“Yang paling bikin gue sedih selama gue kena Covid adalah nggak bisa memeluk orang lain. Padahal bahasa cinta gue itu sentuhan. Gue sangat merasa sendirian,”
Seorang teman baik bercerita tentang betapa beratnya pembatasan sosial ini. Apalagi saat temen gue harus menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang berjuang melawan Covid-19. Selama masa perawatan, siapapun yang didiagnosa positif Covid-19, harus menjalani isolasi mandiri dan dirawat jauh dari orang lain. Jangankan sentuhan, dekat-dekat tanpa bantuan alat pelindung diri yang cukup aja nggak bisa.
Salah satu mereka yang paling harus bersabar adalah mereka dengan bahasa cinta sentuhan fisik. Baik itu pelukan hangat, genggaman tangan, tepukan suportif di bahu, atau berbagai sentuhan fisik lainnya. Mereka jadi merasakan banyak kasih sayang berkurang tanpa adanya medium sentuhan fisik.
Dampak Kurang Sentuhan Fisik Bagi Mereka Dengan Bahasa Cinta Ini
Prinsipnya Lo jadi merasa kurang supply kasih sayang sehingga Lo merasa mengalami kecemasan, kesepian, dan emosi-emosi lainnya yang biasanya bisa diredam dengan hadirnya orang lain yang mendukung Lo dengan sentuhan-sentuhan suportif.
Sementara, di saat menjalani isolasi, beberapa efek samping dari kurangnya sentuhan suportif dari orang-orang yang terbiasa mendukung Lo adalah penurunan oksitosin, membuat tingkat stres jadi lebih tinggi, toleransi rasa sakit jadi lebih rendah, dan bahkan tekanan darah bisa jadi lebih tinggi. Lebih jauh, secara psikologis, buat mereka dengan bahasa cinta sentuhan (physical touch), kurangnya sentuhan yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan harga diri yang buruk, depresi, dan agresi.
MENCARI PENGGANTI SENTUHAN FISIK
Pada dasarnya yang dirindukan dari tipe individu dengan bahasa cinta sentuhan fisik ini adalah betapa menenangkannya pelukan yang suportif, betapa menyenangkannya ditenangkan dengan ditepuk-tepuk punggung dan digenggam tangannya saat hari yang berat menerpa, dan betapa nyamannya benar-benar merasakan detak jantung orang lain yang benar-benar terasa hidup mendukung dirinya.
Lalu, bagaimana jika Lo termasuk salah satu diantara jutaan penyintas Covid yang harus melakukan isolasi mandiri dan tidak bisa bersentuhan dengan orang lain. Padahal di masa-masa paling sulit ini, Lo sangat membutuhkan dukungan dari orang lain dalam bentuk sentuhan fisik. Lo merasa sangat rindu untuk sekadar memeluk bebas keluarga, orang tua, dan orang-orang tersayang Lo tapi keadaan nggak memungkinkan.
Ada beberapa hal yang bisa Lo lakukan. Meskipun, gue tahu hal ini nggak akan menggantikan sentuhan yang Lo rindukan secara penuh tapi seenggaknya bisa mengurangi perasaan rindu Lo bersentuhan dengan orang lain. Berikut adalah beberapa opsi yang bisa Lo coba.
Habiskan Waktu Dengan Hewan Peliharaan yang Bisa Disentuh
Hewan peliharaan dapat memberikan kompensasi dari sentuhan fisik dengan manusia yang hilang. Kehangatan sentuhan dari hewan peliharaan dapat menjadi pilihan yang baik bagi Lo yang sedang melakukan isolasi mandiri sendirian. Jika Lo nggak memiliki hewan peliharaan tetapi ingin mengadopsi, sekarang adalah waktu yang tepat.
Cari Sesuatu yang Bisa Lo Peluk
Bagi sebagian besar orang membeli boneka besar sekadar untuk bisa dipeluk adalah kekanak-kanakan. Tapi, untuk Lo yang membutuhkan sentuhan sebagai bahasa cinta, benda pengganti bisa jadi opsi selama masa karantina mandiri ini. Jadi, Lo bisa cari benda-benda pengganti yang membuat Lo merasa mendapat kehangatan pengganti dari sentuhan fisik manusia.
