Ghosting: Hantu di Siang Bolong

klik.klas
7 min readJan 12, 2021

--

Klikers, Lo pernah nggak, tiba-tiba diabaikan tanpa kejelasan?

Photo by Stefano Pollio on Unsplash

Atau pernah nggak lagi asyik-asyik ngobrol sama orang, eh dia tiba-tiba nggak bales lama tanpa kejelasan sampai berminggu-minggu kemudian.

Atau pernah nggak lo, ngechat tapi diread doang?

Bisa jadi Lo di-ghosting atau jangan-jangan elo yang nge-ghosting?

Ya udah yuk kita bahas aja soal Ghosting ini.

Ghosting, Apaa Tuh?

Ghosting sebenarnya istilah baru dalam hubungan romantis. Ghosting bisa diartikan memutuskan kontak secara tiba-tiba dengan seseorang tanpa memberikan peringatan atau penjelasan apa pun kepada rekan komunikasinya. Bahkan ketika orang yang sedang dighosting mencoba untuk untuk menghubungi kembali si dia, yang dihubungin tetep ngediemin aja. Artinya ghosting emang fenomena “menghilang” ke udara seolah-olah mereka adalah seorang hantu. Kayak hantu di siang bolong.

Istilah ini emang biasanya digunakan untuk merujuk pada hubungan romantis, tetapi secara teknis bisa dipakai pada skenario apa pun di mana hubungan tiba-tiba berhenti tanpa kejelasan, termasuk dalam persahabatan dan hubungan keluarga.

SEJARAH GHOSTING

Istilah “ghosting” mulai banyak dibicarakan sekitar tujuh tahun yang lalu bersamaan dengan lonjakan kencan online. Menariknya, istilah ini sebenarnya digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa penulis dan cendekiawan budaya pop bahkan udah menggunakan istilah ghosting untuk menggambarkan hantu dalam musik hip-hop. Meskipun istilah ghosting termasuk baru, tindakan ghosting udah ada jauh sebelum era digital.

KENAPA ORANG NGE-GHOSTING

Photo by Tandem X Visuals on Unsplash

Nah, sekarang, kenapa orang ada orang yang suka ngeghosting?

Seenggaknya, ada dua alasan utama mengapa seseorang nge-ghosting orang lain

Orang-orang yang nge-ghosting biasanya berusaha menghindari kenggaknyamanan emosional mereka sendiri tapiii mereka nggak memikirkan gimana perasaan orang lain saat dia kabur begitu saja.

Semakin sering ghosting dilakukan oleh seseorang, baik pada diri sendiri atau teman mereka, semakin banyak pelaku menjadi nggak ngerasa itu salah, dan semakin besar kemungkinan mereka melakukannya kepada orang lain.

Selain itu, beberapa orang ngerasa jauh lebih mudah untuk nge-ghosting seseorang daripada memiliki komunikasi yang canggung dan nggak nyaman tentang mengapa orang tersebut nggak tertarik untuk mempertahankan kontak dengan partner komunikasinya.

Orang yang melakukan ghosting sering kali ingin menghindari konfrontasi atau berurusan dengan perasaan sakit hati, jadi mereka ngerasa cukup menghentikan semua komunikasi dan berharap sinyal itu ditangkap.

GHOSTING BIKIN EMOSI JADI GIMANA?

Ghosting nggak hanya berdampak pada yang dighosting, itu juga merugikan siapapun yang melakukannya.

Photo by Kristina Tripkovic on Unsplash

Intinya di sini adalah ghosting adalah cara pasif agresif untuk mengakhiri hubungan, atau “jalan keluar yang mudah”.

Penolakan sosial pada dasarnya mengaktifkan jalur rasa sakit yang sama di otak seperti rasa sakit fisik. Faktanya, yang nggak untuk diikuti kecuali dengan saran dokter, banyak orang yang lari ke obat penghilang rasa sakit untuk bisa mengurangi rasa sakit emosional karena penolakan sosial. Tetapi selain hubungan biologis antara penolakan dan rasa sakit ini, ada beberapa yang spesifik soal faktor tentang ghosting yang berkontribusi pada tekanan psikologis.

Ghosting nggak memberi Lo petunjuk gimana harus bereaksi sebab tiba-tiba semuanya ambigu.

Bisa jadi lo akan bingung harus apa. Pikiran-pikiran seperti…

“Apakah gue harus khawatir?”

“Gimana kalau yang nge-ghosting ternyata terluka dan terbaring di ranjang rumah sakit di suatu tempat?”

“Haruskah gue marah?”

“Mungkin mereka hanya sedikit sibuk dan akan menelepon gue kapan saja.”

Intinya… Lo nggak tahu gimana harus bereaksi karena Lo nggak benar-benar tahu apa yang terjadi.

Secara neurosains, terhubung dengan orang lain sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, termasuk gue dan elo sehingga otak sedemikian rupa udah berevolusi untuk memiliki sistem scan, untuk memindari isyarat sosial yang ada, sehingga Lo tahu gimana menanggapi dalam situasi sosial. Isyarat sosial memungkinkan Lo untuk mengatur perilaku Lo, tetapi kalau tiba-tiba Lo dighosting Lo tiba-tiba merasa bahwa isyarat-isyarat itu ambigu dan blur.

Salah satu aspek ghosting yang paling berbahaya adalah bahwa hal itu nggak hanya menyebabkan Lo mempertanyakan keseriusan hubungan yang Lo miliki, tetapi juga menyebabkan Lo mempertanyakan diri sendiri.

Misal pertanyaan seperti:

Apa yang gue lakukan kok dia mengabaikan gua ya?

Jika harga diri Lo rendah mungkin perlu waktu lebih lama untuk mengatasinya karena orang dengan harga diri rendah memiliki lebih sedikit penghilang alami (penghilang rasa sakit) yang dilepaskan ke otak sesudah penolakan jika dibandingkan dengan mereka yang harga dirinya lebih tinggi

DARIPADA GHOSTING MENDING LO LAKUKAN INI

Photo by Tim Mossholder on Unsplash

Menghindari ghosting yang dilakukan baik secara sengaja maupun enggak akan menguntungkan kedua belah pihak. Meide mengatakan bahwa hal terbaik yang dapat Lo lakukan saat mengakhiri suatu hubungan, baik hubungan panjang atau pendek, adalah memperlakukan orang lain seperti Lo ingin diperlakukan.

Cara menolak yang disarankan adalah dengan cara sandwich. Anggap aja roti atas dan bawah adalah pujian, selai tengahnya adalah penolakan. Artinya, lo mulai dengan kalimat positif, lalu inti maksud lo, dan ditutup kalimat positif lagi.

“Gue seneng bisa ngobrol sama Lo, tapi gue sekarang lagi sibuk ngerjain tugas, tengkyu banget udah nyempetin ngobrol, gue sambung lagi nanti malam yaa…”

Daripada tiba-tiba temen lo yang ngajak ngobrol lo kacangin gitu aja, mending pamit dengan sopan.

Mungkin saja Lo mendapatkan reaksi negatif atau menyakitkan dari orang lain, tetapi jauh lebih baik untuk keluar dari hubungan seudah memberikan penjelasan daripada nge-ghosting.

GHOSTING ORANG ITU OKE NGGAK SIH?

Photo by Bermix Studio on Unsplash

Dalam banyak kasus, ghosting dianggap sebagai cara yang nggak sopan untuk dilakukan saat mencoba untuk nggak berbicara dengan seseorang lagi, atau terutama saat mengakhiri hubungan yang lebih serius

Namun, pasti ada pengecualian — ketika komunikasi lebih lanjut bisa menjadi hal yang buruk atau bahkan berpotensi nggak aman. Situasi di mana ghosting bisa masuk akal adalah jika Lo mengetahui orang yang Lo ghosting berpartisipasi dalam perilaku ilegal atau nggak menyenangkan. Dalam kasus seperti itu, Lo nggak berutang penjelasan kepada orang yang Lo ghosting atas alasan mengakhiri hubungan secara tiba-tiba.

Jika Lo ngerasa nggak nyaman atau ngerasa terancam oleh seseorang dengan cara apa pun, ingatlah bahwa yang terbaik adalah mengikuti naluri Lo. Lo mungkin memiliki firasat buruk. Dalam kasus seperti ini, Lo nggak perlu membuktikan bahwa orang ini “pantas” untuk dijadikan dighosting. Ghosting bisa juga mode perlindungan diri yang berguna.

Jika Lo ngerasa kepentingan terbaik Lo adalah memutuskan kontak sepenuhnya dengan orang yang bersangkutan, jangan biarkan perasaan bersalah menghalangi Lo melakukan apa yang benar untuk Lo dan apa yang pada akhirnya akan membuat Lo tetap aman.

Tapi kalau orangnya baik-baik, lo sampaikan dengan baik ya. Jangan lari dari komunikasi.

KALAU LO DIGHOSTING APA YANG HARUS LO LAKUKAN?

Photo by Marina Abrosimova on Unsplash

Dighosting itu nggak enak. Orang yang dighosting bisa aja berpikiran bahwa “gue bahkan nggak pantas mendapatkan penjelasan” bisa membuat seseorang ngerasa nggak dimanusiakan direndahkan.

Untuk mendapatkan kejelasan dalam situasi di mana Lo ngerasa udah dighosting, apalagi kalau lo ngerasa hubungan itu adalah sesuatu yang penting. Lo bisa mengirim pesan dengan mengatakan sesuatu seperti, “Hai, gue udah lama nggak dengar kabar dari Lo. Gue nggak yakin apa yang terjadi, tapi dengan ini gue mau mengatakan apa yang lakukan menyakitkan. Jadi, gue harap lo nggak melakukan hal ini ke orang lain. Semoga berhasil dengan berbagai hal yang lo usahakan. “

Meskipun yang nge-ghosting mungkin nggak merespons, dengan mengirim pesan seperti itu seenggaknya dapat membantu Lo memberikan closing yang jelas.

PESAN KLIK.KLAS

Photo by Kelli McClintock on Unsplash

Ghosting udah menjadi hal yang umum di era digital, tetapi hanya karena ada sesuatu yang mudah atau umum nggak berarti itu selalu merupakan rute yang ideal untuk diambil. Pertimbangkan gimana ghosting dapat memengaruhi kedua belah pihak dan lakukan yang terbaik untuk memperlakukan orang lain dengan kebaikan dan kejujuran. Jika Lo adalah orang yang dihantui, nggak apa-apa jika Lo ngerasa bingung, sedih, dan marah. Mengirimkan catatan singkat untuk mengakhiri hubungan sendiri dapat membantu Lo mendapatkan kembali rasa kekuatan dan kepercayaan diri serta memberi Lo penutupan.

Namun, jika Lo ngerasa terancam atau sangat nggak nyaman oleh seseorang, Lo nggak berutang apa pun kepada mereka. Terkadang ghosting, bila digunakan dengan bijaksana, bisa menjadi mode perlindungan diri yang sehat dan menjauhkan diri Lo dari situasi yang berpotensi buruk.

Ayo berusaha untuk #selalubertumbuh dengan ikuti update regular KlikKlas via berbagai platform media sosial Klikers. Lo bisa akses instagramnya @KlikKlas, atau cek Podcastnya.

Referensi

Navarro R, Larrañaga E, Yubero S, Víllora B. Psychological Correlates of Ghosting and Breadcrumbing Experiences: A Preliminary Study among Adults. Int J Environ Res Public Health. 2020;17(3):1116. doi:10.3390/ijerph17031116

Anderson HE. No Bitin’ Allowed: A Hip-Hop Copying Paradigm for All of Us. 2011.

Vilhauer J. When Is It OK to Ghost Someone? Psychology Today. 2019.

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet