduran padahal Lo berjanji menyelesaikan tugas ini dan itu, Lo bisa melakukan upaya menebus dengan cara yang membuat Lo merasa lebih baik. Memaki diri sendiri nggak perlu dilakukan, fokus aja pada upaya memperbaiki apa yang bisa diperbaiki.

Keempat, Fokus Pada Apa yang Bisa Diubah

Photo by Stefan Cosma on Unsplash

Banyak dari kita melakukan ruminasi, alias memikirkan terus menerus kesalahan itu tiada hentinya. Dan membuat kita terjebak ke dalam perangkap perenungan, kebencian pada diri sendiri, atau bahkan rasa kasihan yang dapat merusak dan menyulitkan hidup Lo. Lo boleh terhanyut dalam emosi itu. Tapi, tentukan sampai kapan Lo akan ‘berkabung’, karena setelah itu Lo perlu memikirkan rencana selanjutnya untuk memperbaiki apa yang bisa diperbaiki. Langkah apa yang dapat Lo ambil untuk mencegah perilaku yang sama terulang lagi di masa depan? Bukankah masih ada yang bisa kita ubah meski tidak seratus persen. Lo bisa jadi salah, tetapi itu adalah pengalaman belajar yang dapat membantu Lo membuat pilihan yang lebih baik di masa depan. Jadi, selama masa depan masih ada, ayo diperbaiki sedikit demi sedikit.

Manfaat Memaafkan Diri Sendiri

Photo by Mike San on Unsplash

Lalu, apa sih manfaat memaafkan diri sendiri? Dan, sepertinya yang gue bilang sebelumnya, sama pentingnya dengan mendisiplinkan diri sendiri. Beberapa manfaat diantaranya sebagai berikut.

Pertama, Kesehatan mental

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ketika orang mempraktikkan pemaafan terhadap diri sendiri mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang lebih rendah. Demikian pula, ada hubungan antara pemaafan diri sendiri dengan kesuksesan, produktivitas, fokus, dan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih sulit memaafkan diri sendiri.

Kedua, Kesehatan fisik

Memaafkan diri sendiri juga dapat berdampak positif pada kesehatan fisik Lo. Penelitian menunjukkan bahwa memaafkan diri sendiri bisa menurunkan kadar kolesterol, mengurangi rasa sakit pada tubuh, dan tekanan darah, serta menurunkan risiko serangan jantung.

Ketiga, Tantangan

Apakah proses memaafkan diri sendiri nggak ada tantangannya? Tentu ada.

Jadi, apa yang terkadang membuat memaafkan diri sendiri begitu sulit?

Mengapa orang sering terus menghukum dan mencaci diri sendiri karena kesalahan yang relatif kecil?

Memang ada beberapa dari kita yang rentan fokus kepada hal-hal negatif, termasuk emosi dan pengalaman hidup yang negatif. Beberapa orang secara alami lebih rentan terus terjebak perasaan bersalah. Nah, faktanya adalah, menjadi lebih pemaaf terhadap diri berarti melakukan perubahan pola pikir yang selama ini kita anut. Mengubah sesuatu yang kita sudah lakukan bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup kita tentu nggak mudah. Sehingga, yang perlu disadari adalah wajar jika proses memaafkan diri sendiri tidak langsung berhasil, sebab bisa jadi kita melawan kebiasaan lama kita. Dan itu nggak mudah.

Kelima, Hati-hati…

Memaafkan diri sendiri yang berlebihan, bisa jadi menjadi awal kita untuk hidup yang serba permisif. “Ah, nggak apa-apa,” Saat kita ternyata melakukan kesalahan, karena mudah memaafkan diri sendiri, kemudian esok mengulang hal yang sama. Memaafkan diri sendiri harus digunakan dengan konteks yang tepat. Sehingga, semuanya harus dilakukan pada konteks dan takarannya yang tepat.

Sepatah Kata Dari Klik.Klas

Photo by Tim Mossholder on Unsplash

Klikers, kita akan kesulitan untuk bertumbuh, jika nggak mulai move on dari merasa bersalah yang berlebihan. Memaafkan orang yang telah menyakiti Lo bisa menjadi tantangan, tetapi memaafkan diri sendiri bisa sama sulitnya. Penting buat Lo ingat bahwa mempelajari cara memaafkan diri sendiri bukanlah proses yang sama untuk semua orang. Proses dan kecepatannya bisa beda-beda banget satu orang dengan lainnya. Memaafkan adalah proses yang memang nggak pernah sederhana atau mudah, tetapi menggunakan belajar memaafkan diri sendiri dapat memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan. Selain mengurangi stres, depresi, dan kecemasan, sikap memaafkan diri sendiri juga dapat berdampak positif pada diri Lo. Semangat menjadi muda yang selalu bertumbuh setiap hari.

Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya

Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas

Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.

Tentang Penulis

Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A

Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir

Tulisan Lahir Dari Tulisan Lainnya

Peterson SJ, Van Tongeren DR, Womack SD, Hook JN, Davis DE, Griffin BJ. The benefits of self-forgiveness on mental health: Evidence from correlational and experimental research. J Posit Psychol. 2017;12(2):159–168. doi:10.1080/17439760.2016.1163407

Nolen-Hoeksema S, Wisco BE, Lyubomirsky S. Rethinking rumination. Perspect Psychol Sci. 2008;3(5):400–424. doi:10.1111/j.1745–6924.2008.00088.x

Cornish MA, Wade NG. A therapeutic model of self-forgiveness with intervention strategies for counselors. Journal of Counseling & Development. 2015;93(1):96–104. doi:10.1002/j.1556–6676.2015.00185.x

Zhang JW, Chen S, Tomova Shakur TK. From me to you: Self-compassion predicts acceptance of own and others’ imperfections. Pers Soc Psychol Bull. 2020;46(2):228–242. doi:10.1177/0146167219853846

Pierro A, Pica G, Giannini AM, Higgins ET, Kruglanski AW. “Letting myself go forward past wrongs”: How regulatory modes affect self-forgiveness. PLoS ONE. 2018;13(3):e0193357. doi:10.1371/journal.pone.0193357

Rahim M, Patton R. The association between shame and substance use in young people: A systematic review. PeerJ. 2015;3:e737. doi:10.7717/peerj.737

Whited MC, Wheat AL, Larkin KT. The influence of forgiveness and apology on cardiovascular reactivity and recovery in response to mental stress. J Behav Med. 2010;33(4):293–304. doi:10.1007/s10865–010–9259–7

Conversano C, Rotondo A, Lensi E, Della Vista O, Arpone F, Reda MA. Optimism and its impact on mental and physical well-being. Clin Pract Epidemiol Ment Health. 2010;6:25–9. doi:10.2174/1745017901006010025

Taylor TF. The influence of shame on posttrauma disorders: Have we failed to see the obvious?. Eur J Psychotraumatol. 2015;6:28847. doi:10.3402/ejpt.v6.28847

Roese NJ, Vohs KD. Hindsight bias. Perspect Psychol Sci. 2012;7(5):411–26. doi:10.1177/1745691612454303

Rasmussen KR, Stackhouse M, Boon SD, Comstock K, Ross R. Meta-analytic connections between forgiveness and health: The moderating effects of forgiveness-related distinctions. Psychol Health. 2019;34(5):515–534. doi:10.1080/08870446.2018.1545906

Pelucchi S, Paleari FG, Regalia C, Fincham FD. Self-forgiveness in romantic relationships: It matters to both of us. J Fam Psychol. 2013;27(4):541–549. doi:10.1037/a0032897

Callan MJ, Kay AC, Dawtry RJ. Making sense of misfortune: Deservingness, self-esteem, and patterns of self-defeat. J Pers Soc Psychol. 2014;107(1):142–162. doi:10.1037/a0036640

Breines J. The healthy way to forgive yourself. Greater Good Magazine. August 23, 2012.

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet