Apakah Lo pernah meragukan perasaan dan realitas Lo yang alami?
Apakah Lo pernah mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa perlakuan yang Lo terima nggak seburuk itu (padahal yang terjadi sebaliknya) dan kalau Lo merasa perlakuan yang Lo terima sangat buruk, Lo menyalahkan diri Lo karena terlalu sensitif.
Apakah Lo pernah mempertanyakan kebenaran sudut pandang yang Lo miliki. Karena keraguan-raguan atas diri Lo, akhirnya Lo takut untuk berbicara atau mengekspresikan emosi Lo. Lo telah belajar bahwa berbagi pendapat biasanya membuat Lo merasa lebih buruk, dan pada akhirnya Lo memilih untuk tetap diam saja.
Apakah Lo pernah merasa rentan dan nggak aman. Lo sering merasa seperti “berjalan di atas lapisan es yang rapuh, yang sewaktu-waktu Lo bisa jatuh dan nggak tertolong” artinya Lo merasakan insecure sampai pada tingkat yang sangat parah.
Apakah Lo pernah merasa sendirian dan nggak berdaya. Lo yakin bahwa semua orang di sekitar Lo menganggap Lo aneh, nggak stabil, emosian dan berbagai label negative lainnya. Ini yang akhirnya membuat Lo merasa terjebak dan terisolasi sulit untuk terbuka dengan orang lain. Lo takut semakin tersakiti dan semakin dipertanyakan kewarasan Lo.
Apakah Lo pernah bertanya-tanya apakah Lo bodoh dan beneran nggak stabil. Pendapat orang di sekitar Lo membuat Lo merasa Lo emang layak berada di posisi ini. Dan akhirnya Lo mengiyakan pendapat mereka semua dan menjadikan pendapat mereka adalah satu-satunya cara memandang diri Lo yang benar.
Apakah Lo pernah kecewa pada diri sendiri dan sulit untuk berdamai dengan diri Lo sendiri. Misalnya, Lo merasa lemah dan pasif, padahal Lo tahu, dulu Lo bisa lebih kuat dan lebih tegas daripada sekarang. Tapi, entah kenapa apa yang dikatakan orang lain bahwa Lo lemah, cengeng, emosian, adalah kebenaran saat ini.
Apakah Lo pernah khawatir Lo terlalu sensitif. Karena saat Lo merasa nggak nyaman dengan perlakuan kasar baik verbal maupun perilaku ke Lo, mereka bilang “Lo nggak bisa bercanda” atau “Lo terlalu sensitif”.
Apakah Lo pernah sering bertanya-tanya apakah Lo secara akurat mengingat detail peristiwa masa lalu. Lo bahkan bisa aja berhenti mencoba membagikan apa yang Lo ingat karena takut itu salah.
Apakah Lo pernah meminta maaf sepanjang waktu atas apa yang Lo lakukan atau siapa Lo, dengan asumsi orang kecewa pada Lo atau bahwa Lo telah membuat kesalahan.
Apakah Lo pernah bertanya-tanya ada apa dengan Lo. Lo bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang pada dasarnya salah dengan diri Lo. Dengan kata lain, Lo khawatir bahwa Lo bisa aja benar-benar nggak waras, nggak stabil dan berbagai label negative lainnya.
Jika Lo merasakan hampir semua yang gue sebutin tadi, mungkin kita harus bahas lebih lanjut soal fenomena Gaslighting!
***
GASLIGHTING, SAAT ASAP DINYALAKAN, KABUR LAH PANDANGAN
Gas is a substance or matter in a state in which it will expand freely to fill the whole of a container, having no fixed shape (unlike a solid) and no fixed volume (unlike a liquid).
Gaslighting kalau diterjemahkan ke dalam bahasa kurang lebih bisa dimaknai sebagai “menyalakan asap” yang dampaknya membuat pandangan seseorang menjadi kabur.
Nah, istilah ini kemudian diadopsi ke dalam ilmu psikologi untuk mendefinisikan sebuah upaya melakukan manipulasi realitas dengan mengaburkan pandangan orang lain terhadap realitas yang seringkali terjadi dalam suatu hubungan yang toksik.
Gaslighting ini adalah jenis intimidasi yang seringkali membuat korban mempertanyakan kewarasan, nilai dan prinsip-prinsip mereka. Akhirnya, korban gaslighting mulai bertanya-tanya tentang diri mereka sendiri karena keraguan yang teramat sangat soal diri mereka sendiri. Gaslighting sebenarnya bisa terjadi dalam konteks apa aja, tapi yang paling bekel dibahas adalah dalam hubungan romantis.
