Lo pernah nggak sih minder sama kelebihan orang lain?
Rasanya apa yang dimiliki orang lain lebih keren, lebih kece dan lebih-lebih lainnya.
Saat melihat ke dalam diri sendiri, rasanya potensi yang kita miliki cuma B aja, biasa-biasa aja.
Atau
Pernah nggak Lo merasa nggak ada yang bisa dibanggakan sama sekali. Boro-boro ngebanggain sesuatu, adanya ngerasa kurang muluk. Lo merasa kurang di banyak hal. Lo nggak merasa memiliki kelebihan sama sekali.
Tenang Klikers, Lo nggak sendirian. Apa yang Lo alami adalah hal yang hampir semua orang pernah rasakan.
So, hari ini gue akan ngebahas soal berkembang bersama diri sendiri, setelah melewati fase memahami diri sendiri dan menerima diri sendiri.
Bisa Jadi Lo Belum Paham Diri Sendiri
Klikers, memahami dan menerima diri sendiri merupakan modal dasar yang penting banget dalam proses menjadi diri yang #selalubertumbuh.
Kok bisa?
Sebab, dengan memahami diri sendiri Lo akan tahu apa kelebihan dan kekurangan Lo. Baik dalam hal potensi diri yang berbau minat dan bakat sampai dalam hal-hal berbau kepribadian dan karakter, misal ketangguhan, penyabar, dan lain sebagainya. Modal pemahaman diri ini kalau dianalogikan dengan perumpamaan favorit gue, yaitu ngebantu Lo sebagai panglima perang buat lebih siap menghadapi peperangan.
Ibaratnya jika Lo adalah seorang panglima perang, sebelum Lo maju perang tentu dong Lo harus mengenal kondisi pasukan Lo sebaik-baiknya selain mengenal lawan dan medan tempur.
Pemahaman tentang kondisi pasukan yang baik ini akan digunakan untuk mengatur strategi dalam menghadapi peperangan yang akan Lo hadapin. Ibaratnya Lo adalah kepala pasukan dan seperangkat tubuh fisik dan psikologis Lo adalah pasukan Lo, Lo harus tahu dong kekuatan dan kelemahan pasukan yang diberikan Tuhan ke dalam hidup Lo.
Tapii, apa jadinya kalau komandannya gagal memahami pasukannya? Maju tanpa pemetaan pemetaan pasukannya sendiri? Wah, bisa jadi namanya bunuh diri. Bisa aja peperangan ini Cuma sebentar karena belum-belum pasukan Lo udah KO.
Selain itu apa jadinya, kalau pemimpin pasukannya mengabaikan bibit unggul dalam pasukannya? Yang harusnya bisa jadi snipper ahli eh malah ditaruh di tim medis. Wah itu aja, udah merupakan kerugian yang besar banget untuk pasukan Lo sendiri. Apalagi kalau pasukan Lo yang unggul ini bukan hanya diabaikan, tapi ditolak dan diusir. Makin deh rugi deh pasukan yang Lo pimpin.
Kemudian, gimana kalau ternyata dalam pasukan Lo, ada satu dua anggota yang suka bikin onar. Apa yang akan Lo lakuin? Apakah Lo akan mengabaikan dan menutup mata kalau ada si pembuat onar? Atau Lo memutuskan untuk menerima pembuat onar itu dan nggak mengabaikannya? Kita nggak bisa mengingkari kalau dalam sebuah pasukan pasti ada anggota-anggota yang bikin gemes. Untuk menyelesaikan masalah ini pasti Lo harus menerima kenyataan itu, bukan menutup mata dan mengabaikannya.
Sama kayak Lo. Untuk jadi pasukan yang hebat, anggota-anggota Lo yang punya potensi unggul jangan sampai ditolak dan diabaikan.
Mengenali potensi dari pasukan Lo seperti yang gue bilang tadi, adalah perumpamaan mengenal diri sendiri dengan baik.
Setelah Lo tahu siapa aja yang unggul dalam tim Lo, pasti ada juga yang kemampuannya biasa aja. Tentu nggak bisa dipungkiri juga dalam sebuah tim nggak semua keahlian itu seragam dan merata. Untuk bisa maju bersama tim itu, sebagai leader yang baik, kita tetep harus menerima keadaan tim kita apa adanya. Nah, kalau ditarik ke diri sendiri. Penerimaan terhadap komposisi tim ini kalau dalam konteks diri sendiri adalah sebuah tahap untuk masuk ke dalam penerimaan diri. Mau anggota yang baik sampai yang nggak baik, Lo harus terima kenyataan itu. Bukan berarti kalau ada satu dua anggota pasukan yang kurang pas membuat tim Lo jadi tim yang buruk, tetapi dengan adanya Lo tim Lo akan menjadi tim yang manusiawi, ada lebihnya ada kurangnya.
Atau balik ke analogi peperangan, Lo akan lebih mudah mengembangkan tim kalau udah menerima kekurangan tim Lo, Lo bisa melihat apa yang perlu ditambah dan dipertahankan. Misalnya, kebetulan dalam satu tim, hampir semua orang adalah pelaksana teknis yang baik. Lo akan dengan mudah menemukan sumber daya apa yang perlu Lo tambahkan.
Ini lebih baik daripada Lo menutup mata, “Nggak ah, tim gue oke semua. Udah yuk langsung kerja aja,” Wah, bisa-bisa pas ngerjain sesuatu Lo akan mengalami hal yang nggak Lo inginkan, misal karena kebanyakan eksekutor jadi kurang orang yang bisa merancang konsepnya. Padahal kalau konsepnya belum kuat bahaya banget asal jalan aja kan?
Setelah memahami dan menerima diri sendiri lalu apa? Lo mungkin juga udah dengerin podcast-podcast sebelumnya yang nyeritain soal cara memahami dan menerima diri sendiri dan bertanya-tanya lalu selanjutnya apa?
Oh ya…gue di awal tadi kan nanya, siapa dari Lo yang minder dengan kelebihan orang lain? Dan Ngerasa potensi yang Lo miliki biasa-biasa aja dan nggak berharga? Nah di topik kali ini malah akan fokus pada apa yang harus kita lakukan setelah memahami dan menerima diri sendiri?
Jawabannya fokus bikin strategi memenangkan pertempuran.
Gue akan ngasih perumpamaan lagi. Ibaratnya kalau Lo seorang panglima perang yang udah tahu kekuatan dan kelemahan pasukan Lo, ditambah lagi Lo udah bisa menerima dengan objektif, nah sekarang saatnya bikin strategi untuk memenangkan pertarungan dari apa potensi yang Lo punya.
Gimana caranya?
Minder? Lawan Dengan Fokus Sama Kekuatan Diri
Tuhan itu Maha Adil. Kita semua diciptakan pasti punya kelebihan dan kekurangan.
Pertanyaannya adalah di antara kedua hal tersebut, mana yang harus Lo beri perhatian lebih banyak?
Coba deh fokus sama kelebihan diri.
Mungkin Lo bertanya-tanya, apa alasan di balik saran gue tadi. Kenapa harus fokus sama kelebihan diri? Padahal, kekurangan diri itu seringkali jadi hal yang bikin kita minder, bikin kita merasa perlu kerja lebih banyak untuk memperbaiki kekurangan diri itu.
Gue juga tahu sebagian besar dari Lo selama ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk fokus meningkatkan apa yang Lo kurang baik dalam hal tersebut. Kita terbiasa untuk fokus sama apa yang kita kurang. Misal dulu, kalau kita kurang bisa matematika, Lo akan diikutkan kursus matematika. Lo kurang bisa fisika, Lo ikut materi tambahan di bidang fisika dan seterusnya.
Padahal, untuk bisa tumbuh dan berkembang lebih cepat. Fokus pada kelebihan diri akan bikin kita melesat.
Apakah fokus sama kekurangan diri itu salah? Oh nggak.
Fokus pada kelemahan diri itu nggak salah asal tepat pada porsinya. Kelebihan dan kelemahan diri itu digarap bareng-bareng, tapi kelebihan idealnya dikasih porsi lebih banyak.
Kenapa kelebihan lebih direkomendasikan para ahli buat lebih diseriusi?
Fokus Sama Kelebihan Banyak Direkomendasikan
Lo pernah denger nggak istilah SWOT? Yang kalau gue jabarin jadi Strength yang artinya kekuatan, Weakness alias kelemahan, Opportunity alias kesempatan, dan Threat yang artinya ancaman. Skema SWOT ini adalah salah satu cara yang sering banget digunakan dalam dunia manajemen untuk melakukan pemetaan potensi individual atau organisasi. Saat Lo menggunakan SWOT, Lo akan diminta mengidentifikasi, apa kekuatan dan kelemahan diri, yang mana merupakan bagian dari internal diri Lo .
Gue coba jelasin dikit ya..
Kalau kita melakukan pemetaan berdasarkan SWOT in Lo akan diarahkan untuk menggunakan 4 strategi yaitu:
Pertama, gimana caranya Strength-si kekuatan Lo ini digunakan untuk meraih peluang semaksimal mungkin, istilahnya strength — opportunity strategies. Artinya kalau Lo jago editing video, lo coba deh pasangkan sama kesempatan apa yang ada di sekitar Lo. Kalau Lo jago masak, ngelukis, matematika, nari, kimia, atau apapun itu… Coba deh lo matching kekuatan Lo sama peluang apa yang ada di sekitar Lo.
Strategi yang kedua, gimana caranya kekuatan Lo digunakan untuk mengurangi tantangan alias strength — threat strategies. Misalnya, Lo punya kekuatan di bidang dunia tarik suara, sementara Lo punya tantangan ekonomi. Gimana caranya Lo mengatasi hambatan ekonomi itu dengan kelebihan Lo. Ini yang disebut memasangkan kekuatan Lo sama tantangan kehidupan Lo. Menggunakan kelebihan untuk mengatasi tantangan.
Strategi yang ketiga, gimana caranya Lo memanfaatkan peluang untuk menghadapi kelemahan internal Lo (opportunities-weakness strategy). Peluang saat ini misalnya adalah jualan online. Sementara Lo punya kekurangan berkomunikasi dengan orang lain. Nah kalau pakai strategi ini, lo memanfaatkan peluang yang ada yaitu kesempatan untuk jualan online untuk berlatih komunikasi sama orang, yang mana komunikasi adalah kelemahan Lo. Lo yang pakai strategi ini mau memanfaatkan peluang untuk berlatih mengurangi kelemahan diri.
Keempat, gimana caranya Lo menyingkirkan kelemahan dan tantangan sekaligus alias weakness-threat strategy. Strategi ini ibaratnya sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dengan mengurangi kelemahan diri Lo sekalian menyelesaikan tantangan kehidupan. Ibaratnya Lo fokus ngurangin ketidakmampuan Lo dalam bidang matematika untuk menghadapi tantangan ujian statistik minggu depan.
Biar lebih inget gue akan coba rangkum lagi. Pertama, strategi yang Lo pakai adalah menggunakan kekuatan Lo untuk dapetin peluang-peluang dalam hidup Lo. Kedua, Lo make kekuatan Lo untuk menghindari tantangan. Ketiga, Lo menggunakan peluang untuk mengurangi kelemahan yang Lo miliki. Dan Keempat, Lo pakai strategi mengurangi kelemahan untuk menghadapi tantangan.
Kalau Lo, perhatikan dengan seksama, tiga dari strategi yang gue sebutkan tadi, atau tiga di antara empat yang gue sebutkan, ternyata bertumpu sama kekuatan kemudian yang keempat baru bertumpu pada kelemahan. Dari skeman SWOT yang tadi gue jabarin, Lo lebih direkomendasikan fokus dengan kekuatan dan peluang.
Skema SWOT ini lebih deket sama dunia manajemen dan bisnis. Nah, kalau di dalam ilmu psikologi ada namanya “pendekatan berbasis kekuatan” atau “strength based approach”. Yaaah mirip-mirip lah sama konsep SWOT di dunia organisasi dan industri, tapi kalau ini lebih individual. Strategi ini intinya adalah merekomendasikan Lo untuk lebih fokus sama kekuatan dan hal-hal positif yang ada dalam diri Lo, daripada hal-hal negatif yang Lo miliki.
Eiiitss… E… Tapi, bukan berarti Lo jadi nggak memperbaiki hal-hal yang perlu Lo perbaiki. Lo tetap perlu memperbaiki tapi jangan malah kelebihan Lo anak tirikan.
Fokus Sama Kekuatan Bisa Bikin Happy
Mau nggak mau manusia bukan mesin yang nggak punya emosi. Dalam meraih goal dan tujuan, manusia itu pasti akan melibatkan hal-hal lain selain fisik, yaitu emosi.
Lebih konkritnya gini…
Lo mungkin pernah merasakan ketika Lo mengasah apa yang Lo suka, misal mengasah skill dan kelebihan yang Lo anggap berarti dalam hidup Lo, biasanya emosi Lo akan terasa lebih positif. Lo akan dengan senang hati “berbuat lebih” di domain yang Lo merasa punya potensi di sana.
Sebaliknya. Ketika Lo mencoba untuk memperbaiki apa yang Lo rasa nggak terlalu menguasai hal itu, apalagi ditambah pengalaman gagal berkali-kali. Jujur aja deh… pengalaman kayak gini seringkali bikin mood Lo jadi turun. Apalagi kalau udah berusaha sedemikian rupa tapi hasilnya nggak jauh dan signifikan daripada sebelumnya. Lo bisa aja lebih sering badmood daripada happynya saat menjalani proses ini.
Itulah mengapa, menurut berbagai penelitian mengenai pengembangan diri. Lo yang fokus pada apa yang menjadi kekuatan Lo, lebih sering mengalami emosi positif daripada Lo yang lebih banyak fokus kepada kekurangan Lo. Lo yang mengalami emosi positif lebih mudah fokus mengerjakan sesuatu, merasa lebih berharga dan bermakna, dan lebih bersemangat untuk meluangkan waktu lebih dalam mengasahnya serta lebih sedikit terancam mengalami gangguan psikologis. Sebaliknya, Lo yang fokus dengan kelemahan diri saja, akan sering merasakan emosi negatif, sulit fokus, dan terancam memiliki tingkat stress yang lebih tinggi.
Lo yang fokus pada kelebihan biasanya akan lebih banyak mengoleksi memori akan keberhasilan, daripada kegagalan. Ini secara nggak langsung akan meningkatkan kepercayaan diri, perasaan berharga, dan berbagai emosi positif lainnya daripada yang fokus pada kelemahan.
Misalnya, temen gue adalah seorang yang diberi potensi untuk mudah bergaul dengan orang, berani ngomong di depan umum, tapi nggak terlalu bagus di bidang masak. Sejak SD dia udah mengisi di rubrik radio anak-anak, sampai dia dewasa dia masih di dunia broadcasting. Di sekolah dia sering diminta jadi MC, menghibur orang, dan segala macem lainnya. Ia dikenal sebagai seorang penyiar radio. Sampai detik ini, siapa peduli dia bisa masak atau nggak. Karena kelebihan dia menutupi fokus orang-orang untuk melihat pada kelemahannya.
Dalam meraih kesuksesan, emosi itu sangat mempengaruhi proses pencapaian goal. Makanya, mungkin Lo secara pikiran dan logika akan mengatakan, “Oke gue akan mengambil les tambahan di bidang yang gue kurang bisa,” tapi bandingkan sama saat Lo mengatakan, “Gue akan mengambil kursus tambahan untuk mengasah skill yang udah gue miliki, skill yang gue banggakan, skill yang gue punya potensi di sana” Coba deh mana yang akan lebih semangat Lo jalani? Ngakuuu…
Selain itu, penelitian membuktikan bahwa lebih mudah untuk meningkatkan apa-apa yang udah baik dalam diri Lo daripada memperbaiki apa yang kurang. Misal lebih mudah meningkatkan skor matkul statistik Lo kalau kamu merasa udah punya modal dan minat ke mata kuliah statistika itu daripada memperbaiki matakuliah yang Lo jeblok.
Iya ga?
Lo yang fokus pada kekuatan secara nggak langsung sedang menghargai tambang emas yang udah diberikan Sang Pencipta ke diri Lo untuk digunakan sebaik-baiknya. Tapi, tambang emas ini kan masih di dalam tanah, tentu harus ada usaha supaya bisa membuat biji emas yang masih bercampur dengan tanah supaya bisa layak dijual di pasaran. Jadi potensi itu masih potensi bukan kompetensi yang punya daya jual. Lo harus tetap berjuang untuk menjadikan potensi Lo jadi kelebihan yang bisa Lo banggakan. Tapi, sekali lagi. Lo merasa lebih seneng mencurahkan energi ke hal-hal yang Lo kurang bisa atau hal-hal yang Lo bisa?
Kesimpulan
Kekuatan diri akan membentuk identitas Lo secara positif, dan bisa jadi kedepannya banyak rejeki yang datang dengan Lo fokus mengasah kelebihan Lo daripada kelemahan Lo . Kelebihan diri yang diasah sedemkian rupa akan membentuk keunikan diri. Apalagi untuk jadi muda yang selalu bertumbuh Lo harus bisa mengenali dan mengembangkan kekuatan Lo melalui pemahaman dan penerimaan diri yang baik, serta membuat kesempatan untuk menggunakan kekuatan Lo.
Mengubah mindset dari negatif menjadi lebih positif bisa membantu Lo untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru yang selama ini belum Lo temukan. Seiring berjalannya waktu, proses ini akan menjadi bagian alami dari hidup Lo untuk terus menerus menggunakan kekuatan diri daripada kelemahan. Proses bertumpu pada kelebihan yang akan menyediakan kita kesempatan yang lebih luas, seperti bertemu dengan orang-orang yang lebih luas, membentuk relasi yang lebih positif dengan keluarga dan teman.
Efek samping lainnya adalah dengan bertumpu pada kekuatan, pada prosesnya akan membuat kita lebih happy, berharga, semangat hidup dan merasa lebih berprestasi daripada fokus sama kekurangan.
Klikers, terakhir nih, “Biarkan kekuatan diri Lo yang akan membentuk identitas unik Lo”
Selamat berproses menjadi pribadi yang selalu bertumbuh setiap hari!
Referensi
https://positivepsychoLo gy.com/strength-based-skills-activities/
https://positivepsychoLo gy.com/5-ways-deveLo p-grit-resilience/
https://positivepsychoLo gy.com/mentally-strong/
https://positivepsychoLo gy.com/emotional-resilience/