Dear Introvert, Ini Suara Hati Kami, Para Ekstrovert

klik.klas
9 min readMar 23, 2021

--

Dear introvert, apa yang Lo bayangkan ketika mendengar kata “ekstrovert”?

Photo by Jed Villejo on Unsplash

Mungkin Lo kebayang seseorang yang supel dan ramah, seseorang yang selalu menjadi pusat perhatian dimana-mana. Mungkin Lo juga membayangkan seseorang yang banyak bicara.

Tapi, apakah benar tandanya bahwa seseorang itu ekstrovert adalah hal-hal yang Lo bayangkan tadi?

Apa bedanya gue dan elo yang introvert?

Apakah kita benar-benar berasal dari planet yang berbeda, sehingga kita bagaikan langit dan bumi. Apakah kita seberbeda itu?

Apakah kita ditakdirkan untuk tidak berada dalam elemen yang sama?

Apakah Lo merasa kehadiran kita adalah tim perusuh di sebuah ruang bernama keheningan?

Apakah Lo akan buru-buru menghindari kita karena kita begitu banyak bicara?

Di surat ini, gue akan mengajak Lo menyelami pikiran gue sebagai seorang ekstrovert, semoga apa yang gua sampaikan mampu membuat komunikasi kita lebih baik lagi.

5 CIRI UTAMA EKSTROVERT

Photo by Brooke Cagle on Unsplash

Menurut teori Psikologi, banyak banget tokoh kepribadian yang mendefinisikan ekstrovert dari sudut pandang yang berbeda-beda. Tapi, hari ini gue akan garis-bawahi yang menurut gue paling sering muncul pada gue dan temen-temen gue yang ekstrovert. Berikut ciri-ciri klan gue, the extroverts.

Gue Senang Berbicara

Photo by Christina @ wocintechchat.com on Unsplash

Karena gue seorang ekstrovert, gue nggak hanya menikmati berbicara dengan teman, anggota keluarga, dan rekan kerja, bahkan gue suka memulai percakapan dengan orang asing. Gue suka bertemu orang baru dan belajar tentang kehidupan mereka. Nggak seperti introvert yang cenderung berpikir sebelum berbicara, gue sebagai ekstrovert cenderung berbicara sebagai cara untuk mengeksplorasi ide gue. Kalau kalian para introvert kan cenderung mematangkan ide dengan berdiam diri dan menjauh dari keramaian, sementara gue berbicara dengan orang lain sebagai cara mematangkan ide. Selain itu, sebagai seorang ekstrovert gue juga cenderung memiliki lingkaran pertemanan yang luas. Karena gue tahu, gue sangat senaaang bertemu orang baru, gampang memulai percakapan, dan menikmati kebersamaan dengan orang lain, jadi bagi gue punya banyak teman adalah hal yang sangat wajar.

Gue Cari Inspirasi Dari Bergaul

Photo by Helena Lopes on Unsplash

Apakah gue cenderung merasa “bersemangat” dan terinspirasi setelah menghabiskan waktu dengan orang lain? Jawabannya iya banget! Sebagai bagian dari orang-orang ekstrovert biasanya gue cenderung menganggap interaksi sosial adalah sebuah hal yang refreshing dan gue benar-benar mendapatkan energi dari interaksi dengan orang lain. Jadi bertemu orang adalah napas gue. Sementara itu, ketika gue harus menghabiskan waktu sendirian, gue sering merasa down dan lesu. Kayak hidup nggak ada seru-serunya. Kayak orang kehabisan oksigen. Kalau gue diberi pilihan antara menghabiskan waktu sendirian atau menghabiskan waktu dengan orang lain, oh jelas, gue pasti memilih untuk menghabiskan waktu dengan banyak orang di sekeliling gue.

Gue Mendiskusikan Masalah Untuk Menemukan Solusi

Photo by Icons8 Team on Unsplash

Ketika gue menghadapi suatu masalah, gue lebih memilih untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan orang lain. Membicarakannya membantu gue menjelajahi masalah secara mendalam dan mencari tahu opsi mana yang paling berhasil. Misalnya, setelah hari yang sulit, biasanya gue membicarakannya kepada teman atau keluarga dan ini cara gue mengurangi beban, mencari jawaban dan melepaskan stres. Sementara kalian para Introvert, adalah kebalikan kami, kalian lebih suka memikirkan masalah dan menghabiskan waktu sendirian setelah hari yang melelahkan. Para ekstrovert malah nggak tahan kalau diam aja. Pokoknya cari solusi itu ya dengan ngobrol. Habis ngobrol hidup terasa ceraaah.

Gue Ramah dan Mudah Didekati

Photo by Petr Sevcovic on Unsplash

Karena gue sangat suka berinteraksi dengan orang lain, orang lain cenderung menganggap gue menyenangkan dan mudah didekati. Ini antara bener dan nggak, tapi kebanyakan klan gue, para ekstrovert emang senang menerima orang-orang baru dan nggak alergi berdiskusi dengan siapapun. Misal, kalau di sebuah acara pertemuan, gue akan menjadi orang pertama yang menyapa orang baru dan memperkenalkan diri Karena alasan inilah gue biasanya merasa mudah untuk bertemu orang baru dan mendapatkan teman baru. Jadi, bukan karena gue sok kenal sok akrab. Bagi gue menyapa orang baru adalah hal yang mudah.

Gue Sangat Terbuka

Photo by Matheus Ferrero on Unsplash

Sementara kalian para introvert terkadang senang menyimpan segala sesuatu sendirian, kebalikannya, gue dan klan ekstrovert ini biasanya sangat terbuka dan bersedia untuk berbagi pikiran dan perasaan yang kita alami. Karena itu, orang lain umumnya menganggap diri kita adalah orang yang terbuka dan pikiran kita mudah dibaca. Beda dengan para klan introvert yang sampai detik ini gue sulit banget mendeteksi apa yang ada di dalam otak kalian ini.

SISI POSITIF DAN NEGATIF

Photo by Eliott Reyna on Unsplash

Setiap karakter ada sisi positif dan negatifnya. Sisi positifnya, gue dan klan ekstrovert ini sering digambarkan sebagai orang yang banyak bicara, mudah bergaul, antusias, dan ramah. Kadang beberapa dari kita nggak seperti itu kok, ada juga yang ga terlalu ramah. Nggak cuma itu, biasanya klan gue nih, si para ekstrovert, emang cenderung menikmati lebih banyak waktu dengan orang lain, terlibat dalam kegiatan sosial, dan cenderung memiliki lebih banyak teman. Penelitian juga menunjukkan bahwa gue dan klan ekstrovert ini cenderung lebih bahagia daripada introvert serta nggak terlalu rentan terhadap gangguan psikologis tertentu. Di sisi lain ada juga sisi negatifnya, yaitu para ekstrovert sering banget dicap suka cari perhatian, nggak gampang fokus, dan nggak bisa mengerjakan segala sesuatu sendirian.

Percaya atau ga, nggak semua ekstrovert adalah orang yang super ekstrovert. Yang perlu dipahami adalah kita juga sama kayak introvert yang punya level-level dan spektrumnya. Ada yang super ekstrovert, ada juga yang sedang-sedang aja. Jadi, masing-masing dari para ekstrovert ini bisa beda-beda takarannya.

APA YANG ADA DALAM BENAK KAMI

Photo by Noémi Macavei-Katócz on Unsplash

Di dunia ini, perbedaan karakter itu wajar. Yang menimbulkan konflik adalah tidak saling memahami antar karakter. Meskipun gue dan teman-teman terbiasa menyampaikan gagasan dan ide-ide, nggak ada salahnya sekali lagi gue sampaikan, apa yang terjadi di dalam otak kita yang mungkin cukup beda dengan kalian klan introvert.

Pertama, kami para ekstrovert nggak mencoba mengeluarkan kalian dari zona nyaman kalian…

Dear introvert, bagi kami, para ekstrovert, bergaul itu udah seperti bernapas, kami nggak benar-benar bisa memahami kok ada ya yang suka menyendiri. Ide menyendiri aja udah aneh, jadi maafkan kami kalau sebenernya kadang kami secara impulsive, atau kadang kelupaaan, mengajak kalian untuk keluar dari bubble kalian dengan sangat antusias.

Bukan karena memaksa kalian keluar dari zona nyaman, tapi karena kami nggak selalu sepenuhnya memahami isi hati kalau kalian suarakan dengan jelas. Jadi, kalau kami terasa memaksa, bisa kalian tolak dengan baik. Tolong maklumi juga, mungkin kami akan sering kelepasan mencoba membujuk seorang introvert untuk menjadi lebih ekstrovert — dan ini nggak kami sadari bahwa sangat mengganggu para introvert. Satu hal yang perlu dipahami adalah bahwa kami para ekstrovert nggak melakukan ini karena kami benci kalian para introvert, nggak ada sama sekali pikiran itu. Kami cuma berpikir bahwa kami sedang membantu para introvert untuk jadi sedikit lebih ‘supel’. Jadi, kami minta maaf kalau menyinggung, dan kami berharap kalian lihat niat baik kita.

Kedua, kami nggak dapat membaca pikiran kalian para introvert.

Seperti yang udah gue singgung tadi. Salah satu kelemahan para ekstrovert adalah kami nggak memahami Bahasa tersirat para introvert. Karena, kami terbiasa mengatakan apa yang kami pikirkan dan kami mengharapkan orang lain sejelas dan seterbuka kita, yang seringkali, para introvert nggak seperti itu.

Selain itu, jika seorang ekstrovert menanyakan sesuatu atau mencoba berkomunikasi dengan kalian para introvert, kalian harus benar-benar terus terang tentang maksud kalian kepada kita. Sekali lagi, gue dan klan ekstrovert kesulitan menangkap petunjuk atau isyarat, dan kami nggak suka menebak-nebak. Kami hanya ingin kalian para introvert, benar-benar jujur dan terbuka kepada kita. So, jujur aja dengan Bahasa yang jelas dan lugas.

Ketiga, kami hanya suka bicara, tanpa maksud menyakiti siapapun.

Kita tahu introvert suka keheningan, kalian sering nggak berbicara kecuali jika kalian merasa memiliki sesuatu yang menurut kalian berharga untuk dikatakan. Sebaliknya, kami sebagai ekstrovert nggak merasa nyaman dalam keheningan. kami suka bicara dengan orang lain dan kami nggak benar-benar merasa nyaman dengan keheningan. Jadi, untuk mengisi keheningan, kami para ekstrovert akan banyak bicara. Dan kadang kami emang jadi oversharing.

Keempat, kami suka berada di dekat orang lain

Kalau kami nih para ekstrovert, janjian jalan berdua sama introvert, terus tiba-tiba ngajak banyak orang buat jalan, itu bukan karena kami nggak mau menikmati sore yang tenang dengan kalian. Tapi, entah kenapa semakin banyak orang, semakin asyik aja dalam benak kami. Sebagai seorang introvert, Lo mungkin merasa tersingkir jika gue dan teman-teman ekstrovert selalu mengundang orang lain setiap kali Lo membuat rencana. Lo mungkin berpikir kami nggak terlalu menyukai Lo. Itu mungkin nggak benar. Gue dan klan ekstrovert sangat suka dikelilingi oleh orang-orang. Orang ekstrovert akan mengundang orang lain karena semakin banyak orang semakin menyenangkan, beda dengan kalian yang nyaman dengan circle kecil. So, please jadi jangan tersinggung.

Kelima, Lo dapat mampir kapan pun Lo mau. Ini nggak basa basi.

Perbedaan kami dengan kalian yang introvert adalah kami senang diganggu orang lain. Sementara introvert, nggak suka diganggu, dan nggak suka orang mampir begitu saja tanpa janjian dulu. Sebaliknya, kami para ekstrovert seneng-seneng aja kalau tiba-tiba ada yang nyamperin, ngajak ngobrol dan main. kami yang ekstrovert akan sering berkata, “Datang aja kapan pun Lo mau, gue welcome!” dan kami serius kalau kami fine-fine aja. Jadi, mungkin kalian berpikir kami basa-basi, kami nggak basa basi. Kami sangat senang silaturahmi dan didatangi tamu.

Keenam, Kami Juga Butuh Me Time

Salah satu kesalahpahaman umum tentang kami para ekstrovert adalah bahwa kami seperti selalu dikelilingi oleh orang lain selama 24 jam. Hem… ini nggak sepenuhnya benar. Kami para ekstrovert pada dasarnya menyukai orang banyak, apalagi aktivitas berkumpul dengan teman-teman, tetapi itu nggak berarti kami juga nggak punya waktu menyendiri. Kami yang ekstrovert juga membutuhkan waktu dan ruang untuk mengumpulkan pikiran. Mungkin kami nggak membutuhkan waktu sendirian sebanyak introvert, tetapi itu nggak berarti kebutuhan menyendiri itu nggak ada. Apalagi kalau balik ke prinsip bahwa kadar ekstrovert sangat berbeda satu sama lain, jadi kebutuhan menyendiri ini juga bergantung pada kadang masing-masing orang.

Ketujuh, beberapa dari kami tetap ada yang pemalu.

Orang sering melabel introvert adalah pemalu dan ekstrovert sebaliknya karena saking terbukanya kami jadi malu-maluin, hehe. Sekali lagi, itu cuma asumsi mayoritas masyarakat. Beberapa dari kami para ekstrovert juga ada yang kurang percaya diri dan pemalu. Ada dari kami yang membutuhkan waktu lebih lama untuk benar-benar melakukan aktivitas social, tapi nggak selama introvert. Beberapa dari kami bisa juga mengalami kesulitan dalam mencari teman baru atau berusaha keras untuk mengambil langkah pertama atau mendekati orang lain. Sangat mungkin untuk menjadi seorang ekstrovert dan tetap memiliki kepribadian yang pemalu.

Kedelapan, kami nggak bermaksud flirting.

Banyak dari kami para ekstrovert dikenal sebagai orang yang suka tebar pesona karena kami senang menyapa siapa aja. Padahal, nggak selamanya itu benar. Pada dasarnya, kami para ekstrovert bisa jadi ramah dan banyak bicara, dan kami emang supel dalam berhubungan dengan orang lain. Kami senang juga membuat orang lain Bahagia melalui apa yang kita omongkan. Karena itu, perilaku kami mungkin dianggap suka tebar pesona. Jadi, mohon jangan anggap kami tebar pesona meskipun kita emang gampang tebar senyuman hehe.

Sepatah Kata dari Si Extrovert

Photo by Antonino Visalli on Unsplash

Klikers, untuk menjadi pribadi yang selalu bertumbuh setiap hari, menciptakan hubungan yang baik dengan diri sendiri dan orang lain adalah hal yang penting. Dalam prosesnya kita perlu memahami perbedaan-perbedaan karakter di sekitar, termasuk memahami karakter introvert dan ekstrovert. Semoga surat gue hari ini membantu Lo memahami isi pikiran kita.

Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya

Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas

Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.

Tentang Penulis

Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A

Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir

Tulisan Lahir dari Tulisan

Fishman I, Ng R, Bellugi U. Do extraverts process social stimuli differently from introverts? Cogn Neurosci. 2011;2(2):67–73. doi:10.1080/17588928.2010.527434

Duffy KA, Chartrand TL. The Extravert Advantage: How and When Extraverts Build Rapport With Other People. Psychol Sci. 2015;26(11):1795–1802. doi:10.1177/0956797615600890

National Institute of Mental Health. Social Anxiety Disorder: More Than Just Shyness.

--

--

klik.klas
klik.klas

Written by klik.klas

Platform pengembangan diri di luar kelas yang asik. Mengajak seluruh anak muda Indonesia untuk menjadi muda yang #SelaluBertumbuh setiap hari.

No responses yet