SEJARAH
Pada awalnya istilah gaslighting dari sebuah film di tahun 1938 dengan pemeran utama Patrick Hamiltion dengan judul “Angel Street” dan kemudian menginspirasi film “Gaslight” oleh Alfred Hitchcock. Dalam film ini bercerita tentang seorang suami yang manipulatif dengan tujuan mencoba membuat istrinya merasa serba ragu dan kehilangan kepercayaan diri akan logikanya, dengan membuat perubahan halus di lingkungannya. Akibatnya, istri terus-menerus meragukan dirinya sendiri, perasaannya, persepsinya, dan ingatannya. Selain itu, dia merasa terus menerus bersalah karena menjadi super sensitif, dan nggak terkendali (yang emang kadang merupakan tujuan dari gaslighting yaitu membuat korban merasa nggak nyaman dan nggak yakin apa yang benar dan yang nggak).Karena film ini adalah gambaran akurat dari sebuah perilaku mengendalikan orang lain secara halus yang dipakai oleh orang-orang yang manipulative secara sadar atau nggak sadar, maka psikolog dan konselor mulai melabeli jenis perilaku manipulasi emosi ini sebagai gaslighting.
CARA NYALAIN ASAP BERACUN
Seperti arti harfiah namanya, sekali lagi gaslighting merupakan teknik yang berusaha mengaburkan seluruh persepsi Lo tentang realitas. Misalnya saat seseorang membuat Lo merasa bersalah, bisa aja Lo meragukan diri Lo sendiri. Setelah ada upaya mengaburkan realitas, Lo akan merasa linglung dan bertanya-tanya sebenarnya siapa yang benar, diri Lo atau orang lain, atau perasaan terpuruk setelah merasa bahwa diri Lo ternyata sangat bersalah. Taktik seperti ini dapat mengaburkan pijakan Lo dan bahkan tentu aja dalam tahap ekstrim Lo bisa mempertanyakan kewarasan Lo.
Nah, gimana sih caranya melakukan gaslighting atau manipulasi emosi terhadap korban? Oh ya, beberapa cara berikut bisa aja nggak disadari dilakukan oleh pelaku ya.
Pertama, Berbohong
Orang yang melakukan gaslighting bisa dikategorikan sebagai pembohong kalau dia dengan sengaja memanipulasi perasaan orang lain. Misalnya, kalau di dalam pekerjaan ada dua orang yang berpartner, kemudian ada sebuah kesalahan yang sebenarnya tanggungjawab bersama, tiba-tiba salah satu partner menyalahkan partner lainnya dengan menyalahkan dan membuat seakan-akan memang salah teman kerjanya. Bisa jadi ini terjadi karena ada harga diri yang dilindungi, kebiasaan yang sudah tertanam sejak kecil (nggak terbiasa mengakui kesalahan) dan berbagai alasan lainnya.
Pelaku berbohong secara terang-terangan di depan korban dan nggak akan pernah mundur, bahkan ketika korban menunjukkan bukti mereka. Bahkan ketika pelaku tahu mereka berbohong, mereka bisa sangat melakukan rasionalisasi terhadap perilaku mereka.
Kedua, Ahli Manipulasi
Pelaku gaslighting ini ada juga yang tipenya menyebarkan rumor dan gosip tentang Lo kepada orang lain. Mereka bisa aja berpura-pura mengkhawatirkan Lo sambil secara halus memberi tahu orang lain bahwa Lo secara emosional nggak stabil. Ucapan seperti “Kasihan deh si X, dia kemarin kan kayak nggak stabil gitu emosinya. Sedih banget deh dengernya,” tapi dengan tujuan yang nggak tulus.
Sayangnya, taktik ini bisa sangat efektif dan banyak orang berpihak pada pelaku atau penindas tanpa mengetahui cerita lengkapnya. Selain itu, pelaku bisa aja berbohong kepada Lo dan memberi tahu Lo bahwa orang lain menganggap Lo nggak stabil. Orang-orang ini bisa aja nggak akan pernah mengatakan hal buruk tentang Lo, tetapi pelaku akan berusaha keras untuk membuat Lo percaya bahwa orang lain lah yang membicarakan Lo.
Ketiga, Ahli Manuver
Saat Lo mencoba meklarifikasi sesuatu yang mereka lakukan atau katakan, mereka bisa aja mengubah topik pembicaraan. Mereka bisa aja secara terang-terangan berbohong tentang situasi tersebut dengan menyerang balik: “Lo ada-ada aja sih. Lo ngarah deh.”
Keempat, Ahli Meremehkan Perasaan
Ada juga tipe yang suka meremehkan emosi Lo. Bahwa apa yang Lo rasakan itu nggak valid. Dan hanya emosi mereka aja yang benar dan valid. Mereka bisa aja ngomong kayak, “Lo bereaksi berlebihan deh,” atau “Lo oversensitive deh,” “Lo lebay,” “Lo nggak stabil deh,” dan segala ucapan lainnya yang membuat Lo merasa bahwa “Apakah yang gue rasakan ini salah?” atau “Apakah gue seburuk itu?”
Kelima, Ahli Putar Haluan
Tipe lainnya adalah ada pelaku yang terbiasa mengalihkan kesalahan. Ngelempar tanggungjawab adalah strategi basi lainnya dari para gaslighter. Setiap diskusi yang Lo lakukan entah bagaimana bisa dipelintir jadi salah Lo. Bahkan ketika Lo mencoba mendiskusikan bagaimana perilaku mereka memengaruhi perasaan Lo, mereka tetep dapat mengubah percakapan dan akhirnya ujung-ujungnya menyalahkan Lo.
