Lelah Biasa, Burnout, Atau Depresi? Kenali Cirinya…

klik.klas
9 min readFeb 27, 2021

--

Apakah Lo terus menerus merasa capek yang nggak terjelaskan selama melakukan pekerjaan Lo? Apakah perasaan capek ini terus menerus muncul meskipun Lo udah istirahat dengan baik?

Photo by Christian Erfurt on Unsplash

Atau, apakah Lo merasa bahwa pada suatu titik tugas yang Lo kerjakan nggak semenarik pada awal Lo mendapatkan tugas tersebut?

Bersamaan dengan itu, kadang Lo merasakan mood yang naik turun fluktuatif, performa menurun, dan Lo sering jadi sakit kepala atau gejala fisik lainnya.

Saat Lo merasakan hal-hal tersebut, bisa aja apa yang Lo rasakan sekarang adalah kelelahan yang teramat sangat atau dalam istilah kerennya disebut burnout.

Tapi, apakah dari Lo yang sama kayak gue, yang kadang khawatir bahwa gejala-gejala yang kita hadapi hanyalah kelelahan biasa, dan saat kita memutuskan untuk berhenti sejenak kadang perasaan seperti “Apakah gue bener-bener butuh istirahat? Atau gue lagi manja aja sekarang sehingga nggak sepatutnya gue berhenti sekarang?” Dan terkadang, hadir juga pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah ini bener-bener kelelahan biasa yang nanti juga selesai sendiri dengan istirahat? Atau gue udah burnout banget?

Burnot udah jadi istilah biasa yang Lo denger sehari-hari. Gue yakin beberapa dari Lo juga udah paham tanda-tanda burnout.

Beberapa dari Lo bisa jadi bisa memahami kapan diri Lo udah merasa sangat “terbakar” dengan segala hal dan tugas yang Lo lakuin. Gue yakin juga banyak dari Lo tahu gejala-gejala burnout dalam diri Lo. Tapi izinkan gue hari ini mengulik lebih dalam tentang burnot itu sendiri dan apa bedanya dengan kelelahan biasa?

SEJARAH BURNOUT

Photo by Christin Hume on Unsplash

Gue mau coba ajak Lo menelusuri kapan istilah burnout itu hadir.

Istilah “burnout” berarti “kelelahan” populer pada tahun 1970-an setelah seorang psikolog Amerika Herbert Freudenberger (baca: Froidenberg) merilis penelitiannya mengenai kelelahan di dunia kerja. Awalnya bapak Freudenberger ini menjelaskan bahwa burnout beda dengan kelelahan biasa, sebab burnout merupakan konsekuensi dari stres yang parah dan idealisme untuk bekerja sebaik mungkin pada banyak profesi yang bersifat intens, seperti di area-area pelayanan masyarakat, salah satunya di bidang medis. Dokter, perawat, dan berbagai tenaga kesehatan lainnya, yang terus menerus mengorbankan diri mereka untuk orang lain, seringkali terjebak dengan perasaan lelah yang intens hadir bahkan setelah mereka beristirahat. Saat ini, istilah tersebut nggak hanya digunakan untuk profesi-profesi pelayanan masyarakat aja, sebab penelitian terus berlanjut dan terbukti bahwa burnout ini nggak Cuma pada orang dewasa, tapi bahkan anak-anak juga dapat mengalami burnout ini. Artinya, burnout dapat mempengaruhi siapa saja dari berbagai kalangan bahkan usia.

Anehnya, para ahli masih berdebat, seenggaknya saat gue cek penelitiannya di tanggal 18 Juni 2020, beberapa artikel ilmiah tetep berdebat tentang apa itu burnout sebenarnya. Ketidaksepakatan ini mungkin nggak tepat gue bicarakan lebih lanjut dalam tulisan santai ini. Tetapi, yang mau omongin adalah karena masih banyak perbedaan pendapat, Lo bisa aja menemukan berbagai narasi yang berbeda-beda soal burnout. Selain itu, para ahli juga mengatakan kondisi burnout satu orang dengan orang lainnya bisa beda-beda banget. Artinya, gejala burnout bisa sangat individual. Yaaa… secara umum gejala psikologis itu nggak bisa kayak gejala flu yang universal, akan banyak variasi gejalanya yang makanya, gue saranin nggak melakukan diagnosa sendiri terhadap diri Lo. Kalau udah parah banget, berusahalah mencari bantuan professional, oke?

Nah, kita lanjut nih ya. Gue udah jelasin sejarahnya. Sekarang coba kita detailkan bedanya kelelahan biasa dengan burnout secara lebih detail.

KELELAHAN BIASA VS BURNOUT

Photo by Tony Tran on Unsplash

Lo pernah kan melakukan sesuatu yang begitu Lo sukai, meskipun capek Lo merasa bahagia dan puas.

Di sisi lain, Lo pasti bisa bedain, saat kerjaan Lo bikin Lo capek, setelah dibawa santai dan istirahat beberapa saat, Lo udah seger lagi dan siap beraktivitas kembali.

Nah, burnout itu adalah bukan kedua jenis kelelahan yang gue sebutkan tadi. Seenggaknya, ada empat gejala utama yang dianggap sebagai tanda kelelahan teramat sangat (burnout) ini?

Pertama, Exhausted (Lelah secara fisik)

Pernah nggak Lo merasa energi Lo terkuras habis bis bis, nggak cuma secara fisik tapi juga secara emosional? Lo nggak mampu mengatasi kelelahan dan kelesuan, anhedonia (segala sesuatu yang menyenangkan terasa nggak menyenangkan, misalnya game yang biasanya Lo begitu antusias memainkannya jadi nggak menarik lagi) dan Lo terus menerus merasa nggak memiliki cukup energy buat melakukan aktivitas sederhana, seperti bersih diri, makan, merawat diri dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya.

Kedua, Gejala Fisik Lainnya

Hal lain yang sering muncul adalah adanya gejala fisik yang menyertai. Yang paling sering adalah nyeri kepala dan varians pusing lainnya, serta masalah pencernaan (perut atau usus). Tapi, bisa jadi ada gejala lainnya yang sangat individual. Intinya, stress akan menyerang titik terlemah dari fisik Lo, sehingga gejalanya bisa jadi sangat beda-beda.

Ketiga, Anhedonia (Tidak Semangat Bersenang-Senang)

Kalau Lo merasakan burnout, segala kerjaan yang menyenangkan malah membuat Lo semakin stres dan membuat frustrasi. Lo bisa aja mulai bersikap sinis tentang tugas yang Lo terima (padahal Lo awalnya seneng atau fine-fine aja) dan juga merasa mudah iritasi, sensitive, dan entah kenapa nggak nyaman dengan temen-temen sekelompok Lo.

Pada saat yang sama, Lo mungkin memutuskan untuk nggak istirahat dan tetep lanjut mengerjakan hal itu sehingga Lo mulai memati-rasakan diri secara emosional. Lo terus bilang ke diri Lo “I gonna do it” “Gue akan selesaikan,” atau “Gue bisa, gue baik-baik saja, gue bisa,” tapi pada faktanya Lo mati rasa secara emosi.

Keempat, Penurunan Kinerja

Burnout bisa juga dilihat dari produktivitas Lo yang menurun atau nggak sebaik biasanya. Tentu saja ini efek dari Lo yang sulit berkonsentrasi, lesu dan kurang kreatif.

KADANG OVERLAP SAMA DEPRESI

Photo by Adrian Swancar on Unsplash

Gejala burnout juga seringkali mengalami tumpang tindih dengan gejala stress dan depresi. Diantaranya seperti kelelahan ekstrim, merasa down, dan performa kita berkurang. Karena gejalanya serupa, beberapa dari Lo bisa aja merasa mengalami burnout meskipun sebenarnya Lo lebih kepada mengalami stress berat. Jadi, penting untuk nggak mendiagnosis dan menyimpulkan bahwa Lo sedang burnout aja secara dini, apalagi kalau Lo nggak punya keahlian khusus.

Sekali lagi, berkonsultasilah dengan berbagai lembaga yang menyediakan konsultasi professional. Akhir-akhir ini banyak sekali gerakan dan lembaga sehat mental yang menyediakan konsultasi gratis.

Salah diagnosa bisa berakibat fatal pada solusi yang diambil selanjutnya. Misalnya, nih, karena Lo merasa apa yang Lo alami adalah burnout aja, dan Lo merasa cukup dengan istirahat aja, padahal bisa jadi Lo sedang berada pada ambang stress berat, bisa membuat diri Lo nggak tertangani dengan tepat.

Belum lagi, kalau ada yang orang yang merasa mampu mendiagnosa dirinya dengan tepat, lalu menasehati seseorang yang mengalami depresi untuk mengambil cuti panjang atau cuti kerja, tentu bukan solusi yang tepat untuk orang itu. Orang yang “hanya” kelelahan karena pekerjaan emang bisa kembali segar jika mengambil beberapa waktu untuk istirahat. Tetapi jika orang dengan depresi melakukannya, hal itu mungkin akan memperburuk keadaan karena jenis bantuan yang mereka butuhkan sangat berbeda.

Yang bisa dianggap ciri khas burnout adalah perasaan kelelahan yang hanya berkaitan dengan pekerjaan. Sementara itu, dalam depresi, pikiran dan perasaan negatif nggak hanya soal pekerjaan, tetapi merasa lelah dengan semua bidang kehidupan. Gejala khas depresi lainnya adalah perasaan tidak berharga yang ekstrim (low self-esteem), keputusasaan dan kecenderungan bunuh diri (berpikir tentang bunuh diri). Sementara itu, pada mereka yang burnout nggak sampai mengalami hal yang demikian. Intinya, orang yang burnout nggak selalu mengalami gejala stress berat atau depresi, tetapi kelelahan bisa mentrigger orang yang punya resiko depresi menjadi benar-benar terserang depresi.

Penyebab

Photo by Fernando @cferdo on Unsplash

Banyak hal yang menyebabkan burnout. Seperti, tugas kuliah yang sangat banyak dapat membuat Lo merasa dikejar-kejar tuntutan yang ekstrim, sampai-sampai Lo merasa lelah, hampa, pesimis dan seringkali merasa nggak mampu mengatasinya. Stres yang Lo alami bisa juga menyebabkan gejala fisik yang membersamai perasaan tertekan ini, seperti pusing, mules, mual, bahkan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan organ dalam. Selain itu, bisa jadi semua faktor eksternal itu bertautan dengan karakter Lo yang pencemas, punya keinginan untuk menyenangkan orang lain secara ekstrim dana tau karakter perfeksionis.

Dalam membahas kausa gangguan psikologis, penting buat Lo untuk nggak Cuma memahami faktor-faktor eksternal yang menyebabkan hal itu terjadi. Tetapi, perlu juga diintegrasikan dengan kepribadian yang Lo punya, serta riwayat keluarga dan karakter kesehatan fisik Lo. Oleh karena itu, gue selalu berkali-kali nggak bosen-bosennya untuk mengajak Lo semua mulai untuk mengenal diri Lo lebih dalam dan lebih baik lagi. Karena pemahaman diri yang baik akan membawa kita lebih berhati-hati dalam menghadapi berbagai faktor resiko yang muncul di sekitar kita.

Tips Menghadapi Burnout

Photo by Willian Justen de Vasconcellos on Unsplash

Kalau Lo sudah mulai merasakan burnout karena banyak tugas kuliah, kerjaan yang numpuk, atau apapun yang membuat Lo merasakan kelelahan ekstrim. Ada baiknya, Lo mengambil jeda sejenak dan beristirahat dari apapun sumber burnout Lo. Hal ini untuk memastikan apakah Lo bener-bener burnout saja, atau ada gejala lain yang yang perlu ditindaklanjuti dengan lebih serius.