Coba Selimut yang Tebal dan Nyaman
Opsi lainnya adalah Lo bisa membeli selimut tebal dan hangat. Mungkin terdengar aneh, tapi bobot selimut yang tebal dan hangat, cukup dekat dengan rasa nyaman dipeluk seseorang. Lo juga bisa menyesuaikan bahan selimut dengan yang Lo sukai, apakah itu tipe selimut berbahan wol, atau lebih senang yang memiliki permukaan halus. Namun, apapun bahannya, saat Lo merasa sedang mengalami perasaan negative, membenamkan diri dalam selimut yang tebal dan hangat, disertai video call dengan orang-orang tersayang, bisa menjadi opsi kompensasi kerinduan Lo untuk mendapatkan sentuhan langsung.
Butterfly Hug
Peluk diri Lo sendiri. Saat Lo mengalami situasi yang berat, seperti demam yang sesekali terjadi saat Lo sedang karantina mandiri, atau perasaan cemas yang terus menerus datang, peluk diri Lo sendiri dengan erat. Peluk selama mungkin yang Lo butuhkan hingga Lo merasa lebih baik. Butterfly hug memang salah satu cara yang paling sering direkomendasikan untuk tipe individu dengan bahasa cinta sentuhan fisik.
Membeli Alat Perlindungan Diri
Meskipun gue nggak menyarankan untuk membeli alat pelindung diri yang digunakan untuk tenaga medis (karena siapa tahu ada tenaga medis yang lebih membutuhkan daripada kita), Lo bisa menjadikan opsi ini sebagai salah satu cara untuk mengakses orang-orang tersayang Lo.
Sepatah Kata Dari Klik.Klas
Klikers, saat Lo harus terisolasi sendirian di titik Lo paling membutuhkan dukungan, Lo bisa mengombinasikan semua hal yang bisa mengganti kehangatan pelukan orang lain, seperti memelihara hewan peliharaan, membeli selimut tebal yang nyaman, bahkan menyeduh teh hangat saat perasaan mulai tidak karuan. Semoga hari yang berat ini dapat Lo lewati dengan lebih kuat. Gue yakin Lo bisa. Gue yakin Lo sanggup. Doa gue bersama Lo semua.
Kunjungi Media Sosial Klik.Klas Lainnya
Jangan lupa ikuti terus update kabar Klik.Klas di Instagramnya juga klik.klas. Atau lo mau dengerin versi podcastnya? Bisa banget! Klik di sini.
Tentang Penulis
Fakhirah Inayaturrobbani, S.Psi, M.A
Salam kenal gue Fakhi. Gue merupakan peneliti dan ilmuwan psikologi sosial yang menyelesaikan studi S1 hingga S2 di Fakultas Psikologi UGM. Yuk baca dan cari lebih dalam tulisan-tulisan gue di Instagram @fakhirah.ir
Tulisan Ini Lahir Dari Tulisan Lainnya
Ellingsen DM, Leknes S, Løseth G, Wessberg J, Olausson H. The neurobiology shaping affective touch: Expectation, motivation, and meaning in the multisensory context. Front Psychol. 2016;6:1986. doi:10.3389/fpsyg.2015.01986
Field T. Touch deprivation and aggression against self among adolescents. Developmental Psychobiology of Aggression. 2005:117–140. doi:10.1017/cbo9780511499883.007
Heijnen S, Hommel B, Kibele A, Colzato LS. Neuromodulation of aerobic exercise-a review. Front Psychol. 2016;6:1890. doi:10.3389/fpsyg.2015.01890
Uvnäs-Moberg K, Handlin L, Petersson M. Self-soothing behaviors with particular reference to oxytocin release induced by non-noxious sensory stimulation. Front Psychol. 2015;5:1529. doi:10.3389/fpsyg.2014.01529