Dengan kata lain, mereka memanipulasi situasi sedemikian rupa sehingga Lo akhirnya percaya bahwa Lo adalah satu-satunya penyebab segala kejadian buruk yang terjadi. Mereka mengklaim bahwa jika Lo berperilaku berbeda di masa lampu, bisa aja mereka akan memperlakukan Lo berbeda.
Keenam, Ahli Sangkal
Pelaku tipe ini bisa menjadi ahli dalam melakukan sangkalan atas apa yang mereka lakukan. Mereka secra konstan menyangkal bahwa mereka melakukan kesalahan. Mereka melakukan penyangkalan ini untuk menghindari tanggung jawab atas pilihan buruk mereka. Tapi itu juga membuat korban gaslighting bingung dan frustasi karena nggak ada jalan keluar dari masalah ini, dan bagi korban yang punya rasa penyayang yang tinggi biasanya akan mengalah dan ujung-ujungnya mengakui bahwa itu salah mereka. Penolakan ini juga membuat korban sangat sulit untuk bangkit atau pulih dari perasaan buruk tentang diri mereka.
Ketujuh, Kadang Manis
Kadang-kadang ketika dipanggil atau ditanyai kenapa mereka melakukan itu, pelaku bisa aja aja menggunakan kata-kata yang baik dan manis untuk menjelaskan situasi mereka. Atau kalau bisa bahkan merengek dan playing victim. Mereka bisa aja mengatakan sesuatu seperti “Lo tahu kan gue terdesak, gue nggak ada maksud buruk, dan gue nggak sengaja.”
Sebuah tips dari gue. Saat Lo berurusan dengan seseorang yang menggunakan gaslighting sebagai alat manipulasi, perhatikan baik-baik tindakannya, bukan kata-katanya. Apakah orang ini benar-benar penyayang, atau mereka hanya mengatakan hal-hal manis di mulut doang? You decide.
Kedelapan, Ahli Kontruksi Realitas
Maksud gue adalah tipe pelaku yang ini bisa dengan mudah membuat sebuah frame baru yang lebih menguntungkan mereka dari realitas yang netral. Pelaku biasanya menggunakan cara ini saat Lo mendiskusikan sesuatu yang terjadi di masa lalu. Misalnya, jika ini konteksnya relasi romantic dan pasangan Lo bertipe gaslighter, maka bisa aja pasangan Lo memutarbalikkan cerita itu untuk menguntungkan mereka. Mereka bisa aja mengatakan Lo lagi aneh saat itu, maka melakukan ini dan itu, dan maksud mereka baik karena mencoba menenangkan Lo, yang pada faktanya malah menjerumuskan Lo ke sebuah keadaan yang paling buruk. Ketika cerita dan kenangan terus-menerus diceritakan kembali untuk kepentingan pelaku. Lo bisa aja mulai meragukan ingatan dan persepsi Lo tentang apa yang terjadi. Ketidakkonsistenan persepsi Lo dan dia bisa aja menyebabkan kebingungan di pihak Lo. Saat Lo Lelah, Lo bisa aja menerima persepsi dia sebagai satu-satunya realitas.
Sepatah Kata Dari Klik.KLas
Untuk menjadi muda yang bertumbuh, Lo perlu bangkit dan menghilangkan hal-hal yang bisa menghambat pertumbuhan Lo, termasuk keadaan-keadaan toksik yang bikin Lo merasa nggak layak untuk jadi lebih baik. Jika Lo merasakan salah satu dari tanda-tanda gaslighting ini, penting bagi Lo untuk segera mencari bantuan professional, terutama jika perasaan buruk terhadap diri Lo semakin parah dari hari ke hari. Kalau nggak ditangani, gaslighting bisa berdampak signifikan pada harga diri dan kesehatan mental Lo. Jangan takut mencari pertolongan, diskusikan, dan semoga ada kabar baik dari proses mencari pertolongan ini.
Selamat bertumbuh setiap hari.
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan Lahir Dari Tulisan Lainnya
- Breines J. Call me crazy: The subtle power of gaslighting. Berkeley Science Review. April 16, 2012.
- Ahern K. Institutional betrayal and gaslighting: Why whistle-blowers are so traumatized. J Perinat Neonatal Nurs. 2018;32(1):59–65. doi:10.1097/JPN.0000000000000306
- Thomas L. Gaslight and gaslighting. The Lancet Psychiatry. 2018;5(2):117–118. doi:10.1016/S2215–0366(18)30024–5
- Miano P, Bellomare M, Genova VG. Personality correlates of gaslighting behaviors in young adults. Journal of Sexual Aggression. Published online January 12, 2021:1–14. doi:10.1080/13552600.2020.1850893
- Ruíz E. Cultural gaslighting. Hypatia. 2020;35(4):687–713. doi:10.1017/hyp.2020.33