Lo bisa juga berbicara tentang hal ini kepada orang yang bisa ngasih Lo solusi, seperti apakah itu dosen pembimbing akademik Lo, supervisor, kalau di dunia kerja bisa sama HRD, atau kalau di rumah bisa sama orang tua dan saudara. Semoga dengan membicarakannya akan membuat perubahan dalam ritme kerja yang sebelumnya Lo jalani.

Dalam beberapa kasus, melakukan perubahan-perubahan kecil, misal layout ruangan, baju yang dipakai, mengganti makanan dan minuman yang bisa Lo seduh dengan varian lain, membeli aromaterapi untuk mengharumkan ruangan, mengganti gorden dan lainnya, bisa membantu menghadirkan suasana baru untuk melawan kebosanan dan rutinitas yang sering menyebabkan burnout.

Selain itu, berstrategi lah. Kalau Lo senang dengan kebut semalam, kebut seharian, atau kebut semalam yang setelah itu beresiko membuat Lo burnout. Gua sarankan, untuk mengatur pola kerja sehingga Lo nggak merasa begitu tertekan.

Rawat diri Lo juga. Sudah banyak banget penelitian yang membuktikan olahraga, istirahat pada waktu yang tepat dan cukup, serta membangun pola hidup sehat akan membantu meregulasi stress.

Dan, jangan lupa untuk bersenang-senang. Liburan (kalau di masa COVID-19 harap perhatikan yang sesuai protocol) bisa juga digunakan sebagai strategi untuk melawan burnout.

Nah, kombinasi semua itu, dari istirahat yang teratur dari pekerjaan, olahraga, makan baik dan sehat, pembaruan suasana dan bersenang-senang saat bisa, dapat menjadi kunci untuk membantu Lo melawan burnout.

Namun, jika semua itu telah Lo lakukan, tapi Lo masih mengalami kelelahan dan kesulitan menemukan jalan keluar, atau Lo mulai menduga bahwa Lo mungkin juga memiliki kondisi kesehatan mental seperti depresi, segera cari perawatan profesional.

Sepatah Kata Dari Klik.Klas

Photo by Brooke Cagle on Unsplash

Burnout itu adalah sebuah kondisi yang pasti pernah dialami oleh semua manusia di muka bumi ini. Namun, untuk menjadi muda yang selalu bertumbuh, Lo harus tahu kapan Lo harus berhenti dan beristirahat sejenak dari hal-hal yang Lo kerjakan ketika tanda-tanda burnout mulai muncul. Nggak hanya memahami tanda-tanda burnout. Lo perlu juga memiliki strategi untuk mengatasinya. Tapi, jangan ragu untuk berhenti dan bernafas sejenak saat burnout itu muncul.

Semoga bermanfaat! Semoga kita jadi pribadi yang #selalubertumbuh

Klik.Klas, Belajar Luar Kelas!

Kunjungi Media Sosial Klik Klas Lainnya

Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas

Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget!

Tentang Penulis

Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A

Fakhi merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Tahu lebih dalam tulisan lainnya di Instagramnya @fakhirah.ir

Sumber Bacaan

  1. Maslach C, Leiter MP. Understanding the burnout experience: recent research and its implications for psychiatry. World Psychiatry. 2016;15(2):103–111. doi:10.1002/wps.20311
  2. Wekenborg MK, Von dawans B, Hill LK, Thayer JF, Penz M, Kirschbaum C. Examining reactivity patterns in burnout and other indicators of chronic stress. Psychoneuroendocrinology. 2019;106:195–205. doi:10.1016/j.psyneuen.2019.04.002
  3. Bianchi R, Schonfeld IS, Laurent E. Burnout-depression overlap: a review. Clin Psychol Rev. 2015;36:28–41. doi:10.1016/j.cpr.2015.01.004
  4. Gallup. Employee Burnout, Part 1: The 5 Main Causes.
  5. Demerouti E. Strategies used by individuals to prevent burnout. Eur J Clin Invest. 2015;45(10):1106–12. doi:10.1111/eci.12494

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet