Hindari Mengatakan Ini Pada Orang yang Depresi

klik.klas
7 min readJun 16, 2021

--

Apakah Lo pernah kebingungan harus melakukan apa pada para penyintas depresi? Apakah Lo khawatir apa yang harus diucapkan? Atau, pernahkah Lo mengatakan sesuatu yang malah membuat orang yang sedang depresi semakin memburuk?

Photo by Sydney Sims on Unsplash

Klikers, mari kita bahas apa yang harus Lo lakukan saat menghadapi depresi.

Bicara Soal Depresi

Ketika seseorang yang Lo sayangin mengalami depresi, Lo bisa aja berniat baik dengan memberinya kata-kata penyemangat dan nasihat. Namun, kata-kata yang Lo gunakan bisa aja nggak menggambarkan niat baik Lo, terutama jika Lo nggak memahami sifat depresi dan penyakit mental itu seperti apa. Seenggaknya, perlu Lo pahami bahwa depresi adalah kondisi medis yang memerlukan perawatan, baik dengan pengobatan, terapi, atau keduanya. Jadi, ini sama dengan penyakit lainnya.

Saat Lo berbicara dengan para penyintas depresi, kata-kata yang kurang tepat secara terus menerus, bisa membuat seseorang yang mengalami depresi ini merasa nggak dimengerti dan dihargai. Saat Lo mengungkapkan nasihat kepada orang lain bisa aja secara nggak langsung adalah dari sudut pandang Lo, bukan dari sudut pandang mereka. Sementara, sangat sulit untuk mereka yang nggak pernah depresi untuk benar-benar menempatkan diri pada posisi orang yang sedang mengalami depresi. Orang dengan depresi yang diberi nasihat oleh mereka yang belum pernah mengalami bisa jadi merasa diserang, disalahpahami, atau sangat terluka. So, penting banget untuk punya ilmu soal kesehatan mental terutama jika berkaitan orang-orang yang Lo sayangin. Tanpa ilmu upaya Lo untuk membantu bisa aja lebih banyak merugikan daripada menguntungkan diri Lo dan orang yang sedang mengalami depresi.

Dengan segala karakteristik depresi yang ada, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah beri tahu mereka bahwa Lo peduli, menanyakan kepada mereka apa yang bisa Lo bantu, membantu mereka mengerjakan beberapa hal kecil (seperti menawarkan memasak, laundry, dll) jika mereka sedang dalam keadaan yang lemah dan nggak bisa mengerjakan tugas harian, membantu mereka menemukan bantuan, bersikap empati dan penuh kasih sayang, dan jadilah suportif.

Sementara itu, Lo sebaiknya menghindari beberapa hal berikut:

Jangan Suruh Mereka Berusaha Lebih Keras

Photo by Radu Florin on Unsplash

Saat kita bertemu dengan orang yang mengalami kegagalan, seringkali kita entah mengapa secara otomatis berusaha menenangkan dan menasehati orang tersebut untuk berusaha lebih keras.

Misalnya, ada temen Lo dapat nilai jelek di suatu mata kuliah, Lo yang udah berhasil melalui matakuliah tersebut bisa aja otomatis nyeletuk, “Udah gue bilang, Lo harus belajar bagian ini dan ini saat UAS. Nah, salah Lo sendiri nggak dengerin gue,” atau “Kok, bisa gagal? Bukannya gampang?” dan berbagai kalimat lain yang kurang tepat untuk konteks mereka yang mengalami depresi.

Sebaiknya Lo juga menghindari kalimat-kalimat yang meremehkan kesedihan mereka, seakan-akan kesedihan mereka itu nggak bermakna dan nggak berarti. Seperti saat temen Lo sedih karena gagal di sebuah mata kuliah, Lo dengan mudahnya menganggap enteng yang mereka alami, dan mengatakan, “Udahlah, gini doang juga, ngapain sedih,”. Padahal, bisa jadi secara subjektif persepsi Lo dan dia tentang seberapa penting mata kuliah ini berbeda. Jadi, perasaan Lo bukan berarti valid untuk orang lain juga.

Atau, Lo bisa dengan gampangnya mengatakan, “Ayolah, Lo kurang rajin aja, kurang bekerja keras!”. Sebenarnya menyemangati seperti ini itu nggak apa-apa. Tapi, Lo perlu lihat konteksnya juga. Apakah benar dia belum berusaha dengan keras? Apakah belajar dengan keras itu sesuai versi Lo?

Rasanya tentu nggak enak, saat seseorang memberitahu Lo untuk berusaha lebih keras, ketika Lo sudah memberikan yang terbaik. Mendengar orang mengatakan Lo harus bekerja lebih keras saat Lo sudah bekerja sedemikian keras bisa membuat seseorang dengan depresi merasa semakin nggak ada harapan.

Klikers, ada banyak alasan mengapa seseorang bisa mengalami depresi, bisa karena factor genetic sampai lingkungan. Pada banyak kasus, orang yang mengalami depresi nggak dapat mengontrol semua faktor risiko yang bisa membuat mereka terserang depresi. Begitu seseorang terkena depresi, itu bukan hanya masalah orang itu nggak kuat menerima tekanan aja. Ada banyak factor yang lebih dari itu. Kalau gue andaikan, orang yang depresi itu sama dengan orang yang mengalami diabetes. Diabetes terjadi bukan karena hanya karena Lo kebanyakan mengkonsumsi gula. Diabetes dapat terjadi karena tubuh penderita nggak membuat cukup zat yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi dengan baik. Seseorang dengan diabetes nggak bisa memaksa tubuh mereka untuk membuat lebih banyak insulin, sehingga mereka butuh bantuan dari luar berupa obat-obatan. Ini sama dengan mereka yang mengalami depresi karena tingkat neurotransmiter yang rendah, oleh karena itu, orang dengan depresi nggak bisa begitu saja menghasilkan neurotransmitter tertentu tanpa bantuan obat-obatan. Mirip dengan bagaimana penderita diabetes bisa aja memerlukan pengobatan dengan insulin, orang yang mengalami depresi memerlukan intervensi dan dukungan medis. Nggak heran, banyak orang yang depresi, mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi kenggakseimbangan kimia pada diri mereka.

Jangan Meremehkan Perasaan Mereka

Photo by Jaroslav Devia on Unsplash

Orang yang depresi cenderung sering mengalami penurunan suasana hati, sebagian besar emosinya negative dan diliputi kesedihan yang nggak terjelaskan.

Buat orang yang nggak memahami karakter depresi, bisa aja dengan mudahnya, “Udah jangan sedih lagi, fokus aja sama hal-hal yang bikin Lo happy,”

Lo bisa aja bermaksud baik untuk menyemangati dan mendukung mereka. Tapi, tahu kah Lo, ini nggak sesederhana Lo bisa jadi happy dalam hitungan detik. Mereka dengan depresi memiliki emosi negatif yang kompleks dan tumpang tindih satu sama lain. Orang yang depresi nggak bisa memaksa otaknya untuk membuat lebih banyak serotonin dan dopamine, mereka juga nggak bisa begitu saja “memutuskan” untuk bahagia. Meskipun tentu saja ada manfaat untuk berlatih berpikir positif, itu nggak cukup untuk menyembuhkan seseorang dari depresi.

Jangan Sampaikan Kenggakpercayaan Lo Kepada Mereka

Mengapa orang yang mengalami depresi seringkali terlambat menerima bantuan? Karena, gangguan psikologi nggak langsung terlihat secara fisik dan orang yang membutuhkan bantuan seringkali nggak terlihat seperti orang yang membutuhkan bantuan. Artinya, apa yang terlihat dari luar nggak selalu mencerminkan bagaimana kondisi internal mereka. Tampilan luar yang terasa nggak ada masalah juga berlaku untuk banyak gangguan psikologi selain depresi. So, hindari mengatakan hal-hal seperti.

“Lo terlihat sehat dan nggak ada masalah apa-apa, Lo nggak terlihat seperti orang depresi…”

Atau, “Sepertinya Lo bahagia-bahagia aja,”

Nggak, jarang orang dengan depresi berusaha sangat keras untuk “berpenampilan baik-baik saja” dan menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya dari orang lain. Pikiran-pikiran ini bisa menjadi sangat intens dan pada kenyataannya, merupakan karakteristik dari depresi itu sendiri, walaupun nggak mencerminkan kenyataan.

Mereka bisa aja emang menyembunyikan gejala-gejala depresi yang mereka miliki karena malu, bingung, bersalah, atau takut akan apa yang akan terjadi jika orang lain mengetahui bahwa mereka mengalami depresi. Takut dan khawatir juga terus ada karena mereka takut dianggap nggak kompeten di tempat kerja atau sebagai orang tua, bahkan, mereka bisa aja khawatir bahwa pasangan, keluarga, dan teman-teman mereka akan berhenti mencintai mereka kalau mereka ketahuan menderita depresi.

Hanya karena seseorang yang depresi mencoba untuk menutupinya, bukan berarti mereka ingin diabaikan. Saat mereka memilih untuk terbuka tentang perasaan mereka yang sebenarnya, bisa jadi itu adalah pilihan yang sangat berani dalam hidup mereka. Sebab, dibutuhkan keberanian untuk berbicara secara terbuka tentang rasa sakit yang mereka rasakan. Jika seseorang menanggapi dengan menghukumi dan meragukan kondisi mereka, hal ini bisa saja membuat mereka malah semakin menarik diri dan merasa bahwa jujur tentang depresi mereka malah membuat mereka nggak aman. Hal-hal seperti ini yang bisa membuat mereka semakin takut untuk meminta pertolongan.

Sepatah Kata dari KlikKlas

Photo by Clément Falize on Unsplash

Klikers, seringkali kita bisa bertumbuh dari membersamai orang lain bertumbuh. Saat seorang teman sedang mengalami fase depresif dalam hidupnya, atau dia sedang menderita depresi, kita perlu ilmu untuk membersamai mereka tumbuh. Karena, niat baik harus dibersamai dengan cara yang baik pula. Seseorang yang depresif bisa jadi nggak terlihat, tapi bukan berarti mereka nggak menderita. Bersikap baik dengan nggak mengecilkan dan meremehkan apa yang mereka alami adalah salah satu hal yang bisa kita lakukan, daripada terburu-buru menghakimi mereka. Selamat menjadi muda yang bertumbuh setiap hari, Klikers!

Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya

Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.

Tentang Penulis

Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A

Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir

Tulisan Ini Lahir dari Tulisan Lainnya

Aan het rot M, Mathew SJ, Charney DS. Neurobiological mechanisms in major depressive disorder. CMAJ. 2009;180(3):305–13. doi:10.1503/cmaj.080697

Cleaveland Clinic. Caregiver burnout; 2019.

Conner KO, Copeland VC, Grote NK, et al. Mental health treatment seeking among older adults with depression: the impact of stigma and race. Am J Geriatr Psychiatry. 2010;18(6):531–543. doi:10.1097/JGP.0b013e3181cc0366

Conversano C, Rotondo A, Lensi E, Della Vista O, Arnone F, Reda MA. Optimism and its impact on mental and physical well-being. Clin Pract Epidemiol Ment Health. 2010;6:25–29. doi:10.2174/1745017901006010025

Hendel, HJ. Why some people harm themselves. National Alliance on Mental Illness; 2018.

Moore, David P., and James W. Jefferson. Handbook of Medical Psychiatry. 2nd Ed. Philadelphia: Mosby, Inc., 2004.

National Alliance on Mental Health. How to help a friend.

Orzechowska A, Zajączkowska M, Talarowska M, Gałecki P. Depression and ways of coping with stress: A preliminary study. Med Sci Monit. 2013;19:1050–1056. doi:10.12659/MSM.889778

Sarris J, O’Neil A, Coulson CE, Schweitzer I, Berk M. Lifestyle medicine for depression. BMC Psychiatry. 2014;14:107. Published 2014 Apr 10. doi:10.1186/1471–244X-14–107

Stern, Theodore A. et. al. eds. Massachusetts General Hospital Comprehensive Clinical Psychiatry. 1st ed. Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008.

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet