Jangan Jadi Nyebelin Selama Di Rumah Aja

klik.klas
7 min readJul 24, 2021

--

Duuh, pengen buru-buru mau keluar rumah, soalnya orang serumah nyebelin bangeet,”

Photo by Ava Sol on Unsplash

Siapa yang selama masa pembatasan sosial Merasa nggak tahan selama di rumah aja karena anggota keluarga serumah bikin emosi dan juga malah jadi sumber stress?

Sebaliknya, jangan-jangan, Lo adalah sumber stress bagi anggota Lo yang lain?

Selama Covid-19 ini masih belum berlalu, anjuran di rumah saja masih akan tetap berlaku. Sudah nggak terhitung berapa hari kita di rumah aja dan bertemu dengan orang yang sama selama dua puluh empat jam.

Kesempatan bertemu anggota keluarga, pada satu sisi adalah hal yang harus disyukuri, karena kita masih diberi anugerah bersama dengan keluarga kita. Betapa banyak di luar sana, yang sangat ingin memiliki masa-masa bersama anggota keluarga tapi tidak bisa. Di sisi lain, banyak juga masalah yang muncul saat kita dua puluh empat jam terus menerus bersama orang yang sama.

Bertemu orang yang sama setiap hari, apalagi jika mereka mempunyai tingkah laku yang nggak cocok sama Lo, Lo bisa aja jadi perang batin setiap hari. Tapi, pernah nggak Lo introspeksi diri Lo sendiri dan menanyakan ke diri Lo, “Apakah gue sudah menjadi teman/anggota keluarga yang baik?”

Sebab, jangan-jangan Lo ternyata adalah anggota rumah yang paling nyebelin? Lalu, apa yang harus dilakukan supaya kita nggak jadi partner serumah yang nyebelin? Beberapa tips ini bisa Lo lakuin.

Pertama, Suarakan Aturan yang Lo Butuhkan

Photo by Dylan Ferreira on Unsplash

Rumah pada akhirnya bukan lagi sekedar tempat untuk istirahat, tapi adalah tempat untuk bekerja, bermain dan semua hal yang biasanya bisa dilakukan di luar rumah terpaksa dilakukan sebisanya dari rumah. Namun, jadwal anggota keluarga bisa berbeda-beda satu sama lain, sehingga diperlukan aturan bersama yang disepakati selama semua anggota keluarga beraktivitas di rumah.

Lo bisa mengatakan jadwal Lo kepada orang rumah, kapan Lo bisa diganggu dan kapan nggak. Selain itu, Lo juga bisa mengajak orang serumah duduk bersama, sekadar bertanya apa yang mereka sukai dan nggak dari satu sama lainnya.

Gue tahu, kalau Lo bukan kepala keluarga, atau bukan yang memegang kendali di rumah, mungkin akan sulit untuk membicarakan aturan-aturan yang Lo inginkan. Tapi, sekali lagi, mengkomunikasikan yang Lo butuhkan adalah salah satu cara untuk membuka pembicaraan soal aturan ini. Kalau mereka belum memulai, Lo bisa lebih dulu menginisiasi. Ingat, tetep dengan cara yang pas sesuai keluarga kalian masing-masing ya. Dengan memahami jadwal masing-masing anggota keluarga akan membantu menghormati kegiatan masing-masing.

Kedua, Menyiapkan Kesabaran

Photo by Mick Haupt on Unsplash

Selama PPKM kita semua tahu semakin tinggi daripada sehari-hari, apalagi jika semua hal dilakukan di rumah, stress dari berbagai tempat dan sumber akhirnya berkumpul di rumah. Lo bisa aja frustrasi karena sekolah, kuliah, hubungan romantic dan lain sebagainya, dan akhirnya menimbulkan emosi negatif di rumah. Bisa juga hal serupa dialami semua anggota keluarga di rumah. Maka, selama PPKM ini banyak-banyaklah menyiapkan kebesaran dan keluasan hati.

Bisa jadi konflik yang terjadi di rumah, bukanlah konflik asli, tetapi konflik perluasan yang sumbernya di tempat lain. Ada sebuah teori yang disebut frustrasi-agresi, artinya seringkali frustrasi menimbulkan agresi. Agresi hanyalah sebuah dampak domino dari frustrasi yang dirasakan.

Saat Lo mengalami gesekan di keluarga, pada akhirnya, memperluas kesabaran dan memahami bahwa kemarahan dan segala emosi negatif bisa jadi disebabkan oleh hal lain, adalah jalan untuk menjadi anggotan tim serumah yang menyenangkan selama di rumah saja.

Ketiga, Fokus Pada Solusi

Photo by Tina Dawson on Unsplash

Tentu, selama di rumah saja, konflik malah lebih rentan muncul. Konflik sederhana berubah menjadi konflik yang meluas dan panjang. Pertengkaran nggak bisa dihindari apalagi jika terperangkap pada ruang kecil tanpa kemanapun pergi. Dalam beberapa kasus, pertengkaran bahkan mungkin lahir dari kebosanan.

Ketika pertengkaran memang terjadi, pastikan untuk nggak terjebak dengan emosi yang meluap-luap seperti jangan terjebak untuk ikut-ikutan meninggikan suara Lo, menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengeluh daripada memecahkan masalah, menggunakan generalisasi ekstrim seperti “selalu” “nggak pernah sama sekali membantu” dan nggak mendengarkan seksama. Jangan terjebak dengan hal-hal tadi. Saat emosi menguasai, Lo bisa menepi sejenak untuk menenangkan diri, dan melihat masalah lebih jernih.

Keempat, Hargai Privasi Orang Lain

Photo by Alexunder Hess on Unsplash

Selama di rumah, cobalah menghargai privasi anggota keluarga lainnya. Misal, mendengarkan lagu dengan headset atau dengan suara yang pelan. Karena selama di rumah aja, kita perlu membuat diri kita dan orang lain nyaman. Menghormati anggota lain dengan menghargai privasinya adalah salah satu cara menjadi tim serumah yang menyenangkan selama di rumah saja. Kembali ke rumus pertama, jika mereka sudah mengungkapkan kapan mereka sedang berkegiatan (bekerja, belajar) maka hindari untuk mengganggu. Anggap saja mereka sedang di luar rumah.

Keempat, Meringankan Pekerjaan Domestik

Photo by CDC on Unsplash

Saat semua orang di rumah, penggunaan piring bisa meningkat 3 kali lipat daripada biasanya. Yang biasanya ayah, ibu, dan anak-anak makan siang di kantor. Eh kali ini semuanya makan di rumah. Harus ada masakan yang disediakan lebih banyak. Sisa alat masak dan piring kotor yang lebih menumpuk. Selain itu, yang biasanya, ruang keluarga hanya akan berantakan saat sore dan malam hari, ini akan terus berantakan. Pekerjaan rumah jadi berlipat ganda dan sering menjadi sumber pertengkaran.

Lo bisa membantu dengan meringankan beberapa pekerjaan, namun tetap sampaikan jadwal Lo kepada orang tua. Lo bisa membantu di setiap sore atau waktu-waktu yang Lo merasa luang. Selain itu, kalau Lo mau, Lo juga bisa nggak menambah beban itu dengan bertanggungjawab dengan urusan domestic Lo sendiri, seperti cucian piring, baju, dan lainnya.

Kelima, Waktu Bersama Juga Penting

Photo by National Cancer Institute on Unsplash

Selain, mencari waktu untuk bekerja secara terpisah, penting juga untuk mengalokasikan waktu dengan sengaja untuk dihabiskan bersama. Sebab, selama karantina, bisa saja kalian berkumpul dalam satu rumah, tapi sibuk sendiri-diri. Bersama secara fisik belum tentu bersama secara psikologis. Lo bisa menyediakan waktu santai dengan stay di ruang keluarga, atau makan malam juga bisa jadi opsi untuk rileks bersama. Sekali lagi, kalau Lo bukan yang bisa menggerakkan semua keluarga, Lo bisa menjadi orang yang memulai.

Menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga, teman, atau pasangan dapat berguna dalam membantu setiap orang mempertahankan kesehatan mental yang lebih realistis selama periode waktu yang penuh tekanan ini. Kalau Lo lebih senang menyendiri tetap usahakan untuk menengok saudara, pasangan, teman sekamar, atau anggota keluarga Lo untuk melihat bagaimana keadaan mereka selama masa karantina mandiri ini.

Keenam, Banyakin Toleransi

Photo by Charles Deluvio on Unsplash

Kita lagi nggak dalam keadaan yang ideal. Jika Lo memiliki idealisme bahwa rumah harus tetep bersih selama 24 jam, rasanya Lo harus tarik napas dan banyak melakukan toleransi. Sebab, selama PPKM semua anggota keluarga berkumpul dan terus menerus berkegiatan di rumah, yang membuat rumah nggak mungkin rapi terus menerus. Selama masa pandemi ini, banyak ketidak-idealan yang kita temukan, sehingga kita bisa berlatih menurunkan standar perfeksionisme kita terhadap keadaan. Maafkanlah keadaan ini dan belajarlah berdamai.

Ketujuh, Temukan Rumus Lo Sendiri

Photo by Clay LeConey on Unsplash

Setiap rumah memiliki kondisi dan aturannya masing-masing. Lo bisa melihat strategi-strategi yang paling berhasil di rumah Lo. Lo bisa melakukan uji coba dan melihat apakah ide-ide Lo bekerja untuk mengurangi stress selama di rumah saja.

Sepatah Kata Dari Klik.Klas

Photo by Önder Örtel on Unsplash

Klikers, sangat penting untuk bahu membahu menjaga kewarasan di tengah pandemi yang kita belum tahu ujungnya ini. Saling berempati bahwa rumah tidak lagi sekedar tempat istirahat, melainkan berkumpulnya berbagai urusan dari sekolah, pekerjaan hingga banyak hal lainnya, menunjukkan bahwa kita belajar untuk bertumbuh. Menjadi muda yang selalu bertumbuh bisa dilakukan salah satu caranya adalah menjadi pribadi yang menyenangkan untuk orang lain dan nggak lagi memikirkan sekedar kepentingan diri sendiri. Selamat mencoba!

Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya

Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.

Tentang Penulis

Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A

Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet